AMALAN TERGANTUNG PADA UJUNG NYA

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ نَظَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْهُمْ فَقَالَ « مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . فَتَبِعَهُ رَجُلٌ فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ . فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ ، حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا »
Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah bersabda, 

“Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang itu.” untuk membuktikan, seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati, (tak kuat menahan sakit), Lalu ia ambil pedangnya dan ia letakkan ujung pedang di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya. 

Selanjutnya Nabi shallallahu alahi wa salam  bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat pada ujungnya.”

(HR. Bukhari, no. 6493)

AMALAN TERGANTUNG PADA UJUNG NYA

Kandungan hadits

1. Bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya. Amalan akhir adalah penentu atas nasib seseorang. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, dari amal shaleh menjadi amal buruk maka ia dianggap su'ul khatimah.

2. Seseorang bisa mendapatkan akhir hidup yang jelek karena masalah niat, yang ada dalam batin. Baik atau jelek niat hati seseorang tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri.

3. Perbuatan baik di awal, tidak bisa dijadikan standar dan andalan untuk seseorang apakah akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi, indikator dan penentu akan bahagia atau sengsaranya seseorang dilihat dari ujung perbuatannya.

4. Anggapan dan penilaian seseorang tidak menjadi jaminan bahwa nasib orang tersebut selamat dan bahagia. Karena orang lain tersebut tidak tahu nostxmotor hati orang yang sedang di nilai.

Tidak ada komentar: