Para Salaf berusaha keras menyembunyikan diri, kita justru sebaliknya


Jujur, kita ini ingin dilihat, ingin didengar. Meski terkadang tanpa sadar. Memang mulut tak bersuara, namun cukup dengan jari-jari tangan saja.

"Otw Surabaya", atau "Posisi lagi di Yogyakarta", atau "Sudah lama nggak makan durian, terakhir tahun lalu sama istri berdua", atau "Allahummasyfini, hanya Engkau yang memberi kesembuhan", atau "Alhamdulillah selesai muroja'ahnya".

Itulah kira-kira, dan masih banyak lagi postingan yang serupa. Belum lagi ditambah foto-foto selfie. "Ne lagi kajian di masjid anu sama ustadz anu." Selesai tablig akbar, grasak-grusuk cari ustadznya. Bukan untuk bertanya tapi selfie bareng, buat kenang-kenangan, trus nanti di upload di status fb, dikirimi ke group-group WA.

Padahal kita sama-sama tahu bahwa sifat menyembunyikan diri dari orang lain, terlebih dalam ibadah adalah sebuah sifat yang akan mengantarkan kita untuk dicintai Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ
"Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, merasa cukup, dan suka menyembunyikan diri." (Muslim: 2965)

Lihatlah orang-orang shalih dalam menyembunyikan dirinya. Inilah Imam Ahmad rahimahullah yang mengatakan:

أُرِيْدُ أَنْ أَكُوْنَ فِي شِعْبٍ بِمَكَّةَ حَتَّى لاَ أُعرَفَ
"Aku ingin tinggal di celah sempit salah satu lembah Makkah agar aku tidak dikenal."(Siyar A'lamin Nubala' 11/216)

Dan inilah Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah. Dari Hamd bin Zaid rahimahullah, ia menuturkan:

كَانَ أَيُّوبُ فِي مَجلِسٍ فَجَاءَتهُ عَبرَةٌ -أي: دَمعَةٌ أَو بُكَاءٌ - فَجَعَلَ يَتَمَخَّطُ وَيَقُولُ: مَا أَشَدّ الزُّكَّام! 
"Ayyub pernah berada di suatu majelis, tiba-tiba datang kesedihannya (tangis). Lalu ia pun pura-pura membuang ingus kemudian berkata: 'Alangkah parahnya pilek ini.'" (Siyar 6/20, Min A'lamis Salaf 1/195)

Subhanallah, dimana kita dibanding mereka. Saat mereka berusaha keras menyembunyikan diri, kita justru sebaliknya. Tangis dan tawa kita kalau bisa diketahui oleh manusia sedunia. Maka pantaslah mereka menjadi mereka sedangkan kita menjadi kita. Karena memang, antara kita dan mereka jauh berbeda.

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi | maribaraja.com

Tidak ada komentar: