Kisah Heroik Para Sahabat Nabi Di Perang Qodasiyyah

Kisah heroik para sahabat Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- telah mengisi lembaran-lembaran sejarah indah Islam. Para sahabat memiliki keberanian luar biasa dalam menghadapi musuh, laksana singa-singa padang pasir yang tidak gentar kepada musuh apapun. Mereka adalah kaum yang mencari syahadah (kedudukan mati syahid) di jalan Allah demi mengangkat martabat agama Allah.

Tak ada dalam kamus hidup mereka, melainkan Mati Syahid, atau Hidup Mulia di atas Islam, yang kemudian disederhanakan oleh kaum muslimin Indonesia dengan semboyan "Merdeka atau Mati", yakni merdeka di atas Islam atau mati syahid di tangan musuh kafir Belanda dengan ganjaran surga di sisi Allah -Tabaroka wa Ta'ala-.

Para sahabat -radhiyallahu anhum- berjihad tanpa kenal capek dan gentar, mereka senantiasa siap menghadapi kaum kafir yang tak mau tunduk kepada agama Allah (Islam).

Cerita indah dari kehidupan para pahlawan dan pembawa panji Islam telah menghiasi lukisan sejarah manusia.

Mereka telah melakukan perubahan dalam segala sisi, mulai dari akhlaq manusia, ilmu, ibadah dan lainnya. Semua berkat perjuangan para sahabat -radhiyallahu anhum-.

Para pembaca yang budiman, kali ini kami akan mengajak anda meneguk manisnya sejarah mereka dengan menukil kisah kepahlawanan mereka sebagaimana yang dinukil oleh sejarawan Islam,

Al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- dalam kitabnya yang berjudul "Al-Bidayah wa an-Nihayah" (9/621-623) seputar Perang Qodasiyyah:

Kisah Heroik Para Sahabat Nabi

Di zaman itu, kaum muslimin melakukan penyerangan terhadap kerajaan Majusi (Persia) yang kala itu dipimpim oleh Raja Yazdajir.

Sang Raja mengirim seorang panglima perang mereka yang bernama Rustum.

Adapun kaum muslimin saat itu dipimpin oleh Amirul Mukminin Umar bin Al-Khoththob -radhiyallahu anhu-. Beliau saat itu mengirim bala tentara yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqosh, salah seorang calon penghuni surga -radhiyallahu anhu-.

Sekarang mari kita dengarkan kisah selengkapnya:

Tatkala dua pasukan akan berhadapan, maka Rustum mengirim pesan kepada Sa'ad -radhiyallahu anhu-,

"Tolong kirim seorang yang cerdik kepadaku karena ada suatu hal yang aku akan tanyakan kepadanya". Akhirnya, Sa'ad mengutus Al-Mughiroh bin Syu'bah -radhiyallahu anhu-.

Ketika Al-Mughiroh datang kepadanya, mulailah Rustum berkata kepadanya, "Sesungguhnya kalian adalah tetangga kami. Kami telah berbuat baik kepada kalian dan menahan gangguan dari kalian. Karenanya, kembalilah ke negeri kalian. Kami tak akan menghalangi para pedagang kalian dari memasuki negeri kami".

Sahabat Al-Mughiroh bin Syu'bah Ats-Tasqofiy -radhiyallahu anhu- menjawab,

إِنَّا لَيْسَ طَلَبُنَا الدُّنْيَا، وَإِنَّمَا هَمُّنَا وَطَلَبُنَا الْآخِرَةُ، وَقَدْ بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا قَالَ لَهُ: إِنِّي قَدْ سَلَّطْتُ هَذِهِ الطَّائِفَةَ عَلَى مَنْ لَمْ يَدِنْ بِدِينِي، فَأَنَا مُنْتَقِمٌ بِهِمْ مِنْهُمْ، وَأَجْعَلُ لَهُمُ الْغَلَبَةَ مَا دَامُوا مُقِرِّينَ بِهِ، وَهُوَ دِينُ الْحَقِّ لَا يَرْغَبُ عَنْهُ أَحَدٌ إِلَّا ذَلَّ، وَلَا يَعْتَصِمُ بِهِ إِلَّا عَزَّ.
"Sesungguh bukanlah tujuan kami adalah dunia!! Hanyalah tujuan dan cita-cita kami adalah akhirat!!! Sungguh Allah telah mengutus kepada kami seorang Rasul; Allah berpesan kepadanya, "Sungguh Aku telah kuasakan (tolong) kelompok ini (yakni, kaum muslimin) atas orang-orang yang tak mau menganut agama-Ku. Akulah yang akan menghukum mereka dengan perantaraan kaum muslimin dan akan Aku berikan kemenangan bagi mereka selama mereka mengakui agama ini, yaitu agama kebenaran; tak ada yang benci kepadanya kecuali ia akan terhina dan tak ada yang berlindung dengannya, kecuali ia akan mulia".

Rustum bertanya, "Agama apa itu?"

Al-Mughiroh bin Syu'bah -radhiyallahu anhu- menjawab,

أَمَّا عَمُودُهُ الَّذِي لَا يَصْلُحُ شَيْءٌ مِنْهُ إِلَّا بِهِ، فَشَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَالْإِقْرَارُ بِمَا جَاءَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
"Adapun pilar-pilarnya yang tak akan baik sesuatu dari agama ini, kecuali dengannya, maka ia adalah persaksian bahwa tak ada sembahan yang haq, melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah serta mengakui semua yang datang dari sisi Allah!!"
"Oh, alangkah indahnya agama ini! Apalagi selain itu?", tanya Rustum

Al-Mughiroh -radhiyallahu anhu- menjawab,

وَإِخْرَاجُ الْعِبَادِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ
"Mengeluarkan para hamba dari penyembahan terhadap hamba menuju penyembahan kepada Allah".

"Ini juga bagus", tutur Rustum seraya berkata, "Bagaimana menurut kalian jika kami masuk ke dalam agama kalian, apakah kalian akan pulang (pergi) dari negeri kami?"

Al-Mughiroh menjawab, "Demi Allah, ya kami tak akan mendekati negeri kalian, kecuali untuk dagang dan suatu hajat".

"Ini juga bagus", tegas Rustum.

Tatkala Al-Mughiroh -radhiyallahu anhu- keluar dari sisinya, maka Rustum mengajak para pemimpin kaumnya untuk berunding tentang Islam.

Mereka amat benci hal itu dan enggan masuk Islam. Akhirnya, Allah memberikan keburukan dan kehinaan kepada mereka dan sungguh Allah telah melakukan hal itu.

Beberapa saat kemudian, Sa'ad -radhiyallahu anhu- mengutus lagi utusan lain karena permintaan Rustum, yaitu sahabat Rib'iy bin Amir.

Utusan ini pun masuk menemui Rustum. Sementara itu mereka telah menghiasi majelis Rustum dengan bantal-bantal berhias emas dan permadani sutra.

Dia juga menampakkan permata yaquth, mutiara-mutiara berharga dan perhiasan yang hebat. Rustum mengenakan mahkota dan perlengkapan yang berharga. Waktu itu, ia duduk di tahta emas.

Kemudian masuklah sahabat Rib'iy -radhiyallahu anhu- dengan mengenakan pakaian yang kasar bersamanya pedang, perisai dengan menunggangi seekor kuda yang pendek.

Dia terus mengendarai kudanya sampai ia menginjakkan kudanya pada ujung permadani. Lalu ia turun dari kendaraannya dan menambatnya pada sebagian bantal-bantal tersebut.

Rib'iy menghadap sambil menyandang pedang, baju besi dan topi baja pada kepalanya.

Mereka (pasukan Persia) berkata, "Ayo letakkan senjatamu!!".

"Sebenarnya aku tak mau datang kepada kalian. Hanya saja aku datang saat kalian mengundangku. Jika kalian membiarkan aku demikian, maka aku akan masuk. Tapi jika tidak, maka aku akan kembali!!"

Rustum berkata, "Mendekatlah kepadanya".

Lalu menghadaplah Rib'iy -radhiyallahu anhu- sambil bertelekan pada tombaknya di atas permadani sehingga robeklah permadani itu.

Mereka bertanya, "Apa yang menyebabkanmu datang?"

Rib'iy bin Amir menjawab,

اللَّهُ ابْتَعَثْنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَمِنْ ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الْأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ، فَأَرْسَلَنَا بِدِينِهِ إِلَى خَلْقِهِ لِنَدْعُوَهُمْ إِلَيْهِ، فَمَنْ قَبِلَ ذَلِكَ قَبِلْنَا مِنْهُ وَرَجَعْنَا عَنْهُ، وَمَنْ أَبَى قَاتَلْنَاهُ أَبَدًا حَتَّى نُفْضِيَ إِلَى مَوْعُودِ اللَّهِ
"Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan orang-orang Allah kehendaki dari penyembahan kepada hamba, menuju penyembahan kepada Allah, dan dari kesempitan dunia menuju kelapangannya, dari kelaliman agama-agama menuju keadilan Islam.

Jadi, Allah mengirim kami dengan membawa agama-Nya kepada seluruh makhluk agar kami mengajak mereka kepadanya.

Barangsiapa yang menerimanya, maka kamipun menerima hal itu darinya dan kami akan pulang (pergi) darinya.

Barangsiapa yang enggan (tak mau menerimanya), maka maka kami akan memeranginya selama-lamanya sampai kami tiba pada sesuatu yang Allah janjikan!!"

"Apa yang Allah janjikan?" tanya mereka.

Rib'iy menjawab, "yaitu surga bagi orang yang mati dalam memerangi orang-orang yang enggan dan kemenangan bagi orang-orang yang masih tetap hidup".

Rustum berkata, "Aku telah mendengarkan komentar kalian. Apakah kalian bisa menangguhkan perang ini sampai kami memikirkannya dan kalian pun berpikir?"

Rib'iy berkata, "Ya, boleh. Berapa waktu yang kalian inginkan? Sehari atau dua hari?!"

"Bukan, bahkan biarkan kami menyurati dulu para pemikir dan pemimpin kaum kami", kata Rustum.

"Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- tak pernah mencontohkan bagi kami untuk memberi penangguhan kepada musuh ketika sudah bertemu dalam waktu lebih dari tiga hari.
Ayo, pikirkan urusanmu dan urusan mereka dan pilihlah salah satu dari tiga perkara setelah penangguhan itu", tegas Rib'iy -radhiyallahu anhu-.

Rustum bertanya, "Apakah engkau adalah pimpinan mereka?"

Rib'iy menjawab, "Bukan, tapi kaum muslimin ibarat sebuah jasad, orang rendah diantara mereka memberikan perlindungan bagi orang-orang yang tinggi diantara mereka".

Kemudian Rustum rapat bersama dengan para pemimpin kaumnya seraya berkata, "Apakah kalian pernah melihat yang lebih hebat dan lebih kuat dibanding ucapan lelaki ini?"

Mereka menjawab, "Na'udzu billah, kalau sampai engkau condong kepadanya dan engkau pun mau meninggalkan agamamu lantaran si anjing ini!! Tidakkah engkau lihat bajunya?!"

"Celaka kalian, jangan perhatikan pakaian mereka, tapi perhatikanlah pikiran, ucapan dan jalan hidupnya!! Sesungguhnya orang-orang Arab tidak terlalu memperhatikan soal pakaian dan makanan, namun mereka amat menjaga harkat dan martabat!!", tegas Rustum

Inilah percapakan dari para pahlawan Islam yang menunjukkan tentang kehebatan dan keperkasaan mereka.

Jumlah mereka kala itu hanya berkisar tujuh sampai delapan ribu orang, sementara pasukan Persia 30 ribu orang.

Namun karena pertolongan Allah dan semangat mereka yang pantang menyerah. Akhirnya, berhasil menumbangkan pasukan Persia di Perang Qodisiyyah dan setelah itu berhasil merebut Persia. Alhamdulillah ala ni'matil Islam.

Ibrah dan Renungan dari Balik Kisah ini:

- Di dalamnya terdapat keterangan tentang keberanian para sahabat, khususnya utusan yang datang dengan seorang diri.

- Para sahabat adalah orang-orang yang tidak terlalu memandang penampilan lahiriah. Karenanya, Rib'iy -radhiyallahu anhu- datang dengan pakaian paling seerhana.

- Seorang muslim tak boleh menampakkan kerendahan dan kehinaan di hadapan kaum kafir.

- Kemewahan duniawi tidaklah memukau para sahabat, sehingga mereka harus mengalah dengan bayaran. Bahkan mereka menolaknya!!

- Di saat perang disunnahkan mendakwahi kaum kafir agar masuk Islam sebelum mereka diperangi. Tapi ini bagi mereka yang belum mengenal Islam dan belum sampai dakwah kepadanya.

Al-Imam Asy-Syafi'iy -rahimahullah- berkata, "Tidak boleh memerangi orang kafir yang belum sampai kepadanya dakwah sampai mereka didakwahi. Adapun mereka yang sudah sampai dakwah kepadanya, maka boleh menyerangnya, tanpa didakwahi. Inilah kosekuensi hadits-hadits yang ada". [Lihat Fathul Bari (7/596-597) karya Ibnu Hajar]

- Kuatnya para sahabat memegang teguh sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- sampai pun di saat perang dan beliau telah wafat.

oleh : Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah -hafizhahullah-

Tidak ada komentar: