Ilmu Itu Berdasarkan Dalil, Hakikat Ilmu Adalah Paham

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

DALIL ADALAH AL-QUR'AN & AS-SUNNAH SERTA IJMA' ULAMA

Imam Syafi'i Rahimahullah pernah ditanya oleh seorang arab badui, apa dalilnya.
Ijma' Ulama adalah dalil, tiga hari lamanya Imam Syafi'i mencari dalilnya dalam Al-Qur'an, kemudian arab badui datang lagi & menanyakan lagi mana dalilnya? Imam menjawab dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa : 115.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يُّشَا قِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِلِ الْمُؤْ مِنِيْنَ نُوَ لِّه مَاتَوَلّٰى وَنُصْلِه جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا
"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu 1. & kami masukkan ia kedalam jahannam & jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali."

1. Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

Selalu berjalan bersama dalil.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Thamiyah Rahimahullah: "Termasuk nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya, dimana dia akan membuat hamba-Nya tersebut lebih mencintai dalil dari pada siapapun dan apapun.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang tidak diketahui, sehingga mengetahuinya dari kegelapan kejahilan kepada cahaya ilmu, sehingga tidak mengikuti apa yang tidak diketahuinya.

Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَکُلُّ أُوْلٰٓعںِٔكَ کَانَ عَنْهُ مَسْںُٔولًا
"Dan jangan kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban." (QS. Al-israa : 36)

Imam Sayuti Rahimahullah berkata: "taqliq itu bukan ilmu, agar kita jangan tersesat di dunia & sengsara di akhirat, semua ibadah ditimbang dengan dalil syar'iyah."

Ilmu Itu Berdasarkan Dalil

contoh: kesalahan memahami dalil dalam berdakwah bagi sebagi saudara kita, dalilnya benar akan tetapi tata cara memahami dalil yang keliru dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
artinya: "Sampaikanlah olehmu sekalian dariku meski satu ayat (al-qur'an). (HR. Bukhari).

Maksudnya adalah benar-benar berdakwah dengan ilmu sesuai dengan yang di perintah & yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Imam Al-Bukhari berkata:

اَلْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ
"Wajib berilmu sebelum berucap & berbuat".

Kesalahan dalam aqidah kaum Jahmiyyah & pengikutnya sampai hari ini mengatakan Allah ada di mana-mana, dalil mereka Qs. Al-An'am: 3.

Allah Ta'ala berfirman:

وَھُوَاللهُ فِي السَّمٰوٰتِ وَفِي الْاَرْضِ 
"Dan dialah Allah (yang disembah) baik dilangit maupun dibumi."

Kata ulama ini penafsiran yang bathil karena tidak ada ulama ahli tafsir dari masa kemasa menafsirkan demikian.

Allah dimana-mana bukan zat-Nya akan tetapi ilmu-Nya ada dimana-mana. Dalilnya dari kisah Nabi Musa 'Alaihissalam dan Nabi Harun 'Alaihissalam.

Syaikh Abdul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaiman Al-Mtshri berkata: "Saya meyakini bahwa ma'iyah (kebersamaan) Allah terbagi dua: Ma'iyah Khusus & Ma'iyahu Umum.

Ma'iyah Umam ialah Allah menyertai seluruh makhluk-Nya yaitu dengan ilmu, pendengaran & penglihatan-Nya, adapun Ma'iyah Khusus ialah Allah menyertai hamba-Nya yang beriman yaitu dengan pertolongan & pembelaan-Nya.

(QS Al-Furqaan : 31).

Dalam kitab Prinsip Ahlus Sunnah Waljama'ah hal. 51 no. 15.

kemudian berawal dari beberapa penafsiran bathil dari kalimat tauhid Laa ilaa ha illallaah, diantaranya tidak ada yang ada kecuali Allah (Laa mawjuda illallaah) ini adalah bathil karena maknanya: Allah menyatu dengan makhluk-Nya (wihdatul wujud).

Pemahaman tersebut diatas adalah bathil karena bertentangan dengan firman Allah Ta'ala:

اَللهُ الَّذِى خَلَقَ السَّموتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَھُمَا فيْ سِتَّةِ اَ يَّامٍ ٽُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ
"Allah lah yang menciptakan langit & bumi & apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam diatas arsy."(QS. As-sajdah: 4)

Ayat yang semakna dengan ayat ini ada tujuh ayat dalam Al-Qur'an.

Bersemayam yakni naik & meninggi sehingga dia diatas Arsy sesuai dengan kemuliaan & keagungan-Nya.

Allah Ta'ala diatas langit ada ratusan ayat dalam Al-Qur'an.

Kemudian mengenai (melafadzkan niat) dalam shalat berawal dari kekeliruan salah seorang ulama dari mazhab syafi'i yang bernama Abdullah Az-zubairi dalam memahami perkataan imam Syafi'i Rahimahullah bahwasanya puasa itu tidak seperti shalat, shalat itu harus dimulai dengan dzikir maksudnya adalah takbir, dia mengira bahwa dzikir disini adalah melafadzkan niat, sedangkan niat amalan hati, pemahaman ini bertentangan dengan hadits.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَقُمْتُ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَٽُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَطَبِّرْ
"Bila engkau berdiri untuk shalat, sempurnakanlah wudhu mu kemudian menghadap ke kiblat, lalu bertaqbirlah."(HR. Bukhari & Muslim)

Maksudnya berwudhu dulu baru berdiri untuk shalat.

Hadits ini, karena seseorang salah tatkala memulai shalatnya di dekat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sampai ditegur tiga kali oleh beliau karena membaca sesuatu sebelum takbir, yang benar sebelum takbir tidak boleh membaca apapun kecuali niat dalam hati.

Ana dulu masih di tasauf/tarekat, lebih parah lagi diajarkan oleh guru, sebelum takbir membaca membaca "illahi anta maksudi waridhaka matlubi", kemudian membayangkan wajah guru lalu takbir.
Tasauf/tarekat ini dapat mewakili puluhan lainnya karena kaifiatnya sama.

Ada satu tasauf/tarekat yang ana ikut ini berdiri sendiri, kaifiatnya tidak sama, ini lebih parah lagi dari sebelumnya bisa sampai kepada tingkat kesyirikan.

Imam Syafi'i Rahimahullah berkata: barang siapa ingin sukses di dunia dengan ilmu & barang siapa ingin sukses diakherat dengan ilmu maka jika seseorang melakukan suatu ibadah tanpa berdasarkan dalil akan tertolak.

Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ أَحْدَٽَ فِى أَمْرِ نَاھَذَامَا لَيْسَ مِنْهُ فھُوَرَدٌّ
"Barang siapa yang membuat (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kita ini, bukan dari Al-Qur'an & Al-Hadits maka dia tertolak." (HR. Bukhari & Muslim)

Kata ulama: hadits ini salah satu inti ajaran islam.

Solusi dari kejahilan ke bid'ahan dalam memahami dien selama ini adalah dengan belajar kepada ulama ahlussunnah.

Dari Abu Ad-darda Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَاالْعِلْمُ بِا لتَعَلُمِ
"Sesungguhnya ilmu itu di peroleh dengan belajar." (HR. Khaitsamah)

Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata: "tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat."

Diriwayat lain Allah Ta'ala membenci orang2 yang paham ilmu dunia & bodoh ilmu akhirat.
(HR. Al-hakim, di shahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al-albani)

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi kita hidayah & taufiq-Nya untuk menuntut ilmu dien & beribadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Mohon disampaikan kepada kaum muslimin agar ada manfaat yang dapat diambil untuk diamalkan.

Wallahu A'lam Bisshawab

Oleh: Basyir Edi Malin Kayo As-soloky

Tidak ada komentar: