Bab menyendiri ketika buang Hajat

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ الْقَعْنَبِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ -يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ-، عَنْ مُحَمَّدٍ -يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو-، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَهَبَ الْمَذْهَبَ أَبْعَدَ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab al Qa’nabi telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz yakni bin Muhammad dari Muhammad yakni bin Amru dari Abu Salamah dari Al Mughirah bin Syu’bah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak pergi untuk buang hajat, maka beliau menjauh.

Hadits no. 2

2 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ، حَتَّى لَا يَرَاهُ أَحَدٌ»
Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah mengabarkan kepada kami Isma’il bin Abdul Malik dari Abu az Zubair dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak buang hajat, maka beliau pergi hingga tidak ada seorang pun yang melihatnya.

Bab menyendiri ketika buang Hajat

TAKHRIJ HADITS

Terdapat riwayat lain dari jalur yang sama dari Syarah sunnah Al-Bagawi dengan sanad tambahan sebagai berikut,

185 – أَنا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، أَخْبَرَنَا الْقَاسِمُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَنا أَبُو عَلِيٍّ اللُّؤْلُئِيُّ، نَا أَبُو دَاوُدَ، نَا مُسَدَّدٌ، نَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، أَنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ «إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ حَتَّى لَا يَرَاهُ أَحَدٌ»
Terdapat syawahid dari riwayat al_baihaqi dalam sunan al-Kubro no. 409 dengan redaksi matan yang sedikit berbeda, namun sanadnya sama bersumber dari Ismail bin Abdil Malik.

(409)- أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو، قَالا: أنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، نا يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ فِي سَفَرٍ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ: " إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ تَبَاعَدَ حَتَّى لا يَرَاهُ أَحَدٌ، فَنَزَلْنَا مَنْزِلا بِفَلاةٍ مِنَ الأَرْضِ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ وَلا شَجَرٌ، فَقَالَ لِي: يَا جَابِرُ، خُذِ الإِدَاوَةَ وَانْطَلِقْ بِنَا، فَمَلأْتُ الإِدَاوَةَ مَاءً، وَانْطَلَقْنَا، فَمَشَيْنَا حَتَّى لا نَكَادُ نُرَى، فَإِذَا شَجَرَتَانِ بَيْنَهُمَا أَذْرُعٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: يَا جَابِرُ، انْطَلِقْ فَقُلْ لِهَذِهِ الشَّجَرَةِ: يَقُولُ لَكِ رَسُولُ اللَّهِ: الْحَقِي بِصَاحِبَتِكِ حَتَّى أَجْلِسَ خَلْفَكُمَا فَفَعَلْتُ، فَرَجَفَتْ حَتَّى لَحِقَتْ بِصَاحِبَتِهَا، فَجَلَسَ خَلْفَهُمَا حَتَّى قَضَى حَاجَتَهُ "

Derajat Hadits

Hadits ini tidak lepas dari kecacatan, karena baik ‘Isa bin Yunus maupun Yunus bin Bukair, keduanya menerima dari Ismail bin ‘Abdil Malik.

Islamil bin ‘Abdil malik adalah rawi dhaif. Abu Hatim al-razi berkata: haditsnya tidak kuat, namun tidak ditinggalkan begitu saja. Imam Ahmad berkata: ia Munkarul Hadits. Imam al-bukhari berkata: haditsnya dicatat. Yahya al-Qhattan meninggalkannya karena kelemahannya dalam hafalannnya. Al-Haafizh menyimpulkan dengan komentarnya dalam taqrib:

قال في التقريب : صدوق كثير الوهم ، وذكره في المطالب العالية ، وقال : فيه كلام ، ومرة : سيئ الحفظ
Shaduq banyak kelirunya, dan menyebutnya dalam al-Mathalib al-‘Aaliyyah, ia berkata: padanya terdapat perbincangan dan terkadang ia jelek hafalannya.

Dengan begitu, sifat rawi ini masuk pada maqom muhtamal, itu berarti ia akan diterima haditsnya jika terdapat tawabi atau syawahid dari periwayatannya. Terdapat syawahid dari hadits nomor satu dari jalur Mughirah < Abi Salamah < Muhammad bin ‘Amr, dengan begitu hadits tentang “Anjuran menyendiri dalam buang hajat” adalah Hasan Lighairih.

SYARAH HADITS

Hadits ini semakna dengan hadits pertama, yaitu anjuran untuk menyendiri dan atau tersembunyi saat buang hajat tanpa terlihat oleh siapapun.

Imam al-Syaukani berkata dalam Nail al-Uthar:

Hadits ini menunjukkan bahwa sunnahnya ketika hendak melakukan qodho hajat (buang air besar) agar tersembunyi dan terlarangnya dari penglihatan orang lain. (nailul authar juz 1 no. 1 halaman 41)

Tidak ada komentar: