Beban Berat Memegang Amanah Jabatan dan Kekuasaan

1. Bahaya Ambisi Terhadap Jabatan Dan Kekuasaan

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ
“Sesungguhnya kalian akan berambisi mengejar kekuasaan, padahal ia akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia hanya kesenangan di dunia dan penderitaan di akhirat.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan hadits yang mulia ini dalam bab,

مَا يُكْرَهُ مِنَ الْحِرْصِ عَلَى الإِمَارَةِ
“Dibencinya Ambisi terhadap Kekuasaan.” [Shahih Al-Bukhari]

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,

هذا أصل عظيم في اجتناب الولاية ولا سيما لمن كان فيه ضعف وهو في حق من دخل فيها بغير أهلية ولم يعدل فإنه يندم على ما فرط منه إذا جوزي بالخزي يوم القيامة واما من كان أهلا وعدل فيها فأجره عظيم كما تظاهرت به الأخبار ولكن في الدخول فيها خطر عظيم ولذلك امتنع الأكابر منها والله أعلم
“Ini adalah pondasi yang agung dalam menjauhi kepemimpinan, terutama orang yang memiliki kelemahan, yaitu orang yang berkecimpung di dalamnya tanpa memiliki keahlian dan tidak berlaku adil, sesungguhnya ia akan menyesal atas apa yang telah ia sia-siakan tatkala ia telah dibalas dengan kehinaan di hari kiamat. Adapun orang yang ahli dan adil dalam kepemimpinan maka pahalanya besar sebagaimana dijelaskan dalam banyak dalil. Akan tetapi, turut serta di dalam kekuasaan sangat berbahaya, oleh karena itu ulama-ulama besar berpaling darinya, wallaahu a’lam.” [Fathul Bari, 13/126, Subulus Salaam, 4/117]


Al-Amir Ash-Shon’ani rahimahullah berkata,

فامتنع الشافعي لما استدعاه المأمون لقضاء الشرق والغرب وامتنع منه أبو حنيفة لما استدعاه المنصور فحبسه وضربه والذين امتنعوا من الأكابر جماعة كثيرون
“Imam Syafi’i menolak menjadi pejabat untuk pengadilan wilayah Timur dan Barat ketika Khalifah Al-Makmun memintanya, dan Imam Abu Hanifah juga menolak ketika diminta oleh Khalifah Al-Manshur, sehingga Al-Manshur memenjarakan dan memukul beliau. Dan masih banyak ulama-ulama besar yang menolak jabatan.” [Subulus Salaam, 4/117]

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengutip dari para ulama,

نعم المرضعة لما فيها من حصول الجاه والمال ونفاذ الكلمة وتحصيل اللذات الحسية والوهمية حال حصولها وبئست الفاطمة عند الانفصال عنها بموت أو غيره وما يترتب عليها من التبعات في الآخرة
“Kekuasaan itu adalah kesenangan di dunia karena di dalamnya diraih kedudukan, harta, terlaksananya keputusan dan menghasilkan segala kesenangan yang kasat mata maupun kesenangan batin. Namun ia adalah penderitaan di akhirat ketika telah berpisah darinya karena kematian dan pertanggungjawaban semua yang terkait dengannya di akhirat.” [Fathul Bari, 13/127]

2. PERINGATAN KERAS UNTUK PEMIMPIN YANG CURANG DAN ZALIM

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah mati pada hari matinya seorang hamba yang Allah berikan kekuasaan kepadanya untuk mengurus rakyat sedang ia dalam keadaan berbuat curang kepada rakyatnya, kecuali Allah haramkan surga atasnya.” [HR. Muslim dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu]

Kecurangan dalam hadits ini –sebagaimana yang dijelaskan para ulama- mencakup kecurangan dalam mengurus masalah-masalah dunia kaum muslimin, maupun kelemahan dalam mendidik dan menjaga agama mereka, seperti tidak mengajarkan aqidah yang benar dan ibadah yang sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, tidak pula melindungi mereka dari ajaran-ajaran yang menyimpang dan sesat.

3. JABATAN ADALAH CELAAN, PENYESALAN DAN AZAB DI HARI KIAMAT

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنْ شِئْتُمْ أَنْبَأْتُكُمْ عَنِ الإِمَارَةِ وَمَا هِيَ؟ أَوَّلُهَا مَلامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وثَالِثُهَا عَذَابٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلا مَنْ عَدَلَ وَكَيْفَ يَعْدِلُ مَعَ أَقْرِبِيهِ؟
“Kalau kalian mau niscaya akan kukabarkan tentang kekuasaan, apakah itu? Kekuasaan itu awalnya adalah celaan, keduanya adalah penyesalan dan ketiganya adalah azab di hari kiamat, kecuali orang yang adil, dan betapa sulitnya ia berlaku adil tatkala berkaitan dengan orang terdekatnya.” [HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dari ‘Auf bin Malik radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1562]

4. PEMIMPIN HARUS KUAT DAN AMANAH

Sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu berkata,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِى قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Aku pernah berkata: Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat? Beliau menepuk bahuku dengan tangannya kemudian bersabda: Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan jabatan adalah amanah, dan sungguh ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari kiamat, kecuali orang yang mendapatkannya dengan cara yang benar dan menunaikan kewajibannya di dalamnya.” [HR. Muslim]

5. PEMIMPIN HARUS MENDALAMI ILMU AGAMA

Sahabat yang Mulia Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu berkata,

تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا
“Perdalamlah ilmu agama sebelum kalian diangkat menjadi pemimpin.” [Shahih Al-Bukhari]

Semoga Allah memberikan pertolongan kepada para pemimpin kaum muslimin di seluruh negeri, untuk dapat mengurus kaum muslimin sesuai dengan syari’at Allah ta’ala agar meraih kebaikan di dunia dan akhirat, bukan celaan, kehinaan dan azab di hari kiamat.

Sumber: Fb Ustadz Sofyanruray

Tidak ada komentar: