IMF : SOLUSI APA POLUSI?

Empat hari lagi, Indonesia akan mengadakan perhelatan besar yaitu Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam agenda tahunan pertemuan IMF ( International Monetary Fund) dan World Bank. Agenda besar ini akan dilaksanakan di Nusa Dua Bali pada tanggal 8 - 14 Oktober 2018.

Pertemuan ini adalah pertemuan terbesar di dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan, agenda ini akan menghadirkan Gubenur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara. Diperkirakan jumlah peserta yang akan hadir dalam pertemuan ini sekitar 18.000 orang dari berbagai negara.

Dalam agenda ini, Luhut Binsar Pandjaitan selaku ketua panitia nasional pertemuan tahunan ( Annual Meeting) mengatakan bahwa anggaran pemerintah yang digelontorkan lebih dari 1,1 Trilyun. Bahkan menurut BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) memperkirakan dana untuk mendukung pertemuan IMF-WB 2018 mencapai 6,9 Trilyun.


Pada pertemuan IMF -WB ada beberapa pembahasan yang akan menjadi topik pembicaraan, yaitu terkait dengan pengentasan kemiskinan, pembangunan infrastruktur serta Ekonomi Syariah.

Menurut Deputi Gubernur BI Dodi Budi Waluyo, salah satu isu yang dibahas adalah bagaimana ekonomi Syariah akan diluncurkan. Pada pertemuan nanti akan dibahas bagaimana Waqaf dan zakat untuk mendobrak perekonomian negeri ini. Ekonomi Syariah menjadi isu pembahasan karena dianggap bahwa mayoritas penduduk di negeri ini adalah mayoritas muslim serta ingin memperkenalkan Ekonomi berbasis Syariah.

Masih menurut Dodi Budi Mulyono, dia akan membahas cara meningkatkan ketahanan di sektor keuangan termasuk keberlanjutan Utang Luar Negeri.

Sebenarnya, ada apa dengan IMF? lembaga seperti apakah IMF ini sesungguhnya? sehingga pemerintah begitu royal dalam penyabutan dan persiapan pertemuan dengan lembaga ini. Pemerintah menganggap lembaga ini layaknya sebuah dewa penolong dalam masalah keuangan sebuah negara.

International Monetary Fund ( IMF) dibentuk pada tahun1944 dalam Konferensi Bretton Woods. Kemudian diresmikan pada tanggal 27 Desember 1945 dengan keanggotaan sekitar 29 negara. Lembaga ini merupakan lembaga keuangan internasional yang dikembalikan oleh Amerika Serikat. Lembaga ini dibentuk dengan tujuan mengatur sistem keuangan Internasional dan menyediakan piniaman ke negara -negara lain yang membutuhkan dengan suku bunga pinjaman yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat dunia yang ada di negeri -negeri muslim, telah menjadi korban keganasan dari sistem Kapitalis, sehingga memaksa para pemimpin di negeri muslim harus terjerat dengan lembaga penyedot uang ini. Negeri-negeri yang telah terjerat dengan lembaga IMF ini tidak jarang mereka harus terseret krisis demi krisis moneter. Kenapa semua itu bisa terjadi???

Jawabannya ada disini.....

Menurut Abdurahman al- Maliki (1963) dalam kitab As-Siyasah al-iqtishadiyah al-Mutsla atau Politik Ekonomi Ideal halaman 200 disebutkan bahwa Utang Luar Negeri terdapat beberapa bahaya antara lain :

1). Utang luar negeri membahayakan Eksistensi sebuah negara karena utang adalah sebuah metode baru yang ditempuh oleh negara kafir kapitalis untuk menjajah sebuah negara terutama negara yang memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah termasuk Indonesia.

2). Utang luar negeri diberikan karena ini adalah sebuah senjata politik ampuh negara kapitalis yang dipimpin oleh Amerika Serikat, kepada negeri-negeri muslim untuk memaksakan semua kebijakan politik dan ekonominya. Mereka mudah menundukkan para penguasa yang telah terjerat dengan utang. Faktanya bisa kita lihat sendiri dihadapan kita, bagaimana tidak berdayanya penguasa negeri ini dengan tekanan ekonomi dan politik yang diberikan oleh negara Kapitalis.

3). Utang luar negeri sesungguhnya sangat melemahkan negara pengutang, terutama terkait dengan pelunasan utang.Karena mau tidak mau negara pengutang harus membayar utang dengan mata uang dolar. Apalagi dalam kondisi kurs rupiah jeblok maka secara otomatis akan mengakibatkan beban pembayaran utang semakin berat dan mencekik bagi negeri penghutang

4). Utang luar negeri akan membuat negara penghutang akan semakin miskin dan miskin. Hal ini diakui oleh William Douglas pada tanggal 12 Juli 1962 salah seorang hakim Mahkamah Agung Amerika. Ia menyampaikan dalam pidatonya pada pertemuan Massoni di Seattle " Banyak negara yang kondisinya semakin buruk akibat menerima bantuan dari Amerika Serikat "

Lantas, apakah dengan melihat fakta keganasan IMF-WB seperti ini masihkah penguasa di negeri ini bersorak gembira mendapatkan kucuran dana segar yang terasa pahit dari lembaga ini?

Apakah belum membuat sadar kepada para pemimpin di negeri ini terutama kepada para staf pejabat keuangan, bahwa dengan semakin banyaknya pinjaman utang ke luar negeri, maka akan semakin erat jeratan kafir barat kepada negeri ini. Alih -alih memberi sebuah solusi yang ada malah membuat polusi sehingga menewaskan semua sektor ekonomi dan politik di negeri ini.

Lantas, solusi apa yang bisa mengeluarkan negeri ini dari jeratan utang luar negeri?

Solusiny hanya ada satu yaitu TERAPKAN SYARIAH ISLAM DALAM BINGKAI KEHIDUPAN DI BAWAH NAUNGAN KHILAFAH ISLAMIYAH.

Ini adalah solusi terbaik yang akan membawa negeri ini terbebas dari jeratan hutang. Khalifah akan menghentikan semua jenis hutang,Khalifah hanya akan membayar hutang pokoknya saja, Karena bagaimanapun juga membayar hutang adalah sebuah kewajiban.

Khalifah akan mengambil alih semua SDA yang selama ini telah dikuasai oleh Asing atas nama Privatisasi. Khalifah juga akan memutus semua jenis perjanjian dengan negara kapitalis barat. Maka dengan demikian maka negeri muslim akan terbebas dari jeratan hutang kepada lembaga seperti IMF dan World Bank.

InsyaAllah sebentar lagi negeri muslim akan bersatu dan menjadi negara adikuasa yang akan mengalahkan negara kafir barat di bawah Kepemimpinan Khilafah Islamiyah. Dunia tidak membutuhkan IMF dan World Bank. Kedua lembaga tersebut adalah lembaga keuangan Internasional yang berbasis RIBAWI dan ribawi adalah perkara yang haram di dalam Islam.

Wa'allahu a'lam

#TinggalkanEkonomiRibawi
#BeralihKeSistemEkonomiIslam
#CoretanSenja

Oleh: Rasty Ardhina
republish from whatsapp group

Tidak ada komentar: