Pertanyaan dari Bapak Qosim di Bone, Sulawesi Selatan
Dijawab oleh : Ustadz DR. Erwandi Tarmizi, MA
Download Audio : https://archive.org/details/ZAKATSERIES-17ZAKATUNTUKPELAJARATAUPENUNTUTILMU
Source : ETA [Erwandi Tarmizi & Associates]
# Pertanyaan
# Pertanyaan
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Saya ingin tanyakan, kebiasaan dikampung saya itu biasanya zakat itu biasa diberikan kepada para pelajar atau penuntut ilmu, Ustadz.
Apakah memang berhak itu, Ustadz?
# Jawaban
Apakah memang berhak itu, Ustadz?
# Jawaban
وعليكـمــ اﻟسّلامــ ورحمـۃ اﻟلّـہ وبركاتہ
Apakah berhak para pelajar menerima zakat?
Para ulama kaum muasirin (kontempoere, -pent) dalam kitab fiqih mereka menjelaskan Thulabul'ilm apakah berhak menerima zakat atau kah tidak?
Bukan karena statusnya sebagai fakir miskin, kalau dia fakir miskin lain lagi.
Kadang dia mampu kaya, memiliki harta, dan asset, tapi karena statusnya Thulabul 'ilm sebagian para ulama memasukan dia dalam Fīsabilillāh, karena bahwasanya Fīsabilillāh bukan untuk orang yang berperang saja, tetapi untuk orang yang mengembangkan agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan dakwah.
Tetapi catatan para ulama kita terkait persyaratan untuk Thalabul 'ilm, para ulama mensyaratkan (i) orang ini cerdas dan (ii) memang tafaruk (fokus dalam mempelajari suatu ilmu, pent) dia untuk mempelajari syariat ilmu islam tadi.
Kalau orangnya, daya ingatnya, dan daya pikirnya biasa saja (IQ nya umum tidak menonjil, pent), maka mereka (ulama muasirin, -pent) mengatakan JANGAN diberikan zakat, karena manfaatnya kepada kaum muslimin (umumnya, -pent) tidak (akan, -pent) sebesar orang-orang yang cerdas.
Tapi kalau orang yang cerdas kemudian tafaruk menghabiskan dengan waktunya untuk itu, sehingga tidak mencukupi / mempunyai waktu untuk mencari dunianya, maka orang yang Thulabul 'ilm seperti ini boleh diberikan dana zakat.
Tapi kalau dia miskin, walaupun tadi orangnya tidak cerdas, tapi karena dia miskin pun boleh diberikan zakat, ini lebih baik memberikan zakat kepada mereka.
Wabillahi Taufiq...
Ditranskip oleh: Team Transkip BiAS & ETA
Sumber: @BimbinganMuamalahMaaliyah
Follow Us: https://m.facebook.com/syariahmovement/
Para ulama kaum muasirin (kontempoere, -pent) dalam kitab fiqih mereka menjelaskan Thulabul'ilm apakah berhak menerima zakat atau kah tidak?
Bukan karena statusnya sebagai fakir miskin, kalau dia fakir miskin lain lagi.
Kadang dia mampu kaya, memiliki harta, dan asset, tapi karena statusnya Thulabul 'ilm sebagian para ulama memasukan dia dalam Fīsabilillāh, karena bahwasanya Fīsabilillāh bukan untuk orang yang berperang saja, tetapi untuk orang yang mengembangkan agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan dakwah.
Tetapi catatan para ulama kita terkait persyaratan untuk Thalabul 'ilm, para ulama mensyaratkan (i) orang ini cerdas dan (ii) memang tafaruk (fokus dalam mempelajari suatu ilmu, pent) dia untuk mempelajari syariat ilmu islam tadi.
Kalau orangnya, daya ingatnya, dan daya pikirnya biasa saja (IQ nya umum tidak menonjil, pent), maka mereka (ulama muasirin, -pent) mengatakan JANGAN diberikan zakat, karena manfaatnya kepada kaum muslimin (umumnya, -pent) tidak (akan, -pent) sebesar orang-orang yang cerdas.
Tapi kalau orang yang cerdas kemudian tafaruk menghabiskan dengan waktunya untuk itu, sehingga tidak mencukupi / mempunyai waktu untuk mencari dunianya, maka orang yang Thulabul 'ilm seperti ini boleh diberikan dana zakat.
Tapi kalau dia miskin, walaupun tadi orangnya tidak cerdas, tapi karena dia miskin pun boleh diberikan zakat, ini lebih baik memberikan zakat kepada mereka.
Wabillahi Taufiq...
Ditranskip oleh: Team Transkip BiAS & ETA
Sumber: @BimbinganMuamalahMaaliyah
Follow Us: https://m.facebook.com/syariahmovement/
Tidak ada komentar: