Keharusan Mempersiapkan Bekal Untuk Bepergian Jauh

Mempersiapkan Bekal Untuk Bepergian Jauh

Al-Imam Abul Faroj Ibnul Jauzi rohimahulloh (lahir tahun 510 H, dan wafat tahun 597 H) mengatakan :

“Suatu keharusan bagi orang yang berakal untuk mengambil (mempersiapkan) bekal kepergiannya (dari dunia menuju akhirat), karena dia tidak tahu kapan keputusan Robbnya akan datang mengejutkannya, dan dia pun tidak tahu kapan dia akan dipanggil.

Sungguh, aku melihat banyak orang yang terpedaya oleh masa muda. Mereka lupa telah kehilangan teman-teman sejawat, dan terbuai oleh panjangnya angan-angan.

Orang yang cerdik adalah orang yang memberikan setiap waktunya untuk menunaikan apa yang menjadi kewajibannya. Sekiranya kematian datang menjemputnya tiba-tiba, maka dia sudah terlihat bersiap-siap. Dan bila dia mendapatkan apa yang dia angankan, maka dia akan bertambah baik.”_

(MUKHTASHOR SHOIDUL KHOOTHIR, karya Al-Imam Ibnul Jauzi rohimahulloh, diintisarikan oleh Dr Ahmad bin Usman Al-Mazyad, penerbit Madarul Wathon lin Nasyr, Cet. II Thn. 1431 H/2010 M)


Catatan :

1. Ya, sepantasnya kita selalu menyadari, bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan yg kekal abadi itu nanti di akhirat sana.

Karena itu hendaknya kita lebih banyak mempersiapkan bekal utk kehidupan yg lebih kekal, daripada utk kehidupan yg sementara.

Dalam sebuah hadits dari Ibnu ‘Umar rodhiyallohu ‘anhuma, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang pundaknya Ibnu Umar, lalu beliau bersabda :

كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Hiduplah kamu di dunia seakan-akan orang asing, atau seperti seorang pengembara (musafir).”

Kemudian Ibnu ‘Umar rodhiyallohu anhuma berkata :

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika engkau berada di petang hari (sore hari), janganlah tunggu sampai datang waktu pagi.

Jika engkau berada di pagi hari, janganlah tunggu sampai datang petang (waktu sore).

Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah pula waktu hidupmu sebelum datang kematianmu.”

(HR. Imam Al-Bukhori, no. 6416)

Intinya, hadits ini menganjurkan, hendaknya kita lebih mementingkan untuk mempersiapkan bekal utk kehidupan yg kekal abadi di akhirat nanti.

2. Al-Imam Al-Al-Hasan Al-Bashri rohomahulloh pernah berkata :

المؤْمِنُ فِي الدُّنْيَا كَالغَرِيْبِ لاَ يَجْزَع مِنْ ذُلِّهَا ، وَلاَ يُنَافِسُ فِي عِزِّهَا ، لَهُ شَأْنٌ ، وَلِلنَّاسِ شَأْنٌ
“Seorang mukmin itu, di dunia ini hanyalah seperti orang asing. Tidak pernah gelisah terhadap orang yang mendapatkan dunia, dan tidak pernah saling berlomba dengan penggila dunia.

Penggila dunia memiliki urusan sendiri, sedangkan orang asing yang ingin kembali ke kampung akhiratnya pun punya urusan sendiri.” ( Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2/379)

3. Orang yang tergila-gila dengan dunia, dan lupa akan kehidupan yg kekal abadi di akhirat nanti, gambarannya seperti yang disampaikan oleh Yahya bin Mu’adz Ar-Rozi rohimahulloh, beliau pernah berkata :

الدُّنْيَا خَمْرُ الشَّيْطَان ، مَنْ سَكِرَ مِنْهَا لَمْ يُفِقْ إِلاَّ فِي عَسْكَرِ الموْتَى نَادِماً مَعَ الخَاسِرِيْنَ
“Dunia itu adalah khomernya syaithon (yakni seperti minuman keras/yg memabukkan, yg berasal dari syaithon).

Siapa yang mabuk (karenanya), barulah tersadarkan diri ketika kematian (yang gelap) itu datang.

Nantinya dia akan menyesal bersama dengan orang-orang yang merugi.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2/381)

4. Karena itulah, Nabi shollallohu alaihi wa sallam
menyuruh kita agar banyak-banyak mengingat kematian, agar tidak terlena dgn kehidupan dunia yg menipu ini.

Rasululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :

أكثروا ذكر هاذم اللذات : الموت
"Perbanyaklah mengingat si pemutus/penghancur segala kenikmatan, (yaitu) kematian." [HR Ibnu Majah, no. 4.258, At-Tirmidzi, An-Nasai, Imam Ahmad dan lain-lain, shohih].

Dalam riwayat Ath-Thobroni dan Al-Hakim terdapat tambahan lafadz :

أكثروا ذكر هاذم اللذات : الموت, فإنه لم يذكره أحد في ضيق من العيش إلا وسعه عليه, ولا ذكره في سعة إلا ضيقها عليه
"Perbanyaklah mengingat si pemutus segala kenikmatan, (yaitu) kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu mengalami kesempitan hidup, kecuali hal itu akan melonggarkan kesempitan hidupnya tsb. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu dia mengalami kelapangan/kelonggaran (kehidupannya), kecuali dgn itu akan menyempitkan keluasan hidupnya tsb." [Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dlm Shohih Al-Jami'ush Shoghir no. 1222, Shohih At-Targhib, no. 3.333].

Dan ketahuilah, banyak-banyak mengingat kematian itu adalah ciri-cirinya orang yg cerdik/cerdas.

Sebagaimana disebutkan dlm hadits berikut ini :

عن ابن عمر أنه قال كنت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فجاءه رجل من الأنصار فسلم على النبي صلى الله عليه وسلم ثم قال يا رسول الله أي المؤمنين أفضل قال أحسنهم خلقا قال فأي المؤمنين أكيس قال أكثرهم للموت ذكرا وأحسنهم لما بعده استعدادا أولئك الأكياس
Dari Ibnu Umar rodhiyallohu anhuma, dia berkata: "Aku bersama Rosululloh shpllallohu 'alaihi wa sallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam untuk Nabi shollallohu' alaihi wa sallam, lalu dia bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama itu ?"

Beliau menjawab : "Yang paling baik akhlaknya."

Dia bertanya lagi : "Siapakah orang mukmin yang paling cerdik itu ?"

Beliau menjawab : "Yang paling banyak mengingat kematian, dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi hidup setelah mati nanti. Mereka itulah orang-orang yang cerdik.”

[HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits ini hasan, sebagaimana dlm Ash Shahihah, no. 1.384].

5. Akhirnya, marilah kita sadari !

Bahwa di dunia ini, tdk ada manusia yg hidup kekal dan abadi. Sehingga, yg paling penting bagi kita dlm hidup di dunia ini adalah mempersiapkan bekal, utk kehidupan yg abadi di akhirat nanti.

Alloh ta'ala berfirman :

وما جعلنا لبشر من قبلك الخلد أفإن مت فهم الخالدون كل نفس ذآئقة الموت ونبلوكم بالشر والخير فتنة وإلينا ترجعون}
"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (wahai Muhammad). Lalu jika kamu mati, apakah mereka akan kekal ? Setiap orang yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu fitnah/cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian semuanya akan dikembalikan." [Al Anbiya: 34-35].

Demikian.... Semoga nasehat ini bermanfaat bagi kita semuanya... Barokallohu fiikum...

Surabaya, Senin pagi yg sejuk, 13 Syawal 1440 H / 17 Juni 2019 M
Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby

Tidak ada komentar: