Tiga Ciri Malam ‘Lailatul Qodar

Tiga Ciri Malam ‘Lailatul Qodar

1- BENTUK BULAN SAAT ITU SEPERTI PARUHAN MANGKUK.

Dari shahabat Abu Huroiroh -rodhiyallahu ‘anhu-, Bahwasanya beliau pernah mengingat-ingat malam ‘lailatul qodar’ bersama dengan Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-, Beliau mengatakan:

«أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ، وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ؟»
“Siapakah diantara kalian yang ingat, tatkala bulan muncul dalam keadaan seperti paruhan mangkuk.?” [ HR. Muslim no.1170-(222) ] 

Paruhan adalah setengah bagian. [ KBBI ]

2 - SUASANA TENANG, UDARA DAN CUACA PADA MALAM ITU SEDANG (TIDAK PANAS DAN TIDAK DINGIN).

Dari shahabat Ibnu Abbas -rodhiyallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda tentang lailatul qodar;

«لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لَا حَارَّةٌ وَلَا بَارِدَةٌ يُصْبِحُ شَمْسُها صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ »
“Sebuah malam yang tenang penuh kelembutan; tidak panas dan tidak dingin. Matahari –pada pagi harinya- terbit dengan cahaya yang lemah berwarna merah.” [ HR. Al-Baihaqi dalam “Syu’abil Iman” no. 3419 dan Ath-Thoyalisi dalam “Musnadnya” no. 2802 ] , 
Dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam “Shohih Al-Jami’” no. 5475. Disebutkan pula dalam “Adh-Dhoifah” dibawah pembahasan hadits no. 4404; walaupun didalamnya ada 2 orang rowi yang lemah, namun masih bisa menjadi syawahid (penguat, pent.). Wallahu a’lam.

3 - MATAHARI -PADA PAGI HARINYA- TERBIT TANPA CAHAYA, SEPERTI BASKOM DARI TEMBAGA, BERWARNA MERAH.

Dari Shahabat Ubay bin Ka’ab -rodhiyallahu ‘anhu- beliau mengatakan:

«أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ، لَا شُعَاعَ لَهَا»
“Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah mengabarkan kepada kami bahwa (pagi hari setelah malam lailatul qodar, pent.) matahari terbit tanpa cahaya (yang menyilaukan, pent.).” [ HR. Muslim no.762-(220) ] , Derajatnya: Shohih.

Dalam Riwayat Ahmad no. 21197 & 21209 dan Abu Dawud no. 1378, terdapat tambahan;

«صَبِيحَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَّمْسُ لَا شُعَاعَ لَهَا، كَأَنَّهَا طَسْتٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ »
”Pagi hari (setelah) malam lailatul qodar matahari terbit tanpa cahaya (yang menyilaukan, pent.), seolah-olah seperti baskom dari tembaga, sampai menjulang tinggi.” [ Lafadz tersebut diambil dari “Musnad Ahmad” , Dan dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam Shohih Al-Jami’ no. 3754 ]

Adapun warna merah matahari telah disebutkan dalam riwayat Al-Baihaqi dan Ath-Thoyalisi dari shahabat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhu di atas. Silahkan melihat pembahasan ciri yang kedua.
〰〰〰〰〰

Catatan:

Ada beberapa tanda yang disebutkan dalam beberapa hadits seperti; tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada meteor,…  ; namun riwayat-riwayat tersebut lemah. [ Lihat ”Adh-Dhoifah” 4404. ]

Yang jelas, sebagian dari tanda-tanda tersebut muncul setelah berlalunya malam lailatul qodar. Kita hanya bisa berusaha untuk memaksimalkan pencarian tersebut pada sepuluh hari terakhir bulan Romadhon seluruhnya. Agar tidak terluput sedikitpun satu malam yang kita lewati.
〰〰〰〰

Tak lupa, kita memohon kepada Allah -Ta’ala- agar bisa mendapatkan malam ‘lailatul qodar’ tersebut beserta ampunan yang dijanjikan-Nya, Aamiin.

Wallahu a’lamu bisshowab. 

Gabung Saluran Telegram: https://t.me/yookngaji

Tidak ada komentar: