Nasihat Untuk Penuntut Ilmu Fakultas Syariah

Wahai para mahasiswa kuliah syariah, selamat atas pilihamu, dalam kesempatan ini aku memberikan beberapa wasiat, sebagiannya umum, dan sebagiannya khusus untuk kalian atau sebagian kalian…

Saya wasiatkan wahai penuntut ilmu fakultas syariah :

▪Agar engkau serius dan bersungguh-sungguh, karena umat sedang menantimu sebagai seorang faqih dan alim, engkau diharapkan untuk menjadi orang alim maka jangan menjadi program gagal.
▪Mendedikasikan diri dan mengerahkan segalanya untuk menuntut ilmu selama engkau belajar di universitas. Jangan engkau sibukkan tahun-tahun ini tanpa ilmu, jadikanlah ilmu kesibukanmu yang pertama kali dan terakhir kali.
▪Menghafal Al-Qur’an, jadikan Al-Qur’an adalah hafalan yang paling utama. Pilih waktu yang terbaik untuk Al-Qur’an agar engkau dapat menghafal dengan sempurna dalam waktu yang singkat.
Nasihat Untuk Penuntut Ilmu Fakultas Syariah

▪Menghafalkan matan-matan dengan hafalan mutqin. Jangan dengarkan orang-orang yang meremehkan hafalan dan membual supaya engkau meninggalkan hafalan.
▪Menghafalkan Zadul Mustaqni’ selama tahun-tahun belajarmu : Hafalkan setiap semester materi yang sudah dijadikan kurikulum agar engkau dapat menghatamkannya selama empat tahun.
▪Bermadzhab dalam belajar, karena bermadzhab adalah jalan ilmu bagi pemula, bermadzhab bukan berarti ta’ashshub (fanatik).
▪Membaca kitab-kitab seputar madzhab yang telah dipilih, imamnya, tokoh-tokohnya. Agar engkau yakin dan tenang dengan madzhab yang engkau pelajari. Jika tidak, maka semangatmu untuk mendalaminya dan mempelajarinya akan melemah.
▪Menjadikan dirasah madzhab dan menekuninya sebagai modal utama dalam belajar fikih. Tidak masalah untuk mengejar keuntungan dengan syarat tidak membahayakan modal utama.
▪Memperhatikan Zadul Mustaqni’ dan Raudhul Murbi’ dalam fikih dengan menghafalkan matan dan mengulang-ulang serta memahami syarahnya. Dan jangan hanya bersandar pada ringkasan.
▪Menghafalkan satu atau dua bait Alfiyah Ibnu Malik setiap hari. Dan lima baris Zadul Mustaqni’.
▪Mengagungkan para imam salaf dan para ulama umat, membaca kitab Fadhlu Ilmis Salaf ‘ala Ilmil Khalaf karya Ibnu Rajab.
▪Menjadikan orang-orang yang haus ilmu sebagai teman dan kawan, dan jauhilah orang-orang yang malas dan menyia-nyiakan waktu.
▪Menfokuskan kesungguhan untuk menguasai kitab-kitab yang sudah ditetapkan sebagai materi di kuliah, dengan benar-benar dhabt, faham dan hafal matan-matannya. [Zadul Mustaqi’, Alfiyah, …]

Tulisan berharga Dr. Amir Bahjat di twitter beliau:

Yang lebih penting daripada metode belajar adalah memperbaiki niat dan membersihkan hati dari segala noda, berusahalah dalam menuntut ilmu agar hatimu tidak mengejar tujuan selain Allah.

Betapa banyak pembicaraan seputar metode belajar secara umum, akan tetapi perbedaan keadaan pelajar menyebabkan berbagai macam metode yang cocok dengan keadaanya.

Jadikan semangatmu dalam menguasai dan memahami kitab-kitab muqarrar lebih besar daripada semangat dalam mempelajari ta’liqat dan ringkasan, yang paling utama adalah : Ar-Raudh, Ar-Raudah (Raudatun Nadhir), Syarh Thahawiyah, Audhah Masalik.

Terkadang menghafal itu melelahkan dan engkau tidak dapat langsung merasakan manis buahnya, maka bersabarlah dan berjuanglah. Yang terpenting adalah mutqin dan selalu hadir di lisanmu.

Aku mengenalnya dengan baik : Dia masuk kuliah syariah hanya membawa bekal ilmu : Lima juz Al-Qur’an dan Cita-cita Tinggi. Hasilnya, dia tidak lulus kuliah kecuali menjadi rujukan teman-temannya. Empat tahun saja masanya dalam mendapatkan ilmu, dia menghafal : Mukhtashar Kutub Sittah, Zadul Mustaqni’, Alfiyah Ibnu Malik, dan matan-matan kecil.

Dan ada orang lain masuk kuliah sudah hafidz Al-Qur’an, namun cita-citanya adalah kertas kelulusan… Lulus dari kuliah dalam keadaan lupa semua hafalannya dan tidak menguasai pelajarannya. Setelah beberapa tahun menjadi : Orang awam yang mumtaz.

Sebagian syaikhku berkata: Jika engkau ingin melihat kesungguhanmu dan semangatmu dalam menuntut ilmu, lihatlah keadaanmu di pagi hari liburmu.

Pagi hari libur pekanan adalah kesempatan besar untuk murajaah, mengejar ketinggalan, bahts, membaca … Dalam 4 tahun ada 200 hari. Sangat merugi jika engkau sia-siakan untuk tidur.

Catatan:
Beliau memilih Zadul Mustaqni’ dan Raudhul Murbi’ karena di negara beliau Arab Saudi bermadzhab Imam Ahmad bin Hanbal.
Adapun jika berasal dari negara yang bermadzhab lain maka disesuaikan dengan kitab matan yang mu’tamad, contohnya Matan Ghayah wa Taqrib atau Al-Minhaj Imam An-Nawawi dalam Madzhab Imam As-Syafi’i.
Yang terpenting adalah menguasai matan fikih karena fakultas syariah adalah spesialis fikih dan ushulnya.
Pembahasan “Apakah kita harus bermadzhab dalam belajar fikih?” Dr. Amir Bahjat menjelaskan dengan cukup menarik dalam penjelasan Madkhal Fikih dalam silsilah durus At-Ta’hil Al-Fiqhi.

Alfawaid Indonesia

Dr. Amir bin Muhammad Fida’ Bahjat
________
Diterjemahkan bebas dan disusun oleh : Fida’ Munadzir Abdul Lathif
Alfawaid Indonesia | Channel Dakwah

Tidak ada komentar: