Belajar manhaj dari kasus poligami

Belajar manhaj dari kasus poligami

Sebagian orang pobia dengan yang namanya poligami, padahal itu syariat ilahi.

Sebagian lagi berapi api menyeru poligami, seakan poligami itu hanya sekedar urusan nyali alias berani atau tidak berani.

Padahal nikah satu saja harus proporsional, kalau memang belum mampu salah satunya kemampuan finansial, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan para pemuda untuk berpuasa, apalagi yang belum mampu secara finansial untuk berpoligami.

Solusinya ya optimalisasi istri dan kalau masih emergency juga, ya dibarengi dengan berpuasa.

Apalagi dianggap poligami sebagai sunnah mahjurah, aah yang bener saja, setahu saya para artis, pengusaha, pejabat, konglomerat, masyarakat awam juga sudah pada tahu poligami dan juga sudah pada praktek.

Bahkan kita pernah dikaruniai WAPRES yang berpoligami, bahkan presiden pertama RI juga praktisi poligami.

Proporsional saja, dan masing masing punya kalkulator kok dan cermin.

Yang berpoligami tidaklah lebih hebat dibanding yang monogami, kecuali dengan taqwa (bukan takut istri tua) tapi benar benar taqwa.

Kalau untuk bisa menjaga taqwa atau meningkatkan taqwa anda harus atau butuh poligami dan mampu maka itu baru terpuji.

Tapi kalau poligami hanya jadi ajang uji nyali, atau sebaliknya monogami karena males melayani banyak istri, atau malah lebih memilih “jajan” nasi bungkus sana sini, maka itu pasti dimurkai.

Semoga mencerahkan.

source facebook Ustadz Muhammad Arifin Badri

Tidak ada komentar: