Mengetahui Perkara ghaib kekhususan sifat Allah

Termasuk sifat Allah adalah al-Ilmu yaitu mengetahui. Di antara ilmu khusus hanya Allah saja yang tahu adalah mengetahui yang ghaib. Maka kita harus meyakini bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali hanya Allah saja. Apabila seseorang meyakini ada selain Allah yang bisa mengetahui perkara ghaib, apapun sebutannya; entah itu dukun, peramal, paranormal, orang tua, orang pintar, kyai, ataupun selainnya, berarti dia telah berbuat kesyirikan.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
“Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia.” (QS. al-An’am [6]: 59)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ
“Dia mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (QS. al-Jin [72]: 26-27)

Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda bagi orang-orang yang mendatangi dukun ataupun peramal:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Siapa yang mendatangi peramal, kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.” (HR. Muslim 2230)

Ini baru bertanya saja, bila sampai mempercayainya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Siapa yang mendatangi dukun atau peramal, kemudian ia mempercayainya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad 9536, dinilai hasan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth pada tahqiq beliau terhadap hadits ini dalam Musnad Ahmad)


Mengetahui Perkara ghaib kekhususan sifat Allah

Maka jangan sampai kita meridhai atau bahkan mengamalkan ilmu perdukunan; seperti sihir, pelet, santet, guna-guna, pengasihan, penglaris, ilmu kebal dan sejenisnya. Na’udzubillahi min dzalik (kita berlidung kepada Allah dari semua itu).

Sampai di sini kita mengetahui bahwa kesyirikan adalah dosa yang sangat besar dan paling berbahaya, karena merupakan pembatal keislaman dan menjadi penyebab kekalnya seseorang di dalam neraka. Namun bukan berarti ketika ada seorang muslim melakukan kesyirikan dia langsung keluar dari Islam dan menjadi orang kafir, bukan begitu. Ada kaidah-kaidah penting dalam hal ini yang harus dipahami, seperti karena ketidak-tahuan, tidak sengaja, atau terpaksa dalam keadaan tetap beriman hatinya, atau sebab yang lain sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama. Allahu a’lam.

Demikian pembahasan tentang tauhid dan syirik yang bisa kami bahas ini. Kesimpulan yang bisa kita ambil yaitu bahwasanya para ulama membagi tauhid menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa shifat. Sedangkan kesyirikan yaitu menjadikan sekutu atau tandingan bagi Allah dalam masing-masing tauhid ini.

Meski demikian, yang menjadi inti dari semua jenis tauhid adalah tauhid uluhiyah (mengesakan Allah dalam peribadahan kepada-Nya). Hal ini dijelaskan oleh Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah, beliau berkata: “Tiga jenis tauhid ini, yang dimaksudkan dari ketiganya adalah tauhid uluhiyah, karena tauhid inilah yang didakwahkan oleh para rasul, karenanya diturunkan kitab-kitab, dan untuk tujuan inilah ditegakkannya jihad di jalan Allah, sehingga peribadahan hanya ditujukan kepada Allah saja, dan ditinggalkannya peribadahan kepada selain-Nya.” (Syarhul Aqidah ath-Thahawiyah hal 28)

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjaga kita tetap berada di atas tauhid hingga akhir hayat kita dan menjauhkan kita dari kesyirikan sejauh-jauhnya. Hanya kepada-Nya lah kita memohon.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Channel Telegram @ahsanary

Tidak ada komentar: