[1]- MUQADDIMAH (ILMU SEMAKIN MENURUN)
Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dalam hadits yang masyhur -tentang dicabutnya ilmu dengan diwafatkannya para ulama-; di bagian akhirnya beliau bersabda:
...حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا؛ اتَّـخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوْا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوْا، وَأَضَلُّوْا
“…Sampai ketika Allah tidak menyisakan satu ulama pun; maka manusia menjadikan pemimpin mereka adalah: orang-orang bodoh; sehingga ketika mereka ditanya; maka mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” [Muttafaqun ‘alaihi: HR. Al-Bukhari (no. 100 & 7307 dan Muslim (no. 2673)]
Imam Al-Albani -rahimahullaah- berkata:
“Bukan berarti maknanya bahwa Allah -‘Azza Wa Jalla- mengosongkan bumi ini dari ulama yang bisa menegakkan hujjah Allah atas hamba-hamba-Nya; akan tetapi maknanya adalah: SEMAKIN ZAMAN ITU BELAKANGAN; MAKA ILMU PUN SEMAKIN SEDIKIT.” [“Da’watunaa” (hlm. 31-32- cet.Ad-Daarul Atsariyyah)]
[2]- KEILMUAN “MUTA-AKHKHIRIIN” (ULAMA BELAKANGAN) SANGAT JAUH JIKA DIBANDINGKAN DENGAN “MUTAQADDIMIIN” (ULAMA ZAMAN DAHULU)
Sehingga; Imam Adz-Dzahabi setelah beliau menyebutkan puluhan ulama dari thabaqat (tingkatan) kelima dari para ulama yang perkataannya bisa diambil dalam masalah “Al-Jarh Wat-Ta’diil”; beliau berkata:
“Dan banyak (para ulama) yang tidak hadir (dalam ingatan)ku untuk disebutkan, dan terkadang berkumpul dalam satu rihlah (perjalanan): 200 s/d 300 (ulama) di satu negeri. Maka,YANG PALING SEDIKIT HAFALANNYA DI ANTARA MEREKA: ADALAH ORANG YANG PALING HAFAL PADA ZAMAN KITA!” [“Dzikru Man Yu’tamadu Qauluhu Fil Jarh Wat Ta’diil”(hlm. 197- Arba’u Rasaa-il)]
“Ini perkataan Imam Al-Hafizh“An-Naaqid” (pengkritik); pemilik“Istiqraa’” (penelitian) yang sempurna: Abu ‘Abdillah Adz-Dzahabi (wafat th. 748 H) -rahimahullaah-, dan beliau hidup di zaman yang di dalamnya terdapat bintang-bintang yang bertebaran dari kalangan ulama Hafizh dan para imam peneliti; seperti: Imam Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyyah, Al-Hafizh Jamaluddin Al-Mizzi, Al-Hafizh ‘Alamuddin Al-Birzali, Imam Syamsuddin Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H), Ahli Tafsir dan Sejarah Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir (wafat th. 774 H), Al-Hafizh Taqiyuddin As-Subki (wafat th. 756 H), Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Hadi (wafat th. 774 H), dan lain-lain.
Maka, BAGAIMANA KALAU BELIAU HIDUP DI ZAMAN KITA?!Apa yang akan beliau katakan -rahimahullaahu Ta’aalaa-?!” [“‘Ilmur Rijaal, Nasy-atuhu Wa Tathawwuruhu” (hlm. 127)]
[3]- KEILMUAN “MU’AASHIRIIN” (ULAMA ZAMAN SEKARANG)
Maka, zaman kita adalah seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahli Hadits pada zaman ini: Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah-:
“…Para Hafizh sudah tidak ada lagi wujudnya sekarang. Perhatikan perkataanku: Karena yang ada adalah orang-orang samacam kita; yang ilmunya ada di kertas (tulisan) dan bukan di dada (hafalan).” [“Su-aalaat Ibnu Abil ‘Ainain”(hlm. 63)]
[4]- UNTUK MENJADI AHLI HADITS PADA ZAMAN SEKARANG; TIDAK HARUS BERILMU SEPERTI ULAMA TERDAHULU
Dari sini kita mengetahui bahwa: Sebagian orang yang menuntut kita untuk menjadi seperti ulama terdahulu agar bisa menjadi Ahli Hadits; maka itu sama saja dengan menutup pintu Ilmu Hadits ini; sehingga tidak ada lagi yang bisa mempelajarinya.
[Lihat kitab: “Al-Albani Wa Manhajul A-immah Mutaqaddimiin Fii ‘Ilmil Hadiits” (hlm. 19-20), karya: Syaikh Zakariya bin Ghulam Qadir -hafizhahullaah-]
[5]- KRITERIA MUHADDITS UNTUK ZAMAN SEKARANG
Syaikh Al-’Allamah Shiddiq Hasan Khan -rahimahullaah-(wafat.th. 1307 H) berkata -dengan menukil dari ulama lain-:
“Maka, yang kami maksud dengan MUHADDITS adalah:
[“Al-Hiththah Fii Dzikri Ash-Shihaah As-Sittah” (hlm. 245)]
-diambil dari: “Catatan Atas Kitab “Al-Muuqizhah” karya Imam Adz-Dzahabi -rahimahullaah-” (hlm. 28-31), karya Ahmad Hendrix
Imam Al-Albani -rahimahullaah- berkata:
“Bukan berarti maknanya bahwa Allah -‘Azza Wa Jalla- mengosongkan bumi ini dari ulama yang bisa menegakkan hujjah Allah atas hamba-hamba-Nya; akan tetapi maknanya adalah: SEMAKIN ZAMAN ITU BELAKANGAN; MAKA ILMU PUN SEMAKIN SEDIKIT.” [“Da’watunaa” (hlm. 31-32- cet.Ad-Daarul Atsariyyah)]
[2]- KEILMUAN “MUTA-AKHKHIRIIN” (ULAMA BELAKANGAN) SANGAT JAUH JIKA DIBANDINGKAN DENGAN “MUTAQADDIMIIN” (ULAMA ZAMAN DAHULU)
Sehingga; Imam Adz-Dzahabi setelah beliau menyebutkan puluhan ulama dari thabaqat (tingkatan) kelima dari para ulama yang perkataannya bisa diambil dalam masalah “Al-Jarh Wat-Ta’diil”; beliau berkata:
“Dan banyak (para ulama) yang tidak hadir (dalam ingatan)ku untuk disebutkan, dan terkadang berkumpul dalam satu rihlah (perjalanan): 200 s/d 300 (ulama) di satu negeri. Maka,YANG PALING SEDIKIT HAFALANNYA DI ANTARA MEREKA: ADALAH ORANG YANG PALING HAFAL PADA ZAMAN KITA!” [“Dzikru Man Yu’tamadu Qauluhu Fil Jarh Wat Ta’diil”(hlm. 197- Arba’u Rasaa-il)]
“Ini perkataan Imam Al-Hafizh“An-Naaqid” (pengkritik); pemilik“Istiqraa’” (penelitian) yang sempurna: Abu ‘Abdillah Adz-Dzahabi (wafat th. 748 H) -rahimahullaah-, dan beliau hidup di zaman yang di dalamnya terdapat bintang-bintang yang bertebaran dari kalangan ulama Hafizh dan para imam peneliti; seperti: Imam Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyyah, Al-Hafizh Jamaluddin Al-Mizzi, Al-Hafizh ‘Alamuddin Al-Birzali, Imam Syamsuddin Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H), Ahli Tafsir dan Sejarah Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir (wafat th. 774 H), Al-Hafizh Taqiyuddin As-Subki (wafat th. 756 H), Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Hadi (wafat th. 774 H), dan lain-lain.
Maka, BAGAIMANA KALAU BELIAU HIDUP DI ZAMAN KITA?!Apa yang akan beliau katakan -rahimahullaahu Ta’aalaa-?!” [“‘Ilmur Rijaal, Nasy-atuhu Wa Tathawwuruhu” (hlm. 127)]
[3]- KEILMUAN “MU’AASHIRIIN” (ULAMA ZAMAN SEKARANG)
Maka, zaman kita adalah seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahli Hadits pada zaman ini: Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah-:
“…Para Hafizh sudah tidak ada lagi wujudnya sekarang. Perhatikan perkataanku: Karena yang ada adalah orang-orang samacam kita; yang ilmunya ada di kertas (tulisan) dan bukan di dada (hafalan).” [“Su-aalaat Ibnu Abil ‘Ainain”(hlm. 63)]
[4]- UNTUK MENJADI AHLI HADITS PADA ZAMAN SEKARANG; TIDAK HARUS BERILMU SEPERTI ULAMA TERDAHULU
Dari sini kita mengetahui bahwa: Sebagian orang yang menuntut kita untuk menjadi seperti ulama terdahulu agar bisa menjadi Ahli Hadits; maka itu sama saja dengan menutup pintu Ilmu Hadits ini; sehingga tidak ada lagi yang bisa mempelajarinya.
[Lihat kitab: “Al-Albani Wa Manhajul A-immah Mutaqaddimiin Fii ‘Ilmil Hadiits” (hlm. 19-20), karya: Syaikh Zakariya bin Ghulam Qadir -hafizhahullaah-]
[5]- KRITERIA MUHADDITS UNTUK ZAMAN SEKARANG
Syaikh Al-’Allamah Shiddiq Hasan Khan -rahimahullaah-(wafat.th. 1307 H) berkata -dengan menukil dari ulama lain-:
“Maka, yang kami maksud dengan MUHADDITS adalah:
- Orang yang menyibukkan diri dengan kitab-kitab Hadits,
- dengan membaca lafazh-nya,
- dan memahami maknanya,
- serta mengetahui Shahih dan sakit (Dha’if)nya,
- Walaupun (pengetahuan Shahih/Dha’if) itu didapat dari: pengabaran seorang Hafizh,
- atau (pengetahuan tentang maknanya didapat dari):“istinbaath” (pengambilan hukum) seorang Ahli Fiqih.”
[“Al-Hiththah Fii Dzikri Ash-Shihaah As-Sittah” (hlm. 245)]
-diambil dari: “Catatan Atas Kitab “Al-Muuqizhah” karya Imam Adz-Dzahabi -rahimahullaah-” (hlm. 28-31), karya Ahmad Hendrix
Tidak ada komentar: