Ilmu adalah kekuatan besar Islam dan kaum muslimin

Kita berkumpul di Masjid, sebaik-baik tempat di muka bumi, untuk menuntut ilmu.

Ilmu adalah kekuatan besar Islam dan kaum muslimin.

Allah berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ilmuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu. Sura Muhammad, Ayah 19

Imam al-Bukhari berdalil dengan ayat di atas bahwa ilmu wajib ada sebelum berucap dan beramal.

Allah berfirman;

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Sura Al-Isra', Ayah 36

Sebagian ulama menafsirkan "walaa taqfu" dalam ayat di atas; "jangan kamu mengikuti siapapun juga tanpa ilmu"

Ayat ini menjelaskan bahwa Islam mendasari segala sesuatunya dengan ilmu.

Dengan demikian wajib memulai agama ini dengan ilmu. Allah memulai memperkenalkan tauhid, yaitu "Laa-ilaaha illallaah", dengan perintah untuk berilmu lebih dahulu.

Urgensi ilmu: Tanpanya, seseorang bisa binasa

Suatu ketika seorang sahabat terluka kepalanya, dia tengah junub. Sementara cuaca sangat dingin. Dia bertanya; adakah keringanan untukku (untuk tidak mandi junub)...??. Mereka mengatakan; tidak. Dia pun mandi, dan meninggal. Berita itu sampai kepada Nabi. Nabi ﷺ lantas bersabda;

قتلوه قاتلهم الله ألا سألوا إذا لم يعلموا 
"Mereka telah membunuhnya, semoga Allah memerangi mereka. Kenapa mereka tidak bertanya jika tidak mengetahui??..."

Disebabkan fatwa tanpa ilmu, nyawa seseorang melayang. Nabi ﷺ marah besar kepada mereka yang berfatwa tanpa ilmu.

Sifat Nabi yang mulia, tidak akan pernah diam akan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat. Jika beliau diam atas suatu perbuatan Sahabat, berarti beliau setuju. Inilah yang disebut sebagai Sunnah Taqririyyah.

Dalam Sunan Abi Dawud, diriwayatkan bahwa seorang Sahabat shalat 2 rakaat setelah shalat Subuh. Nabi lantas menegur dan bertanya. Sahabat itu menjawab; itu adalah shalat Sunnah fajar yang belum sempat dia lakukan. Nabi lantas diam sebagai tanda bahwa beliau menyetujui apa yang dilakukan sahabat tersebut.

Ilmu adalah kekuatan besar Islam

Nabi ﷺ terkadang mendengarkan para sahabat yang tengah bercerita mengenang kisah-kisah masa jahiliah. Para sahabat tertawa, lantas Nabi ﷺ hanya tersenyum. Ini juga contoh Sunnah Taqririyyah.

 'Amr ibn. Al-'Ash pernah diutus dalam suatu peperangan sebagai amir. Suatu hari 'Amr janabah, dia tidak mandi, karena waktu itu sangat dingin, dia hanya tayammum. Para sahabat melaporkan hal tersebut pada Rasulullah ﷺ. Lantas Rasulullah ﷺ bertanya kepada 'Amr. Lantas 'Amr menjawab; Yaa Rasulullah ﷺ, aku mendapati Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. Sura An-Nisa', Ayah 29

Rasulullah ﷺ lantas tertawa sebagai tanda persetujuan dan ketakjuban atas kecerdasan 'Amr. Berbeda dengan sebagian orang zaman ini yang justru bunuh diri untuk membunuh kaum muslimin yang lain. Ini adalah kebodohan yang besar. Sekaligus menggambarkan betapa dahsyatnya akibat beramal tanpa ilmu.

Kisah-kisah di atas bermuara pada satu kesimpulan; betapa penting dan urgennya ilmu dalam Islam.

Nuntut ilmu itu penting sekali. Berbicara tanpa ilmu bisa membinasakan orang lain. Ini manhaj Rasul yang wajib kita ikuti.

Hakikat Ilmu dalam Islam adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah:

العلم معرفة الحق بالدليل
"Ilmu adalah pengetahuan tentang kebenaran berdasarkan dalil." Jika tanpa dalil, maka itu taqlid.

Tanpa ilmu, orang tidak akan tahu apa itu "Laa-ilaaha illallaah".

Asas tauhid ada dua;
1. U'budullaah; ibadahi hanya Allah saja. Ini meliputi pembahasan tentang; Iman, Aqidah yang shahiihah, manhaj, firqoh yang selamat, dan seterusnya. Ini adalah asas yang pertama.

2. Ijtanib at-Thaaguut; jauhi segala hal yang diibadahi selain Allah. Masuk dalam pembahasan ini adalah syirik (lawan dari tauhid), aqidah-aqidah yang sesat, firqoh-firqoh yang menyimpang, dll.

Jika dakwah tanpa 2 asas tersebut, maka Islam yang Haq ini tidak tampak (dengan tampilan yang seharusnya).

Hadits berikut ini menjelaskan 2 asas di atas.

Ibnu Mas'ud mengisahkan bahwa Nabi ﷺ menggaris satu garis lurus. Lalu membuat garis di samping kiri-kanan garis yang banyak. Kemudian Nabi menunjuk satu garis lurus tersebut sambil bersabda; hadza sabiilullaah mustaqiiman (inilah jalan Allah yang lurus). Berarti jalan yang benar itu hanya satu, tidak berbilang.

Kemudian Nabi ﷺ menunjuk garis-garis di samping itu seraya bersabda; _haadzihi subuulun mutafarriqoh_ (ini adalah jalan-jalan Syaithan yang memecah belah). Berarti jalan kesesatan itu banyak jumlahnya dan beragam, juga pasti mengakibatkan perpecahan. Lantas Nabi ﷺ menukil firman Allah:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa. Sura Al-An'am, Ayah 153

Hadits di atas menjelaskan 2 asas dalam dakwah; menyampaikan jalan yang Haq (Tauhid, Sunnah, dan amal shalih), dan juga dibarengi dengan menyampaikan jalan yang batil (syirik, bid'ah dan maksiat). Tidak bisa dalam dakwah hanya mengambil salah satu asas, tapi harus kedua-duanya. Tidak bisa hanya menjelaskan tauhid atau Sunnah saja, tanpa menjelaskan syirik dan bid'ah.

Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ telah menerangkan kepada para Sahabat manhaj dalam beragama. Bagaimana metode yang benar dalam mengambil ilmu agama, dan bagaimana metode yang menyesatkan.

Mujahid menafsirkan subul dalam ayat di atas sebagai; al-bida' (kebid'ahan-kebid'ahan).

Yang membuat umat ini berpecah adalah perbedaan dalam masalah manhaj dan aqidah.

Perpecahan umat saat ini lebih parah daripada perpecahan di zaman salaf. Dulu jahimyah jelas, khawarij jelas. Sekarang, jahmiyyah dan khawarij malah mengaku ahlussunah.

Menyibukkan diri dalam pembahasan politik yang tidak syar'i, bagi penuntut ilmu, adalah perbuatan sia-sia. Pembahasan politik itu ada dalam Islam, tapi politik yang syar'i. Politik yang sekarang, tidak syar'i. Menyibukkan diri di dalamnya, berarti sama saja dengan orang awam di warung kopi.

Jangan dengarkan orang yang mengatakan; nanti akan terjadi begini, nanti begitu, ini lebih mirip peramal. Padahal tidak terjadi apa-apa. Ini adalah omongan orang-orang politik. Untuk itu, sibukkan diri dengan firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulullah ﷺ. Saya melihat sebagian penuntut ilmu sibuk membahas politik, jadilah dia pengamat politik.

Politik yang syar'i harus terpenuhi 2 unsur syarat;

1. Berdasarkan Wahyu (al-Quran, al-Hadits) dan ijma'.
2. Tidak bertentangan dengan wahyu dan ijma'.
_____
Fawaid Kajian Ust. Abdul Hakim Abdat -hafizhahullaah- (18 Muharram 1440, Masjid Jaami' Ponpes Abu Hurairah Mataram)

Ringkasan di atas ditulis secara bebas untuk memudahkan penyampaian makna.

oleh Johan Saputra Halim, M.H.I (Abu Ziyan)

Web: alhujjah.com
Telegram: t.me/kristaliman

Tidak ada komentar: