Pemurtadan berkedok Bantuan sangat tidak etis ujar Sekjen MUI

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas menegaskan bahwa pemurtadan dengan cara eksploitasi kemiskinan adalah tindakan yang tidak etis. Sejumlah cara yang dilakukan, kata dia, adalah dengan pembagian sembako.

“Umat Kristen sangat agresif melakukan pemurtadan, dengan cara-cara yang sangat tidak etis dengan mendatangi orang-orang miskin, lalu mereka bantu, kasih uang, beras, dan bahan pokok. Kita anggap tidak etis, memberikan beasiswa kemudian minta mereka pindah agama,” ungkapnya usai Seminar Nasional ‘Mengungkap Fakta Upaya Pemurtadan Pasca Bencana dan Solusinya’, di Gedung MUI, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin (19/11/2018).

Pemurtadan berkedok Bantuan
ilustrasi

Buya Abbas menyebutkan, tindakan seperti ini akan menimbulkan ketegangan di masyarakat. Jika terus dibiarkan, maka akan mengganggu stabilitas negara. Ia pun meminta kepada pemuka agama untuk menahan diri dari menyebarkan agama tanpa etika.

Dia pun mengimbau kepada bangsa Indonesia dan umat beragama untuk bantu-membantu dalam membangun kerukunan antar agama, kerukunan inter umat beragama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.

“Tiga kerukunan umat beragama yang ingin kita bangun di negeri yang kita cintai ini di negeri yang berfalsafat Pancasila,” ujarnya.

Buya Abbas menekankan pentingnya etika dan aturan dalam menyebarkan paham keagamaan agar tidak terjadi benturan di masyarakat. Maka harus ada aturan dalam penyebarannya.

“Kita ini jika tidak ada aturannya, maka akan tabrakan di lapangan. Sekarang pun sudah tabrakan di lapangan, tapi masih terkendali,” ungkapnya. (kiblat.net)

Tidak ada komentar: