Mengingati Pengkhianatan Kaum Komunis Serta Mewaspadai Kebangkitannya

KOMUNISME: MENGINGATI PENGKHIANATAN KAUM KOMUNIS SAAT G 30 S PKI 1965 DAN DI MADIUN 1948 SERTA MEWASPADAI KEBANGKITANNYA

Bismillaah, dengan nama Allaah, Tuhan Yang Maha Esa yang namaNya ditegaskan di Pembukaan UUD 1945 telah memberikan berkat kemerdekaan Republik Indonesia, dan ditegaskan resmi menjadi Dasar Negara Republik Indonesia di Pasal 29 ayat 1 UUD 1945, dan menjadi Sila Pertama Pancasila.

Ada yang bilang bahwa Komunisme, Marxisme, Leninisme, Neo Komunisme, PKI itu musuh kaum Muslimiin saja. Ini keliru.

Lihatlah cerita dari anak-anak Jenderal D. I. Panjaitan yang Kristiani. Betapa ayahnya dibunuh seperti hewan di rumahnya. Juga betapa Kapten Pierre Tendean yang juga Kristiani, ajudan Jenderal A. H. Nasution, dibunuh. Dan sebagainya.

Sungguh, Komunisme dan Marxisme mengajarkan pada dasarnya bahwa Agama itu adalah bagaikan Candu. Candu yang menipu, memberikan fatamorgana khayalan akan kehidupan Akhirat yang lebih baik. Dan membuat orang yang ditindas lupa akan kesusahan Dunia. Lupa menuntut haknya. Hingga mau saja ditindas, dimanfaatkan orang kaya, orang Bangsawan, dan orang Agamawan. Sesuai sebab asal Komunisme lahir.

Mengingati Pengkhianatan Kaum Komunis

Tak heran. Komunisme, Marxisme, lahir dari otak Yahudi Eropa bernama Karl Marx, yang melihat bahwa kaum Petani, Peternak, rakyat jelata Eropa, ditekan, didholimi, dimanfaatkan oleh kaum Agamawan (Katholik dan Protestan) serta kaum Bangsawan Kerajaan Eropa - kaum Borjuis yang berfoya-foya - dalam struktur masyarakat Feodal Eropa Abad Pertengahan berkelas-kelas saat itu.

Kelas-kelas Feodalisme itu sendiri, adalah:

(1) Kelas Agamawan (di versi Hindu: Brahmana)
(2) Kelas Bangsawan Kerajaan (Ksatria)
(3) Kelas Pedagang (Waisya)
(4) Rakyat (Sudra)

Dia, maka, hendak meniadakan ini. Dia hendak menyamaratakan ini. Dengan istilah "Communal", atau "Community", atau "Common", alias "Sama-rata". Sesuatu yang melawan fitrah, karena memang manusia pun berbeda-beda tingkatannya, secara wajar.

Dia melihat, saat itu, rakyat takut memberontak, karena takut kepada klaim Gereja Eropa bahwa mereka (Gereja) adalah 'Wakil Tuhan di Bumi'. Dan Gereja memberikan mandat kekuasaan kepada Raja dan para Bangsawan.

Sedangkan di masa itu, adalah jamak bahwa kaum Agamawan dan Bangsawan hidup enak, sementara Rakyat diperas, menderita. Dan Rakyat segan menuntut haknya, karena percaya akan Penebusan Yesus yang disalibkan yang menjanjikan Kehidupan Surgawi, jika percaya kepada Yesus, dan menuruti Gereja (dan Kerajaan).

Oleh karenanya, pertama dia berusaha meniadakan kepercayaan akan Ketuhanan, Kehidupan Akhirat, dll. Tuhan itu tidak ada, Agama itu omong kosong, yang penting hidup enak di dunia tak berkelas-kelas, bekerja, "Kerja, kerja, kerja", menggunakan alat macam Palu pertukangan dan Celurit atau Arit untuk pertanian, yang Palu dan Celurit ini kemudian menjadi lambang Komunisme.

Demikian diajarkan oleh kaum Komunis, pada akhirnya. Dan mereka menjual isu kemiskinan, ketidakadilan, kesenjangan sosial, penekanan dari kaum kaya terhadap kaum miskin.

Tentu saja ini aneh bagi Islam. Bagi Muslimiin yang paham benar Islam sejati, agama Tauhiid atau Ketuhanan Yang Maha Esa (Monoteisme) sejak awal jaman dengan 124.000 nabi dan rosul. Yang para nabi dan rosul itu adalah antara lain juga ada yang Penguasa, Raja, Pangeran, Menteri, Panglima Perang, Politisi, Diplomat, Hakim, Pebisnis, Insinyur, Peternak, Penggembala, dsb.

Karena dalam Islam, kemakmuran, kesejahteraan golongan bawah, bahkan terbawah, amat diperhatikan.

Tak ada Muslim kaya harta masuk Surga, sah sebagai Muslim, Mu'miin, Muhsiin, jika tidak berzakat, tidak beramal-sholih mengurusi-menolongi yang lemah, misalnya.

Namun, tipuan Iblis dan Setan memang dahsyat.

Penganut Islam dan agama manapun dianggap sama saja bagi mereka, dengan kebobrokan kaum Kristiani Eropa Abad Pertengahan itu.

Mudah dimengerti, akhirnya mengapa di RI, Komunis, atau Neo Komunis membidik kaum Agamawan Muslimiin.

Namun, pada akhirnya, ini bukan lagi soal menuntut keadilan.

Ini adalah soal syahwat kekuasaan.

Bahkan Republik Rakyat Cina, Korea Utara, Vietnam, dll. yang mengaku 'masih' Komunis, atau sudah menjadi Neo Komunis, kini, sudah tak lagi benar-benar sesuai dengan cita-cita, ajaran Karl Marx. Sudah, 'disesuaikan'.

Jadi ini soal penguasaan, ekonomi, wilayah, dsb.

Dalih, bisa dicarikan.

Namun, jelas, karena mereka tetap anti Tuhan, anti Agama, maka mereka tentu bermasalah, bagi Muslimiin.

Menjadi menarik, konon, ada juga kini, 'Muslim Komunis' atau 'Islam Komunis'.

Ini, tentu lebih lucu lagi.

Jelas, tak paham prinsip Islam.

Bahkan jika pun 'hanya' soal kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, dalam Islam. Tak usah bicara soal Tauhiidnya.

Sungguh lucu.

Karena di Islam, agama sejak awal jaman, segalanya sudah lengkap.

(Abu Taqi Mayestino)

Tidak ada komentar: