Amal Itu Berdasarkan Iqtida' (Meneladani Tuntunan Rosululloh)

قَــالَ ابـــــنُ الـقـــــــــــــَيِّم - رَحِمَہُ اللَّه تـعالـــﮯ - : كــُلُّ عــــَمَــلٍ بـــلَا اقــــــتِـدَاء فَإنَّهُ لَا يَزِيدُ عَامِلَهُ مِنَ اللهِ إلَّا بُعدًا ؛ فـــــَإنَّ اللهَ تَــعَالَـــﮯ إنَّـمَا يُعبَدُ بِأمرِه ، لَا بـــالآرَاءِ والأهــــــــــوَاءِ . مَدَارِجُ السَّالكِينَ ( ١ / ١٠٥ ).
Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata :

"Setiap amalan yg dilakukan tanpa iqtida' (meneladani Rosululloh), maka amalan tersebut tidak menambah bagi pelakunya, kecuali semakin jauh dari Alloh ta'ala.

Karena sesungguhnya Alloh itu hanyalah disembah/diibadahi berdasarkan perintah-Nya, bukan berdasarkan pendapat2 akal dan hawa nafsu." (Madarijus Salikin, 1/105)

Amal Itu Berdasarkan Iqtida'

Catatan :

1. Sungguh benar yg beliau sampaikan. Karena suatu amalan itu, agar diterima dan diberi pahala oleh Alloh ta'ala itu, hendaknya memenuhi dua syarat utama : ikhlas karena Alloh, dan ittiba'/iqtida' (mengikuti atau meneladani tata cara ibadah yg diajarkan oleh Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.

2. Di dlm kitabnya, Majmu' Al-Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh menjelaskan tafsir dari Surat Al-Mulk ayat ke 2 sbb :

وقال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : " ( لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا )، قَالَ الْفُضَيْل بْنُ عِيَاضٍ : أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ ، قَالُوا : يَا أَبَا عَلِيٍّ مَا أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ ؟ قَالَ : إنَّ الْعَمَلَ إذَا كَانَ خَالِصًا ، وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا ، لَمْ يُقْبَلْ ، وَإِذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ ، حَتَّى يَكُونَ خَالِصًا صَوَابًا. وَالْخَالِصُ : أَنْ يَكُونَ لِلَّهِ ، وَالصَّوَابُ : أَنْ يَكُونَ عَلَى السُّنَّةِ، وَذَلِكَ تَحْقِيقُ قَوْله تَعَالَى : (فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ) " انتهى من "مجموع الفتاوى" (1/ 333)
Alloh ta'ala berfirman (yg artinya) : ( "Untuk menguji kalian, siapakah diantara kalian yg paling baik amalannya.")

Al-Fudhoil bin Iyyadh rohimahulloh berkata (menafsirkan ayat ("yg terbaik amalannya") : "Yaitu yg paling ikhlas dan paling benar."

Kemudian ada yg bertanya : "Wahai Abu Ali, apa yg dimaksud dengan yg paling ikhlas dan yg paling benar itu ?"

Beliau (yakni Al-Fudhoil) menjawab : "Sesungguhnya amalan itu, jika ikhlas karena Alloh ta'ala saja, tetapi tidak benar, maka amalan itu tdk diterima. Dan (sebaliknya), jika amalan itu benar, tetapi tidak ikhlas, jg tidak akan diterima. Sehingga, amalan itu (agar diterima oleh Alloh) harus Kholish (ikhlas) dan Showab (benar).

Kholish itu artinya : "yg ikhlas karena Alloh". Sedangkan Showab (benar) itu artinya : "di atas sunnah/tuntunan Rosululloh."

Demikian itulah realisasi dari firman Alloh ta'ala (yg artinya) : "Maka barangsiapa berharap perjumpaan dgn Robbnya (pd hari akhirat nanti), maka hendaknya dia beramal sholih, dan tdk menyekutukan amalannya tsb dgn sesuatu apapun." (QS Al-Kahfi : 110)

(Sumber : Majmu' Al-Fatawa (1/333), karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh)

Demikian penjelasan ringkas ini. Intinya, agar amal diterima oleh Alloh ta'ala : harus ikhlas karena Alloh ta'ala, dan meneladani/mencontoh apa yg diajarkan oleh Rosululloh shollallhu alaihi wa sallam, khususnya tentang tata cara suatu ibadah.

Bukan beribadah dgn cara "NGAWUR", menurut sekehendak hatinya, pikirannya ataupun hawa nafsunya.

Wallohu a'lamu bis showab.

Surabaya, Senin pagi yg sejuk, 27 Shofar 1440 H / 5 Nopember 2018 M
Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby

Silahkan joint pada channel telegram kami : https://t.me/joinchat/AAAAAFFt2cVSmpS0g2Gsvw

Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.

Tidak ada komentar: