Hukum Berpuasa Saat Safar

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ سَأَلَ حَمْزَةُ بْنُ عَمْرٍو الْأَسْلَمِيُّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصِّيَامِ فِي السَّفَرِ فَقَالَ إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ رواه مسلم
Dari Aisyah radliallahu 'anha, bahwa ia berkata; Hamzah bin Amru Al Aslami bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang berpuasa dalam perjalanan, maka beliau menjawab: "Jika kamu mau berpuasalah dan jika tidak berbukalah." H.R. Muslim (w. 261 H)

Hukum Berpuasa Saat Safar

Istifadah:

Safar (perjalanan) merupakan suatu situasi yang berat bagi seorang muslim untuk berpuasa. Maka, di situ Allah Ta'ala memberikan kemudahan (rukhsah) dengan kebolehan berbuka baginya.

Namun, untuk menyikapi kemurahan tersebut seseorang boleh memilih antara tetap berpuasa atau berbuka.

Berdasarkan pemahaman rasionalnya, bepergian yang diperbolehkan berbuka adalah bepergian yang mengakibatkan kepayahan. Mengingat tidak semua bepergian mengakibatkan kepayahan, maka standar yng dipakai disamakan dengan standar bepergian yang diperbolehkan mengqhosor shalat.
Wallahu A'lam

[Lembaga Kajian & Riset Rasionalika Darus-Sunnah]

Tidak ada komentar: