Jika Bertaubat, Dosa Berubah Menjadi Pahala?

Ustadz,,, bagaimana klw kita melakukan dosa besar! Lalu bertobat apakah dosa tadi berubah menjadi pahala ataukah sekedar di ampuni saja, dan apakah di hari kiamat nanti perbutan dosa yg tadi masih di pertangung jawabkan???

Dari : Saka Biril Muta’alli, di Prabumulih.

Jawaban :

Bismillah, walhamdulillah was sholaatu wassalam ‘ala Rasulillah, waba’du.

Dosa yang sudah ditaubati dengan jujur dan memenuhi syarat taubat, maka Allah akan menghapus dosa itu. Tidak lagi menjadi petaka di hari kiamat kelak.

Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( قال الله تبارك وتعالى : ” يا عبادي إنكم تخطئون بالليل والنهار ، وأنا أغفر الذنوب جميعا فاستغفروني أغفر لكم )
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman , ”Wahai hamba-hamba Ku… sesungguhnya kalian berbuat dosa sepanjang siang dan malam. Dan Aku mengampuni dosa seluruhnya, maka memohon ampunlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosamu.” (HR. Muslim)

Apakah diganti menjadi pahala?

Allah berfirman :

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal Sholih, mereka itulah orang-orang yang dosanya diganti oleh Allah menjadi kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Furqan : 70)

Ada dua tafsiran ayat di atas, terkait kapan terjadi penggantian dosa menjadi kebaikan?

Tafsiran pertama: Penggantian dosa menjadi kebaikan yang disinggung dalam ayat di atas, terjadi di dunia.

Artinya Allah akan ganti dosa yang sudah ditaubati itu dengan taufik, hidayah dan kemudahan melakukan amal baik. Allah mudahkan dia untuk menjadi sholih setelah dulu dia bergelimang dosa.

Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma menjelaskan makna ayat ini,

( فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ) قال: هم المؤمنون كانوا قبل إيمانهم على السيئات, فرغب الله بهم عن ذلك, فحوّلهم إلى الحسنات, وأبدلهم مكان السيئات حسنات.
Mereka itulah orang-orang yang dosanya diganti oleh Allah menjadi kebaikan, maksudnya adalah orang-orang beriman yang dahulu pernah bergelimang dosa. Setelah mereka bertaubat, Allah jadikan mereka benci terhadap dosa-dosa tersebut. Lalu Allah alihkan mereka untuk beramal kebajikan. *Dan Allah ganti dosa-dosa yang dulu menjadi amal-amal berpahala. (Lihat : Tafsir At Thobari 17/516).

Imam at Thobari menukil sebuah riwayat yang menceritakan sebab turunnya ayat ini. Didalamnya diceritakan bahwa saat Wahsyi dan rekan-rekannya berkata,

كيف لنا بالتوبة, وقد عبدنا الأوثان, وقتلنا المؤمنين, ونكحنا المشركات
“Bagaimana bisa kami bertaubat, sementara dulu kami menyembah berhala, membunuh orang-orang beriman dan menikahi wanita-wanita musyrik?”

Lalu Allah menurunkan ayat ini…

فأبدلهم الله بعبادة الأوثان عبادة الله, وأبدلهم بقتالهم مع المشركين قتالا مع المسلمين للمشركين, وأبدلهم بنكاح المشركات نكاح المؤمنات.
Kemudian mereka yang dulu menyembah berhala, Allah ganti menjadi menyembah hanya kepada Allah. Mereka yang dulu berperang dalam barisan pasukan kaum musyrikin, Allah ganti menjadi mereka perang bersama kaum muslimin, melawan kaum musyrikin. Yang dulu nikah dengan wanita-wanita musyrik, Allah ganti istri mereka dengan wanita-wanita beriman. (Lihat : Tafsir At Thobari 17/517)

Dosa Berubah Menjadi Pahala

Tafsiran kedua : Penggantian dosa terjadi di hari kiamat.

Maksudnya adalah dosa-dosa yang sudah ditaubati, nanti di hari perhitungan dan penimbangan amal, akan berubah menjadi kebaikan yang memberatkan timbangan amal kebaikan. Jadi misal dulu seorang pernah mabok, pernah judi, kemudian dia bertaubat dengan jujur kepada Allah. Maka dosa judi dosa mabok yang sudah dua taubati tersebut, berubah menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di hari kiamat kelak.

Namun sekali lagi denga syarat : bertaubat yang sebenarnya; memenuhi syarat taubat.

Diantara yang berpandangan seperti ini adalah Imam Sa’id bin Musayyib rahimahullah, beliau menyatakan,

( فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ) قال: تصير سيئاتهم حسنات لهم يوم القيامة.
Mereka itulah orang-orang yang dosanya diganti oleh Allah menjadi kebaikan, maksudnya adalah dosa-dosa mereka kelak akan menjadi pahala kebaikan di hari kiamat kelak. (Lihat : Tafsir At Thobari 17/519)

Mana Pendapat yang Kuat?

Dari dua pendapat di atas, pendapat yang pertama insyaallah lebih kuat. Ulama yang menguatkan mendapat ini adalah Imam Ibnu Jarir At Tobari dan Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahumallah-.

Alasannya adalah sebagai berikut :

Pertama, selamanya dzat keburukan tetaplah keburukan. Tak akan pernah berubah menjadi kebaikan.

Tidak mungkin dzat dosa berubah menjadi pahala. Karena jika kita katakan demikian, tentu orang-orang yang dulunya kafir, kemudahan memeluk Islam, kekafiran dan kesyirikan yang dia lakukan dulu, di hari kiamat akan berubah menjadi dzat pahala, berupa iman yang memberatkan timbangan kebaikan. Pemahaman seperti ini kata Imam Thobari -rahimahullah-

وذلك ما لا يقوله ذو حجا….
tidak akan disimpulkan oleh orang-orang yang memiliki dalil atau argumen yang kuat. (Lihat : Tafsir at-Thobari 17/520)

Yang paling mungkin perubahan tersebut terjadi pada sifat. Jadi yang dulunya musyrik Allah ubah jadi muslim bertauhid, yang dulunya mudah jatuh dalam dosa, Allah ubah jadi orang bertakwa gemar beramal sholih.

Kedua, pahala dan dosa adalah balasan (hasil) dari sebuah usaha. Sementara hasil tidak akan berubah kecuali karena adanya perubahan pada sebabnya.

Pahala (hasil) ==> balasan dari amalan baik (sebab)

Dosa (hasil) ==> balasan dari amalan buruk (sebab)

Karena hakikat pahala dan dosa adalah hasil dari sebuah sebab yaitu amal baik atau buruk. Hasil itu berubah karena sebabnya juga berubah. Sehingga, makna keburukan (dosa) diubah menjadi kebaikan (pahala), adalah berawal dari perubahan pada sebabnya.

Jika dipahami bahwa dzat dosa berubah menjadi dzat pahala begitu saja, maka kita telah mengabaikan pengaruh sebab. Padahal sudah menjadi sunnatullah di alam ini, bahwa adanya musabab (hasil) adalah karena dampak dari sebab.

Oleh karenanya para ulama menjelaskan, seorang yang tidak pernah terbetik keinginan melakukan dosa, tidak dikatakan telah meninggalkan dosa sehingga berhak mendapatkan pahala meninggalkan dosa.

Seorang yang tak pernah terbesit sedikitpun keinginan untuk berzina, maka tidak otomatis mendapat pahala meninggalkan dosa zina. Karena tidak adanya usaha meninggalkan dosa atau perjuangan melawan hawa nafsu. Jika tidak dikatakan demikian, tentu semua orang otomatis meraup banyak pahala karena meninggalkan dosa-dosa.

Mengapa demikian?

Karena tidak adanya sebab, yaitu upaya melawan hawa nafsu.

Lantas apa gerangan sebab yang mempengaruhi berubahnya keburukan menjadi kebaikan?

Yaitu taubat itu sendiri, demikian pula penyesalan, tekad, dan rasa takutnya kepada murka Allah. Dari sinilah sumber perubahan keburukan menjadi kebaikan. Taubat adalah sebab penghapus dosa. Bersamaan dengan itu, taubat itu sendiri juga bernilai ibadah yang sangat besar pahalanya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan,

وقد محت التوبة أثر الذنب ، وخلفه هذا الندم والعزم، وهو حسنة قد بدلت تلك السيئة حسنة.
Taubat telah menghapus dampak-dampak dosa. Di balik taubat itu ada penyesalan dan tekat untuk tidak mengulangi dosa, itulah kebaikan yang telah mengubah keburukan (dosa yang dulu dilakukan) menjadi kebaikan. (Lihat : Thoriqul Hijrotain hal. 250)

Wallahua’lam bis showab.

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori (Alumni UIM dan Pengasuh PP. Hamalatul Quran, DIY)

Tidak ada komentar: