Rincian Hukum Shalat Ied Di Lapangan (Madzhab Asy-Syafi’i)

Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata:

تجوز صلاة العيد في الصحراء وتجوز في المسجد فان كان بمكة فالمسجد الحرام أفضل بلا خلاف وقد ذكره المصنف بدليله وان كان بغير مكة نظر ان كان بيت المقدس قال البندنيجى والصيدلاني الصلاة في مسجده الاقصى افضل ولم يتعرض الجمهور للاقصى وظاهر اطلاقهم ان بيت المقدس كغيره وان كان في غير ذلك من البلاد فان كان لهم عذر في ترك الخروج إلى الصحراء والمصلي للعيد فلا خلاف انهم مأمورون بالصلاة في المسجد ومن الاعذار المطر والوحل والخوف والبرد ونحوها
“Shalat Id sah dilaksanakan di tanah lapang dan sah di Masjid, jika berada di Makkah maka Masjidil haram lebih Afdlal (hukum ini) dengan tanpa perbedaan dan penulis kitab (Al-Muhadzzab) telah menyebutkannya berserta dengan dalilnya. Dan jika bukan di Makkah, dilihat,: Jika diadakan di Baitul-Maqdis, Al-Bandaniji dan Al-Shaidalani menyatakan Shalat di masjid Al-Aqsha lebih Afdlal, dan mayoritas ulama tidak membahas hukum untuk Al-Aqsha, namun yang nampak dari perkataan mereka secara umum sesungguhnya Baitul-Maqdis sama seperti masjid lainnya.

Dan jika berada di tempat selain itu (Makkah dan Al-Aqsha) seperti di negari negeri yang ada, maka jika mereka ada halangan (‘Udzur) dalam meninggalkan shalat Id ke tanah lapang dan Mushalla maka tidak ada perselisihan akan diperintahkannya mereka shalat di Masjid, dan ‘Udzur-‘udzur itu adalah hujan, Al-Wahl (tanah becek), dan ketakutan, kedinginan, dan semisalnya.

وان لم يكن عذر وضاق المسجد فلا خلاف أن الخروج الي الصحراء افضل وان اتسع المسجد ولم يكن عذر فوجهان (أصحهما) وهو المنصوص في الام وبه قطع المصنف وجمهور العراقيين والبغوى وغيرهم ان صلاتها في المسجد افضل (والثاني) وهو الاصح عند جماعة من الخراسانيين ؟ وقطع به جماعة منهم ان صلاتها في الصحراء افضل ” لان النبي صلي لله عليه وسلم واظب عليها في الصحراء

واجاب الاولون عن هذا بأن المسجد كان يضيق عنهم لكثرة الخارجين إليها فالاصح ترجيحها في المسجد لما ذكره المصنف رحمه الله فعلي هذا ان ترك المسجد الواسع وصلي بهم في الصحراء فهو خلاف الاولى ولكن لا كراهة فيه وان صلي في المسجد الضيق بلا عذر كره هكذا نص الشافعي رحمه الله علي المسألتين
Dan jika tidak ada ‘Udzur sedangkan masjid sempit (tidak mencukupi untuk menampung jamaah) maka tidak ada perselisihan pendapat kalau shalat ke tanah lapang lebih Afdol, dan namun jika masjid luas, dan tidak ada ‘Udzur, maka ada dua bentuk pendapat, (Yang paling benar) dan itulah yang dinyatakan dalam kitab Al-Umm, dan penulis kitab (Al-Muhaddzzab) memutuskan hukum dengannya, dan mayoritas ulama dari Irak, dan Al-Baghawi, dan yang lainnya, ialah sesungguhnya menshalatkannya di masjid lebih Afdlal.

Shalat Ied Di Lapangan

(Yang kedua) dan inilah yang paling benar menurut sekelompok ulama dari negeri Khurasan, dan sekelompok ulama dari mereka bahkan memutuskan dengan pasti bahwa melaksanakan shalat di tanah lapang lebih Afdlal, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merutinkan shalat di tanah lapang”.

Dan kelompok dengan pendapat pertama menjawab pendapat (kedua) ini, dengan: “Bahwa masjid ketika itu (di zaman Nabi) sempit buat mereka karena banyaknya yang keluar shalat Id, maka yang lebih benar merajihkan shalat di masjid karena alasan yang telah disebutkan penulis kitab rahimahullah, maka atas ini, jika masjid yang luas menampung tidak digunakan dan mereka shalat di tanah lapang, maka hukumnya Khilaful Aula, akan tetapi tidak sampai Makruh, dan jika Shalat di masjid yang sempit dengan tanpa ‘udzur, hukumnya Makruh, demikian inilah pernyataan Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah atas kedua masalah ini.”[1] Sekian.

تنوير العينين في أحكام الأضاحي والعيدين

Objek alasan sempit atau luasnya Masjid jika diturunkan pada realita di hari kita ini, maka akan kita dapatkan bahwa masjid-masjid yang ada tidak akan menampung semua jamaah yang ada, apabila shalat jum’at saja yang tidak dihadiri kaum perempuan masjid menjadi penuh dan tidak tertampung dengan semestinya, lalu bagaimana jika ditambah lagi dengan jamaah perempuan, tentu tidak akan mencukupi, oleh sebab itu maka shalat Id di masjid-masjid dengan tanpa ‘Udzur adalah Makruh, sesuai dengan apa yang didudukkan Imam Asy-Syaf’i Rahimahullah dan yang Sunnah adalah mengusahakan Shalat di tanah lapang sebagaimana pendapat dari mayoritas Ulama.

Al-Hafizh Ibnul Mundzir Rahimahullah berkata:

أن السنة أن يخرج الناس الى المصلى في العيد
“Sesungguhnya merupakan suatu kesunnahan orang-orang keluar ke Mushalla (tanah lapang) untuk shalat Id”.[2]

Dan untuk lebih mendalami masalah ini, silahkan merujuk ke kitab yang telah ditulis dengan tersendiri oleh Syaikh Al-Muhaddits Nashiruddin Al-Albani rahimaullah yang diberi judul: 

 صلاة العيدين في المصلى هي السنة
“Shalatul ‘Iedain Fil Mushalla Hiyassunnah”
————————————–
[1] Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab (5/5)
[2] Al-Austah (4/257)

Artikel teduh.or.id

Tidak ada komentar: