Doa Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan)

Aisyah berkata:

يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
“Wahai Rasulullah bagaimana menurutmu bila aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadr, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau berkata, ucapkanlah “Alloohumma innaka 'afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu 'anni" (Ya Allah Engkau Mahapemaaf, Engkau senang memaafkan hamba-Mu maka maafkanlah aku ya Allah).”

Hadits diriwayatkan oleh At-Tirmidzi 2508, An-Nasa’i dalam "Amalul Yaum wal Lailah" 872-875 dan Ibnu Sunni 246/763 dengan sanadnya. Diriwayatkan Ibnu Majah 3850, Al-Baihaqi dalam "Syu’abul Iman" 3/338-339 dan "Al-Asma’ was Shifat" hal. 55, Al-Ashbahani dalam "At-Targhib" 2/728/1772, Ahmad 6/170, 182, 183, 208 dari Ibnu Buraidah. Sebagiannya menyebutkan dari Abdullah bin Buraidah dari ‘Aisyah. (Silsilah Ash-Shahihah no. 3337)

Doa Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan)

Al-Imam Ad-Daruquthni dalam Sunannya 3/233 memberi komentar bahwa Abdullah bin Buraidah tidak mendengar dari ‘Aisyah. Penilaian beliau tersebut diikuti oleh Al-Imam Al-Baihaqi dalam Sunannya 7/118. Begitu pula Syaikh Al-Albani merujuk kepada kedua imam tersebut dalam menilai keterputusan sanad antara Abdullah bin Buraidah dan ‘Aisyah dalam "Naqdu Nushush Haditsiyah" halaman 45. Tetapi kemudian beliau mengoreksi penilaiannya sebagaimana yang diuraikan secara gamblang dalam "Silsilah Ash-Shahihah" dan beliau menilai haditsnya shahih.

Adapun tambahan lafal "karim" (Alloohumma innaka 'afuwwun karimun) dalam sebagian riwayat maka Syaikh Al-Albani menegaskan bahwa lafal tersebut tidak ada asal usulnya dari satu manuskrip pun dan yang nampak di sisi kami bahwa itu kesalahan sebagian pentranskrip. (Idem)

Dengan demikian dianjurkan berdoa “Alloohumma innaka 'afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu 'anni" dan mengulang-ngulangnya ketika diharapkan suatu malam di antara sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagai lailatul qadr. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, menerima amalan kita dan memperbaiki keadaan kita semua, amin.

Al-Ustâdz Fikri Abul Hasan
Artikel manhajul-haq

Tidak ada komentar: