Pinjaman Riba = memasukkan serigala ke kandangan kambing

Niat Hati Usaha Biar Berkembang, Malah Bangkrut Ga Karu-Karuan

Ada seseorang datang kerumah saya, dia menceritakan bahwa usahanya sekarang seret, penghasilan semakin menurun, berbagai upaya dilakukan, tapi kemerosotan usahanya seperti tidak terbendung lagi.

Dia pun menganalisa, bahwa sepinya penjualan ini disebabkan memang karena kondisi pasar yang sepi. Daya beli masyarakat menurun. Juga karena situasi ekonomi nasional yang memang sedang menurun. Itulah kesimpulan yang diyakininya sebagai penyebab kemerosotan usahaya.

Saya memiliki dugaan lain. Jangan-jangan......

Eh, ternyata bener. Tidak lama kemudian dia bercerita lagi, bahwa kondisi ini menyebabkan situasi yang dialaminya semakin sulit. Karena dia memiliki Kredit disebuah Bank BUMN dan juga masih punya tanggungan cicilan mobil yang tadinya dengan adanya mobil maka bisa mendongkrak mobilitasnya dan juga imbasnya usahanya jadi semakin maju.

Kenyataan yang terjadi ternyata lain dengan harapan yang diimpikan sebelumnya. Penghasilan merosot, sementara tanggungan angsuran tidak bisa menanti, harus disiplin dibayarkan.

Dia sudah berusaha dengan menambah modal untuk stok barang, sehingga bisa memperluas pasar. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, pasar semakin sepi, dan ternyata beban angsuran justru semakin bertambah.

Pinjaman Riba

Singkat cerita, diapun bertanya. Apa solusi dari masalah yang dihadapinya?

Saya pun menjelaskan, bahwa strategi marketing sedahsyat apapun tidak akan mampu menolong bisnisnya. Sehebat apapun manajemen yang diterapkannya, tidak akan bisa menyelamatkan usahanya.

Tidak perlu mencari2 kesalahan dari luar seperti situasi ekonomi, pasar yang sepi, daya beli yang menurun dan sebagainya.

Cari kesalahan pada diri sendiri, karena disitulah semuanya bermula. Yaitu kesalahan ketika kita menghalalkan riba, dengan alasan: "Kalau tidak utang terus saya modal dari mana?".

Iya, selama anda masih punya pikiran semacam itu, jangan harap anda akan lepas dari utang dan riba.

Banyak orang, ketika usahanya dijalankan dengan berbagai keterbatasan, tetapi usahanya bisa lancar dan cukup untuk berbagai kebutuhan.

Lalu, dengan harapan usahanya bisa maju dan berkembang, akhirnya pinjam riba dilakukan juga. Masih dengan dalil, kalau tidak seperti itu, dari mana dapat modal untuk membesarkan usahanya?.

Sehari, seminggu, sebulan, semua kelihatan lancar. Semua kelihatan baik-baik saja. Namun, beberapa bulan kemudian, tiba-tiba semuanya menjadi serba sulit. Lama-lama, yang dulu ketika tidak punya utang, buat makan mudah, ini yang katanya usahanya besar dan menggurita, malah mau buat makan saja susah.

Lalu solusinya bagaimana?

Saya pun memberikan jawaban dengan menceritakan sebuah kisah.

Di sebuah desa, ada seorang pemuda yang memiliki 2 ekor kambing di kandangnya. Setelah dengan sabar dirawat kambing-kambing itu selama beberapa tahun, akhirnya kambingnya itu berkembang menjadi 20 ekor kambing.

Suatu hari, pemuda ini menemukan 2 ekor bayi serigala. Maka dikumpulkanlah serigala ini bersama dengan kambing-kambingnya dalam 1 kandang. Pemuda ini berpikir, dengan adanya 2 serigala ini, maka sekarang saya memiliki 22 ekor hewan piaraan didalam kandangnya. Harapannya, dengan ditambah 2 ekor serigala ini, maka nanti dia juga akan memiliki banyak kambing, sekaligus banyak serigala.

Tapi apa yang terjadi? Setiap hari, tanpa disadari si pemuda, bahwa kambingnya didalam kandang berkurang. Setelah seminggu, ternyata kambingnya sudah berkurang 10 ekor.

Pemuda ini bingung, seharusnya dengan ditambah 2 ekor serigala, dia harusnya memiliki 22 ekor hewan piaraan, sekarang kenapa malah tinggal 12 ekor didalam kandang?

Pemuda ini masih belum mengerti, kenapa kambing-kambingnya habis. Dan akhirnya, setelah berminggu-minggu kemudian, semua kambingnya habis, dan hanya tinggal 2 ekor serigala saja.

Barulah disini si pemuda menyadari, bahwa tenyata yang menghabiskan kambingnya adalah 2 serigala tersebut. Tetapi, semua sudah terlambat, sekarang semua kambingnya sudah habis.

Nah, begitulah perumpamaan riba. Seperti memelihara serigala diantara kumpulan kambing. Harta halal kita pada akhirnya malah ikut habis untuk menghidupi riba.

Lalu, bagaimana agar harta halal kita tidak habis direnggut riba? 

Mudah jawabannya, kembali pada cerita, apa yang seharusnya si pemuda lakukan, begitu tahu bahwa kambaing-kambingnya semakin berkurang? Satu-satunya cara adalah mengeluarkan serigala dari kandang kambingnya!

Tetapi lucunya, ketika usaha kita bangkrut karena riba, bukannya menyadari bahwa itu semua karena riba, eh, malah menambah riba lagi. Jadi, seperti menambah serigala kedalam kandang kambing. Maka jangan heran, kalau yang terjadi justru kambingnya semakin cepet ludesnya, dan yang tersisa malah sekumpulan serigala.

Mungkin anda berpikir, dari cerita tersebut, apa iya ada pemuda yang begitu bodohnya, tidak menyadari hal itu? Yah, itulah. Bahkan disekitar kita, masih banyak pula orang yang begitu bodohnya, tidak menyadari bahwa riba-lah yang menghancurkan usahanya dan menghabiskan hartanya.

Jadi kesimpulannya, keluarkan serigala dari kandang kambing secepatnya! Jika anda menunda-nunda, maka kambing-kambing anda akan habis dimakan serigala, dan anda terlambat untuk menyadarinya.

Semoga bermanfaat.

repost from fb siti nuriyah

Tidak ada komentar: