Bolehkah Lelaki memakai celana pendek ?

Lelaki tidak boleh memakai celana pendek Karena dengan demikian ia menampakkan auratnya di hadapan lelaki lain, maupun di hadapan wanita selain istrinya atau budak wanitanya.

Dalil-Dalil Perintah Menutup Aurat Lelaki

Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻫُﻢْ ﻟِﻔُﺮُﻭﺟِﻬِﻢْ ﺣَﺎﻓِﻈُﻮﻥَ . ﺇِﻻ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟِﻬِﻢْ ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧُﻬُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻠُﻮﻣِﻴﻦ
“ (Orang beriman) adalah orang yang menjaga kemaluan mereka. Kecuali kepada istri-istri mereka atau budak-budak wanita mereka, jika demikian maka mereka tidak tercela” (QS. Al Mu’minun: 5 – 6).

Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’anhu , seorang sahabat Nabi, bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :

ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋﻮﺭﺍﺗُﻨﺎ ﻣﺎ ﻧﺄﺗﻲ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻣﺎ ﻧﺬَﺭُ ﻗﺎﻝَ ﺍﺣﻔَﻆْ ﻋﻮﺭﺗَﻚَ ﺇﻟَّﺎ ﻣﻦ ﺯﻭﺟﺘِﻚَ ﺃﻭ ﻣﺎ ﻣﻠﻜﺖ ﻳﻤﻴﻨُﻚَ ﻗﻠﺖُ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃﺭﺃﻳﺖَ ﺇﻥ ﻛﺎﻥَ ﺍﻟﻘﻮﻡُ ﺑﻌﻀَﻬﻢ ﻓﻲ ﺑﻌﺾٍ ﻗﺎﻝَ ﻓﺈﻥِ ﺍﺳﺘﻄﻌﺖَ ﺃﻥ ﻻ ﺗُﺮﻳَﻬﺎ ﺃﺣﺪًﺍ ﻓﻼ ﺗُﺮﻳﻨَّﻬﺎ ﻗﻠﺖُ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥَ ﺃﺣﺪُﻧﺎ ﺧﺎﻟِﻴًﺎ ﻗﺎﻝَ ﻓﺎﻟﻠَّﻪُ ﺃﺣﻖُّ ﺃﻥ ﻳُﺴﺘﺤﻴﺎ ﻣﻨﻪُ ﻣﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ
“ Wahai Rasulullah, mengenai aurat kami, kepada siapa boleh kami tampakkan dan kepada siapa tidak boleh ditampakkan? 

Rasulullah menjawab: “tutuplah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak wanitamu.”

Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang berada di tengah orang banyak yang saling melihat?

Rasulullah menjawab: “Jika engkau mampu untuk menjaga auratmu agar tidak terlihat, maka hendaknya lalukanlah. Yaitu engkau tidak melihat aurat orang lain, dan orang lain tidak melihat auratmu.”

Mu’awiyah berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang sedang sendirian?
Rasulullah menjawab: “Allah lebih berhak untuk malu kepada-Nya daripada kepada manusia” 

(HR. Tirmidzi no. 2794, dihasankan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).


Dan dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu , Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ﻻ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﻮْﺭَﺓِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ , ﻭَﻻ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﻮْﺭَﺓِ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓِ
“ Seorang lelaki tidak boleh melihat aurat lelaki lain, dan wanita tidak boleh melihat aurat wanita lain” (HR. Muslim no. 338).

Batasan Aurat Lelaki Dan batasan aurat lelaki adalah dari pusar hingga lutut. 

Berdasarkan hadits:

ﺃﺳﻔﻞِ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭﻓﻮﻕَ ﺍﻟﺮﻛﺒﺘﻴﻦِ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻮﺭﺓِ
“ Yang dibawah pusar dan di atas kedua lutut adalah aurat” (HR. Al Baihaqi, 3362, Ad Daruquthni 1/231, dan yang lainnya).

Dan hadits semisal ini banyak sekali, namun semuanya tidak lepas dari kelemahan. Namun demikian isinya diamalkan oleh para ulama.

Bahkan Al Albani mengatakan:

ﻭﻫﻲ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺃﺳﺎﻧﻴﺪﻫﺎ ﻛﻠﻬﺎ ﻻ ﺗﺨﻠﻮ ﻣﻦ ﺿﻌﻒ .… ﻓﺈﻥ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻳﻘﻮﻱ ﺑﻌﻀﺎً ، ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﻢ ﻣﺘﻬﻢ ، ﺑﻞ ﻋﻠﻠﻬﺎ ﺗﺪﻭﺭ ﺑﻴﻦ ﺍﻻﺿﻄﺮﺍﺏ ﻭﺍﻟﺠﻬﺎﻟﺔ ﻭﺍﻟﻀﻌﻒ ﺍﻟﻤﺤﺘﻤﻞ ، ﻓﻤﺜﻠﻬﺎ ﻣﻤﺎ ﻳﻄﻤﺌﻦ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻟﺼﺤﺔ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﻤﺮﻭﻱ ﺑﻬﺎ
“Hadits-hadits tentang batasan aurat ini walaupun semuanya tidak lepas dari kelemahan, namun sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Karena di dalamnya tidak ada perawi yang muttaham (tertuduh pendusta). Bahkan cacat yang ada hanya seputar idhthirab, jahalah dan kelemahan yang muhtamal. Maka hadits-hadits yang semisal ini termasuk hadits yang menenangkan hati untuk dikatakan hadits yang shahih” ( Irwaul Ghalil , 1/297)

Diantara dalil pendukungnya adalah hadits dari Abu Darda radhiallahu’anhu , ia berkata:

ﻛﻨﺖ ﺟﺎﻟﺴﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺫ ﺃﻗﺒﻞ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺁﺧﺬﺍ ﺑﻄﺮﻑ ﺛﻮﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﺃﺑﺪﻯ ﻋﻦ ﺭﻛﺒﺘﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺃﻣﺎ ﺻﺎﺣﺒﻜﻢ ﻓﻘﺪ ﻏﺎﻣﺮ
“ Aku pernah duduk di sebelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar menghadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata: ‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah’ ….” (HR. Bukhari no. 3661).

Juga dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu ia berkata:

ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻗﺎﻋﺪﺍً ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﺎﺀ ﻗﺪ ﺍﻧﻜﺸﻒ ﻋﻦ ﺭﻛﺒﺘﻪ ﺃﻭ ﺭﻛﺒﺘﻴﻪ ﻓﻠﻤﺎ ﺩﺧﻞ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﻏﻄﺎﻫﺎ
“ Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah duduk di suatu tempat yang terdapat air dalam keadaan terbuka lututnya atau kedua lututnya. Ketika Utsman datang, beliau menutup lututnya ” (HR. Al Bukhari no. 3695).

Ini adalah pendapat jumhur ulama. Memang sebagian ulama berpendapat paha bukan termasuk aurat, namun ini adalah pendapat yang lemah, jika melihat dalil-dalil di atas.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:

ﻓﺈﻥ ﻋﻮﺭﺓ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺴﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﻛﺒﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺧﺎﺭﺟﻬﺎ ﻟﻜﻦ ﻳﺰﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺮ ﻋﺎﺗﻘﻴﻪ ﺃﻭ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺑﺮﺩﺍﺀ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻊ ﺍﻟﻘﺪﺭﺓ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ، ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻥ ﻳﺒﺪﻱ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻤﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺴﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﻛﺒﺔ، ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ، ﻭﺫﻫﺐ ﺑﻌﺾ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻔﺨﺬ ﻟﻴﺲ ﺑﻌﻮﺭﺓ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻗﻮﻝ ﻣﺮﺟﻮﺡ
“Aurat lelaki adalah antara pusar dan lutut, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Namun di dalam shalat ditambah dengan menutup kedua pundaknya atau salah satunya dengan rida atau semisalnya selama masih mampu. Dan tidak boleh bagi seorang Mukmin ketika shalat ia memperlihatkan bagian antara pusar hingga lututnya. Ini adalah pendapat jumhur ulama dan ini adalah pendapat yang benar. Sebagian ulama berpendapat bahwa paha bukan termasuk aurat, namun ini adalah pendapat yang lemah” (https://binbaz.org.sa/fatwas/17400).

Maka kesimpulannya, tidak diperbolehkan lelaki memakai celana pendek di hadapan lelaki lain, atau di hadapan wanita selain istrinya atau budak wanitanya.

Wallahu a’lam.

Artikel: Muslim.Or.Id

Tidak ada komentar: