Fenomena 'ndompleng simbol negara untuk memerangi islam

Fenomena 'ndompleng' nama bangsa atau simbol negara untuk memuluskan langkah memerangi Islam

Ini strategi lain yg digunakan oleh barisan pengecut dan munafiqun dalam merongrong Islam dari dalam.

Makanya,

- Yg tadinya namanya Islam Liberal, sekarang berganti menjadi Islam Nusantara.

- Yg tadinya kesyirikan dan kemaksiatan, sekarang berganti nama menjadi bagian dari 'kearifan lokal'.

- Ada yg membaca Alquran dg langgam jawa.

- Ada yg ibadah sai dg membaca dzikir pancasila.

- Ada yg bershalawat untuk pancasila.

Dan masih banyak lagi, dan mereka akan mengembangkan varian² lain dari langkah ini.

Fenomena 'ndompleng simbol negara untuk memerangi islam

Mereka mengambil langkah ini, agar orang² yg melawan mereka bisa dituduh sebagai oknum yg tidak pancasilais .. tidak setia kepada negara .. tidak menghargai kekayaan budaya bangsa!!

Paham kan .. bagaimana liciknya mereka?!

Mereka kira Allah tidak tahu apa isi hati mereka .. mereka kira Allah membiarkan agamaNya .. mereka kira Allah akan diam saja.

Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik baik pembuat makar, silahkan kalian berbuat makar terhadap agama Allah .. Allah pasti akan membalas makar kalian.

Katakan kepada mereka: bahwa taat kepada pemerintah yg sah selama bukan maksiat adalah akidah kita ..

pancasila sebagai dasar negara, kita hormati dan junjung tinggi, karena tidak bertentangan dg nilai² Islam .. dan kita akan membela negara RI, sebagai bentuk pembelaan kita terhadap darah kaum muslimin sebagai mayoritas penduduknya.

Tapi tetap saja kami akan memerangi kesyirikan dan kemaksiatan .. meski kalian berusaha menempelkannya dg bangsa kami dan simbol negara.

Karena setiap kesyirikan dan kemaksiatan akan menjadikan negara ini tdk aman, tidak berkah, bahkan runtuh, sebagaimana umat² terdahulu menjadi hancur dan binasa krn kesyirikan dan kemaksiatan yg mereka lakukan.

Ingatlah membela Islam, berarti menjaga keutuhan bangsa dan negara ini.

Silahkan dishare .. semoga bermanfaat.

Ustadz Musyaffa Ad Dariny, M.A.
Repost from shuhbatur Rifqany

Tidak ada komentar: