Kemuliaan mencari nafkah hasil jerih payah sendiri

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ ثُمَّ يَغْدُوَ أَحْسِبُهُ قَالَ إِلَى الْجَبَلِ فَيَحْتَطِبَ فَيَبِيعَ فَيَأْكُلَ وَيَتَصَدَّقَ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ
Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu alahi wa salam bersabda: "Sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu pergi. Kata Baginda; ke gunung lalu dia mencari kayu bakar kemudian dia menjualnya lalu dari jualan itu dia dapat makan dan bersedekah, itu lebih baik baginya daripada meminta kepada manusia". (HR Bukhari No:1386)

Kandungan hadits

1. Islam menghargai jerih payah dalam mencari nafkah

2. Mencari rezeki belum tentu mendapatkan, tetapi Allah rela dan menjamin bagi pelakunya disediakan keutamaan yang berlimpah.

3. Nafkah yang di dapatkan dari jerih payah untuk menghidupi keluarga dicatat sebagai sedekah yang paling utama.

« دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ » .
“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)

Kemuliaan mencari nafkah hasil jerih payah sendiri

4. Pemandangan yang tidak pas dan bikin malu adalah ketika beberapa waktu yang lalu ketika pas hari raya beberapa pengamen masih muda dengan badan gempal mengemis dihari yang sebenarnya bisa kumpul bersama keluarga, saling bersilaturahmi, dan menikmati indahnya idul Fitri. Saya sempat bergumam, "ini orang kok gak punya malu, punya badan besar kaya gitu, sempat sempat nya jadi pengemis di hari raya gini...".

Apapun, sekalipun dapat uang banyak, dengan ngemis gak ada baiknya dari sisi kacamata apapun.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى 
Dari Nabi Shallallahu alahi wa salam bersabda: “Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah. (HR Bukhari No: 1338)

5. Tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya adalah yang difungsikan untuk brkerja, bukan untuk mengemis. Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa tangan sahabat Saad bin Muadz Al-Anshari yang gosong tersengat matahari, kering kerontang dan kasar dicium oleh Rasulullah Shallallahu alahi wa salam, sahabat yang lain pun bertanya, kenapa baginda Rasulullah Shallallahu alahi wa salam melakukan hal itu. Rasulullah Shallallahu alahi wa salam pun menjelaskan, bahwa tangan itu adalah tangan yang tidak akan disentuh oleh api neraka, tangan itu adalah tangan yang dicintai Allah SWT karena tangan itu digunakan untuk bekerja keras menghidupi keluarganya.

6. Rasulullah bertemu Saad bin Mu’az, ketika bersalaman beliau merasakan telapak tangan Mu’az yang kasar. Kemudian beliau bertanya apakah sebabnya, Mu’az menjawab “saya membajak tanah untuk keluarga ya Rasulullah”. Mendengar jawaban itu Rasulullah mencium tangan Mu’az dan berkata “tangan ini tak akan disentuh api neraka”.

Riwayat tersebut menggambarkan betapa Islam sangat menghargai orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Orang yang bekerja dapat dikatakan sebagai jihad fi sabilillah, seperti sabda Nabi Shallallahu alahi wa salam “siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia adalah mujahid fi sabilillah” (HR Ahmad)

Tidak ada komentar: