Jaga niat, Jangan Jadikan Terkenal Sebagai Cita-cita

Dalam hal apapun. Jadi pengusaha terkenal, dokter terkenal, artis terkenal, facebooker terkenal, youtuber terkenal, tokoh terkenal atau bahkan ustadz terkenal!!

Suka dikenal dan cinta popularitas itu bukan akhlak Islami.

Cinta popularitas termasuk cinta pada kedudukan. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:

ما ذئبانِ جائعانِ أُرسلا في غنمٍ، بأفسدَ لها من حرصِ المرءِ على المالِ والشرفِ، لدِينه
“Dua ekor serigala yang dilepas kepada seekor kambing, tidak itu lebih merusak daripada ambisi manusia terhadap harta dan kedudukan, yang merusak agamanya” (HR. At Tirmidzi no. 2376, ia berkata: “hasan shahih”).

Lihatlah orang-orang yang beramal shalih namun karena ingin dikenal, mereka berakhir di neraka. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya orang pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati karena istisyhad (mencari syahid) di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Kemudian ditanya kepadanya : ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ 

Ia menjawab : ‘Aku berperang untuk-Mu Ya Allah, sampai-sampai aku mencari syahid’. Allah berkata kepadanya : ‘Engkau dusta! Engkau berjihad supaya dikatakan seorang yang pemberani. Dan itu telah dikatakan orang-orang’. Kemudian diperintahkan para Malaikat untuk menyeret orang itu atas wajahnya, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka. 

Dan juga orang yang menuntut ilmu, ia juga mengajarkannya serta membaca Al Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Kemudian Allah berkata kepadanya: ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, aku juga membaca Al Qur’an karena engkau ya Allah’. 

Allah pun berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar disebut ‘alim (orang yang berilmu), engkau membaca Al Qur’an supaya disebut qari’ (ahli membaca Al Qur’an), dan orang-orang telah mengatakannya’. Kemudian diperintahkan para Malaikat agar menyeretnya atas wajahnya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. Dan juga orang yang Allah berikan ia kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. 

Ia didatangkan dan diperlihatkan kenikmatan-kenikmatan yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Allah berkata kepadanya : ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan suatu jalan kebaikan kecuali saya ber-infaq di sana karena Engkau ya Allah’. 

Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau melakukan itu supaya disebut dermawan dan orang-orang telah mengatakan itu’. Kemudian diperintahkan para malaikat agar menyeretnya di atas wajahnya dan ia dilemparkan ke dalam neraka” 

(HR. Muslim no. 1905).

Jaga niat, Jangan Jadikan Terkenal Sebagai Cita-cita

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالتَّمَادُحَ فَإِنَّهُ الذَّبْحُ
“Jauhilah sifat suka dipuji, karena dengan dipuji-puji itu seakan-akan engkau disembelih” (HR. Ahmad no. 16460, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 2674).

Oleh karena itu para salaf dahulu benci popularitas. Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan:

كفى فتنة للمرء أن يشار إليه بالأصابع في دين أو دنيا إلا من عصمه الله
“Cukuplah sebagai fitnah (ujian) bagi seseorang, ketika jari-jari menunjuk padanya dalam masalah agama atau masalah dunia. Kecuali orang yang Allah selamatkan” (Az Zuhd libni Surri, 2/442).

Al Baihaqi rahimahullah mengatakan:

كُلّ شَيْء صَيَّرَ صَاحِبه شُهْرَة فَحَقّه أَنْ يُجْتَنَب
“Setiap hal yang membuat seseorang menjadi cinta popularitas, maka sepatutnya dihalangi” (Aunul Ma’bud, 9/171).

Sufyan Ats Tsauri rahimahullah mengatakan:

إياك والشهرة؛ فما أتيت أحدًا إلا وقد نهى عن الشهرة
“Jauhilah cinta popularitas, dan aku tidak menemui satu guru pun kecuali mereka melarang cinta popularitas” (Siyar A’lamin Nubala, 7/260).

Bisyr bin Al Harits rahimahullah mengatakan:

مَا اتَّقَى اللهَ مَنْ أَحَبَّ الشُّهْرَةَ
“Tidak akan bisa bertaqwa kepada Allah orang yang cinta popularitas” (Siyar A’lamin Nubala, 10/476).

Berusahalah menjadi orang yang paling menghamba kepada Allah, tanpa ingin dikenal. Berusahalah menjadi orang yang paling bertaqwa kepada Allah, tanpa ingin dikenal. Berusahalah menjadi orang yang terkaya, tanpa ingin dikenal. Oleh karena itu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, berkecukupan dan tersembunyi” (HR. Muslim no. 2965).

Dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:

هو الذي لا يظهر نفسه ، ولا يهتم أن يظهر عند الناس أو يشار إليه بالبنان أو يتحدث الناس عنه
“Yaitu orang yang tidak menampakkan dirinya, tidak berambisi untuk tampil di depan manusia, atau untuk ditunjuk oleh orang-orang atau diperbincangkan oleh orang-orang” (Syarah Riyadish Shalihin, 629).

Maka jangan jadikan “terkenal” sebagai cita-cita, karena itu adalah ujian dan bencana. Teruslah berkarya dalam hal yang manfaat untuk dunia untuk akhirat, namun buang jauh-jauh rasa ingin dikenal.

Semoga Allah memberi taufik.

Oleh : Ustadz Yulian Purnama hafizhahullah
Sumber : kangaswad.wordpress.com

Tidak ada komentar: