Bahaya Besar Di Telaga Al Kautsar

Allah Subhanahu Wa Ta'aala berfirman:

يَّوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَّتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْ ۙ اَكَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Ada pun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan): "Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan karena kekafiranmu itu." (QS. 'Aali 'Imraan: Ayat 106)

Dari Abu Wail, dari ‘Abdulloh, Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - bersabda:
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al Haudh (telaga (*)). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al Haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Robbku, ini adalah umatku.’  Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui Bid’ah yang mereka buat sesudahmu.”  (Hadits Shohih Bukhori no. 7049)

Dalam riwayat lain dikatakan:
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Robbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rosululloh shollollohu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (Hadits Shohih Bukhori, no. 7051)

(*) Telaga Al Kautsar di Akhirah.

Terdapat hadits dalam shohih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rosululloh -shollollohu ‘alaihi wa sallam - di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rosululloh?”

“Baru saja turun kepadaku suatu surat”, jawab beliau. Lalu beliau membaca:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kenikmatan yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Robbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami.

Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - bersabda:
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘Azza wa Jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebagian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah membuat amalan baru (Bid'ah) sesudahmu.” (Shohih Muslim, no. 400).
Bahaya Besar Di Telaga Al Kautsar

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَسُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى الْمَقْبُرَةَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا قَالُوا أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ فَقَالُوا كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ ح و حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا مَعْنٌ حَدَّثَنَا مَالِكٌ جَمِيعًا عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمَقْبُرَةِ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ بِمِثْلِ حَدِيثِ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ مَالِكٍ فَلَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Suraij bin Yunus dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hujr semuanya meriwayatkan dari Ismail bin Ja'far, Ibnu Ayyub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail telah mengabarkan kepadaku al-'Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah, bahwa Rosululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - pernah mendatangi pekuburan lalu bersabda:

"Semoga keselamatan terlimpahkah atas kalian penghuni kuburan kaum mu'miniin, dan sesungguhnya in syaa Allah kami akan bertemu kalian, sungguh aku sangat gembira seandainya kita dapat melihat saudara-saudara kita."

Para Sahabat Nabi - rodhiyollohu 'anhum - bertanya, 'Tidakkah kami semua saudara-saudaramu wahai Rosululloh?'

Beliau - shollollohu 'alaihi wasallam - menjawab dengan bersabda, "Kamu semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang belum berwujud."

Para Sahabat Nabi bertanya lagi, "Bagaimana engkau dapat mengenali mereka yang belum berwujud dari kalangan umatmu, wahai Rosululloh?"

Beliau menjawab dengan bersabda, "Apa pendapat kalian, seandainya ada seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan dapat mengenali kudanya itu?"

Para Sahabat Nabi menjawab, "Sudah tentu, wahai Rosululloh."

Beliau bersabda lagi, "Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudlu'.

Aku mendahului mereka ke telaga (Al Haudh Al Kautsar).

Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat.

Aku memanggil mereka, 'Kemarilah kamu semua'.

Maka dikatakan, 'Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu (membuat Bid'ah) selepas kamu wafat'.

Maka aku bersabda: "Pergilah jauh-jauh dari sini."

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz -yaitu ad-darawardi. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Musa al-Anshori telah menceritakan kepada kami Ma'n telah menceritakan kepada kami Malik semuanya meriwayatkan dari al-'Ala' bin Abdurrohman dari bapaknya dari Abu Hurairoh bahwa Rosululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - keluar menuju pekuburan seraya berkata:

"Semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian wahai penduduk kuburan kaum mu'miniin. Dan sesungguhnya in syaa Allah kita pasti bertemu". Sebagaimana hadits Ismail bin Ja'far, hanya saja hadits Malik menyebutkan, "Sungguh, sekelompok laki-laki akan dihalau dari telagaku."

(Shohih Muslim no. 367)

Na'uudzubillahi min dzaliik!

Dalam hadis di atas, Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - telah menjelaskan siapakah orang yang terusir dari telaga beliau!

Mendapatkan bahaya besar di Telaga Al Kautsar!

Mereka sebenarnya termasuk umat Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - dan beliau Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - mengenalinya dengan ciri yang ada pada diri mereka.

Hingga merekapun beliau panggili, "Umatku … umatku …"

Hanya saja, mereka rupanya adalah umat beliau yang menyimpang!

Menyimpang dalam tatacara Syari'ah, 'Amal, 'Ibadah, dan sebagainya, bahkan dalam hal 'Aqidah!

Membuat Bid'ah!

Menentukan sendiri bentuk Syari'ah, 'Amal, 'Ibadah, dan sebagainya, bahkan dalam hal 'Aqidah!

Ketika di Dunia, mereka tidak menjadikan As Sunnah sebagai sumber agama dan kehidupannya di segala sisi, maka ketika sampai di Akhirah, mereka tidak dapat menikmati Telaga Al Kautsar Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - yang berberkah.

Ditolak Allah.

Diusir!

Padahal telah jelas yang benar. Telah final risalah tatacara Islam saat Haji Wada' dan turunnya penegasan tentang ini, di ayat terakhir yang turun, yakni Al Maidah ayat 3.

Karena inilah, mereka sampai diusir dari telaga beliau.

Mereka mendapatkan bahaya besar!

Di Telaga Al Kautsar!

'Ibnu 'Abdil Bar mengatakan:

”Setiap orang yang berbuat bid’ah dalam masalah agama, merekalah yang akan dijauhkan dari Al Haudh (telaga Al Kautsar), seperti Khowarij, Rafidhoh (Syi'ah), dan seluruh Ahlul Bid’ah. Demikian pula orang zhalim yang berlebihan dalam kezhalimannya dan berusaha menghapus kebenaran, dan yang terang-terangan melakukan dosa besar. Mereka semua dikhawatirkan menjadi orang yang disebutkan dalam hadis ini. Allahu a’lam."

(Syarh Shahih Muslim An Nawawi, 1/137)

Dan ingatlah juga bahaya besar di Dunia ini:
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :(( اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ، وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ )) قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ هُمْ ؟ قَالَ: ( اَلْجَمَاعَةُ ).
Dari Sahabat ‘Auf bin Mâlik - rodhiyollohu ‘anhu - ia berkata, bahwa Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - bersabda:

"‘Ummat Yahudi berpecah-belah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, maka hanya satu golongan yang masuk surga dan 70 (tujuh puluh) golongan masuk neraka. Ummat Nasrani berpecah-belah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan 71 (tujuh puluh satu) golongan masuk neraka dan hanya satu golongan yang masuk surga.

Dan demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh akan berpecah-belah ummatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, hanya satu (golongan) masuk surga dan 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk neraka."

Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam -ditanya, "‘Wahai Rosululloh, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang selamat) itu ?’"

Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam -menjawab:

"Al-Jama’ah."

Hadits ini diriwayatkan oleh:

1. Ibnu Mâjah dan lafazh ini miliknya, dalam Kitâbul Fitan, Bâb Iftirâqul Umam (no. 3992).
2. Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitâbus Sunnah (no. 63).
3. al-Lalika-i dalam Syarah Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah (no. 149).
Hadits ini hasan. Lihat Silsilatul Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 1492).

Dalam riwayat lain, disebutkan tentang golongan yang selamat, yakni orang yang mengikuti teladan cara berkehidupan dari Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - dan para Shahabahnya - rodhiyollohu anhum.

Beliau - shollollohu ‘alaihi wa sallam - bersabda :
…كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.
“… Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yakni): yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya.” (*)

(*) As Sunnah.

HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîhul Jâmi’ (no. 5343). Lihat Dar-ul Irtiyâb ‘an Hadîts Mâ Ana ‘alaihi wa Ash-hâbii oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, cet. Daarur Rayah/ th. 1410 H.

Maka marilah kita berusaha menjadi yang paling benar, yang paling sesuai dengan teladan dari mereka, kaum Salafush Sholih.

Sebutan "Salafush Sholih" (Bahasa Arab) ini, artinya adalah "Kaum Pendahulu Yang Salih".

Yakni seluruh 124.000 nabi sejak awal jaman, khususnya teladan dari Rosullulloh Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - dan teladan dari 3 generasi pertama Muslimiin yang dijamin Allah sebagai yang terbaik, terbenar:

(1) Generasi Shahabah Nabi yang hidup bersama Rosululloh, shollollohu 'alaihi wasallam.
(2) Generasi Tabi'iin (generasi Muslimiin setelah generasi Shahabah Nabi), dan
(3) Generasi Tabi'ut Tabi'iin (generasi Muslimiin setelah generasi Tabi'iin).

Jaminan akan kualitas kebenaran cara hidup mereka ada di Al Qur'an dan di banyak catatan Hadits. Bahkan banyak dari mereka telah dijamin akan pasti di Surga, sebelum meninggal dunianya.

Di antara jaminan itu:

Dari 'Imron bin Hushain rodhiyollohu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - bersabda:
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah (yang hidup) pada masaku. Kemudian orang-orang yang (hidup) setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang (hidup) setelah mereka.” (Hadts Shohih Al-Bukhori, no. 3650)

'Abdullah bin Mas’ud - rodhiyollohu ‘anhu -mengatakan:

“Barangsiapa hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah meninggal. Mereka itu adalah para Sahabat Muhammad, shollollohu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam, serta paling tidak suka membeban-bebani diri.

Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah guna menemani NabiNya - shollollohu ‘alaihi wa sallam - dan untuk menyampaikan ajaran agamaNya. Oleh karena itu tirulah aqhlak mereka, dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.”

(Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish Sholih, hal. 198)

Dan kata "Salaf" itu sendiri sudah disebutkan oleh Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wa sallam - dalam haditsnya kepada Fathimah:

”Sesungguhnya sebaik-baik salafmu adalah aku.” (HR. Muslim [2450/98).

Artinya, adalah "sebaik-baik pendahulu". Dan kata "salaf" ini juga sering digunakan oleh para Ahlul Hadits di dalam kitab-kitab haditsnya.

Maka marilah kita berusaha menjadi kaum Salafiyyiin/Salafiyyuun, atau yang artinya adalah "Pengikut dari kaum Salafush Sholih" itu.

Tidak peduli kita aktif di organisasi manapun, di organisasi Islam manapun, di tempat bekerja manapun, di sekolah manapun, di keluarga manapun, hidup di masa kapanpun dan di tempat manapun.

Caranya adalah dengan semurni mungkin meneladani mereka - kaum sumber suri teladan yang murni kita itu - dan dengan sebaik-baiknya teknik yang sesuai kodrat kita sebagai manusia, dalam kehidupan yang singkat di dunia yang sementara, rendah, hina ini.

Janganlah sampai kita malu di Akhirah.

Dan mendapatkan bahaya besar di Telaga Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam.

Na'uudzubillahi min dzaliik.

Aamiiiin.

Wallohua'lam. Walhamdulillah. Wastaghfirulloh.

Abu Taqi Mayestino

Tidak ada komentar: