JANGAN SUKA DI PUJI

Saudaraku sebuah nasehat indah dari Ibnu Atho’ رَحِمَهُ الله tentang menilai sebuah pujian manusia pada diri kita, beliau berkata :

“Ketahuilah bahwa manusia biasa memujimu karena itulah yang mereka lihat secara lahir darimu. Seharusnya engkau menjadikan dirimu itu cambuk dari pujian tersebut. Karena ingatlah orang yang paling bodoh itu adalah yang dirinya itu merasa yakin akan pujian manusia kepadanya padahal ia sendiri yakin akan kekurangan dirinya.” (Kitab Al-Hikam)

Al-Auza’i رَحِمَهُ الله berkata :

إنّ مِن الناس مَن يُحب الثناء عليه ؛ وما يساوي عند الله جناح بعوضة
“Sesungguhnya ada diantara manusia yang suka dipuji, padahal dia disisi Allah tidaklah lebih berat dari sayap seekor nyamuk.” (Hilyah, 8/255)


JANGAN SUKA DI PUJI

Ibnu Ajibah رَحِمَهُ الله berkata :

“Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.” (Lihat Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hal. 159, Mawqi’ Al Qaroq, Asy Syamilah)

Oleh karenanya diantara doa yang dipanjatkan oleh sahabat Utbah bin Ghazwan رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ :

أعوذُ بالله أن أكونَ في نَفْسِي عظيمًا وعند الله صَغيرًا
“Aku berlindung kepada Allah dari sifat merasa besar dalam jiwaku dan kecil disisi Allah.” (HR. Muslim, 2967)

Maka Alangkah indahnya nasehat dari Dzun Nuun Al-Misri yang menyebutkan tiga ciri tanda seorang manusia memiliki sifat ikhlas :

1. Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain,
2. Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat,
3. Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia)

(At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An Nawawi, hal. 50-51, Maktabah Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H)

Seperti kita ketahui bahwa air dan api tidak mungkin saling bersatu, bahkan diantara keduanya pasti akan saling berusaha membinasakan. Demikianlah halnya ikhlas dan pujian, sama sekali tidak akan menyatu bersama.. Karena mengharapkan pujian dari manusia dalam amalan pertanda hati tidak ikhlas.

Ibnul Qayyim رَحِمَهُ الله berkata :

“Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.” (Kitab Fawaidul Fawaid)

Semoga Allah memperbaiki hati dan keikhlasan kita.. Wabillahit taufiq.

Semoga bermanfaat. إِنْ شَاءَ اللّٰهُ

#UstAbdullahBinSuyitno
@shahihfiqih

Tidak ada komentar: