Memilih pemimpin dengan suara terbanyak (voting) ?

Ini tidak pernah terjadi saat Nabi ﷺ ataupun dijaman para sahabat sampai jaman Imam 4 Mazhab pun tidak pernah terjadi.

Mereka para Ahlus Sunnah selalu bermusyawarah untuk mufakat.

Saat ini mereka yg mengaku bermazhab Syafi’i menerapkan pemilihan pemimpin dengan suara terbanyak (voting). Dan dengan semangat berebut kepemimpinan.

Na’uzubillahi minzalik.

Memilih pemimpin dengan suara terbanyak (voting) ?

Perhatikan cara pemilihan Paus :

“Konklaf adalah sebuah ritual pemilihan Paus baru yang praktisnya tidak berubah sudah sejak delapan abad. Paus Gregorius X yang pertama kali menggunakan kata ini pada tahun 1274 dan menetapkan landasan untuk konklaf-konklaf aktual.”

“Untuk memilih seorang Paus harus memenuhi 2/3 suara dari para Kardinal pemilih yang berumur kurang dari 80 tahun (ditambah satu bila jumlah para Kardinal bukan kelipatan tiga).”
(wikipedia)

Perhatikan cara pemilihan khalifah :

Di dalam Fathul Bari (XII/345), Imam Nawawi as Syafi’i rahimahullah menulis :

Nabi ﷺ wafat, sedangkan beliau tidak menunjuk pengganti dengan dalil yang jelas. Ini adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahkan para Sahabat SEPAKAT mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah dan mendahulukannya karena keutamaannya.

Sebelumnya Abu Bakar berkata, “Para Muhajirin adalah orang Arab yang tempat tinggalnya paling tengah dan keturunan Arab yang paling murni. Untuk itu berbai'atlah (berjanji setia) kepada 'Umar atau Abu 'Ubaidah bin Al Jarah".

Maka 'Umar berkata; "Tidak begitu. Sebaliknya kami yang berbai'at kepadamu. Karena, sungguh kamu adalah penghulu kami, orang terbaik kami dan orang yang paling dicintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam".

Lalu 'Umar memegang tangan Abu Bakr lalu berbai'at kepadanya dan kemudian diikuti oleh orang banyak. (HR Bukhari 3394)

Ketahuilah wahai saudaraku, akhlak para Salafus Shaleh bukan watak HAUS KEKUASAAN, walaupun Abu Bakar adalah kekasih Nabi ﷺ dan manusia paling utama setelah nabi, beliau tidak maruk/serakah akan kekuasaan.

Silakan pilih : Ittiba’atau Tasyabbuh

بارك الله فيك
Abu Aurel Reza

Tidak ada komentar: