Dulu ikhwani dikemas salafy, kini salafy berlabel salaf, insya Allah.

Kenanganku di Pesantren Islam Al Irsyad Tengaran (Thn 1990-1995)

Sepahit apapun masa lalu, bila dipandang kembali hari ini maka terasa sejuk dan indah. Rasa pahit yang kala itu, tiada lagi terasa dan yang tersisa keindahan dan manisnya, bahkan pahitpun seakan terasa manis.

Diantara masa lalu yang pernah saya lalui ialah menimba ilmu di Pesantren Islam Al Irsyad Tengaran. Sungguh pesantren yang super, dengan hasil kerja ahli ahli ilmu yang super pula.

Sebut saja, saya pernah diajar oleh ulama' ulama' hebat di negri ini:
Ustadz Ja'far Umar Thalib, Ustadz Yusuf Utsman Ba'isa, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwaz, Ustadz Umar As Sewed, Ustadz Fariq bin Qasim Anuz, Ustadz Ubaidillah Mashadi, Ustadz Muhammad Wujud, Ustadz Humaidi Abdul Karim, dan masih banyak lagi.

Sejak awal di pesantren ini, saya dan juga semua santri diajari bahwa kita harus belajar manhaj salaf, dan akidah ahlissunnah wa al jamaah.

Namun demikian, diantara hal pahit yang saya rasakan kala itu, diajak mengikuti manhaj salaf namun ternyata kita diajari kitab kitab yang nyata nyata bertentangan dengan manhaj salaf, semisal: Fi Zilalil Qur'an, Ma'alim Al Inthilaqatul Kubra, Al Ghuraba' Al Awwalun, dan buku buku tulisan Dr Salman Al Audah, Hasan Al Banna, Safar Hawali, Muhammad Qutub, dll.

Bacaan favorit kami kala itu majalah As Sunnah yg diterbitkan di London, Majalah Sabili, dan yang serupa.

Sampai pada suatu hari, beberapa kakak kelas kami diterima di Islamic University Of Madina, dan tatkala mereka berlibur, mereka membawa sengatan petir, dan menyampaikan kepada kami termasuk kepada para ustadz kala itu bahwa kitab-kitab di atas dan tokoh tokoh di atas sejatinya adalah pendiri dan tokoh tokoh pergerakan Ikhwanul Muslimin.

Ya, bagaikan petir di siang bolong, sepontan penghuni pesantren yang sedari awal mendoktrin santrinya sebagai ahlussunnah dan salafy, ternnyata jauh panggang dari api.

Tak ayal lagi, informasi tersebut menimbulkan gejolak, yang berakibat pada keluarnya beberapa ustadz, dari pesantren.

Namun pelan dan pasti, sedikit demi sedikit, fakta tersebut dapat diterima dan arah serta pemahaman para ustadz berkembang dan berubah, terlebih semakin banyaknya alumni pesantren yang diterima di Islamic University Of Madinah.

Kondisi serupa juga terjadi pada para ustadz ustadz yang saya sebut di atas, dari mereka ada yang menyadari keterbatasannya, sehingga ada yang pergi ke Saudi Arabia untuk menimba ilmu kembali, semisal Ustadz Muhammad As Sewed, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwaz, Ustadz Muhammad Wujud, Ustadz Fariq bin Qasim Anuz, dan lainnya.

Sepulang mereka dari Saudi Arabia, nampaklah dengan jelas perubahan pada keilmuan, pemahaman dan loyalitasnya. Tidak lagi mengajarkan kitab kita di atas, dan ulama' rujukannya juga benar benar berganti, menjadi Syeikh Al Abani, Ibnu Baz, Muqil bin Hadi, Sholeh Fauzan dll.

Mulailah gambaran dan fakta tentang manhaj salaf nampak dengan jelas, dan perubahan yang sangat mendasar mulai terasa, dan hasilnya kini, pesantrenku yang tercinta benar-benar telah memahami, mengajarkan, dan dikelola oleh para alumni yang benar benar belajar dan mengajarkan manhaj salaf.

Pesantrenku yang semula berasa gado gado, ikhwani dikemas salafy, kini salafy berlabel salafy insyaAllah, demikian yang saya lihat dan saya ketahui, semoga apa yang saya sampaikan ini sesuai dengan fakta, dan hanya Allah Ta'ala yang akan menghisap amalan mereka dan amalan kita semua.

Walau pesantrenku dan juga ustadz ustadzku di atas bukan yang BABAT ALAS dakwah salaf, namun kini pesantrenku dan juga ustadz ustadzku menjadi bagian dari penggerak dakwah salaf, semoga Allah Taala meneguhkan hati kita semua di atas agama-Nya hingga akhir Hayat.

Pada kesempatan ini, saya merasa perlu untuk menyampaikan apesiasi kepada teman teman kakak kelas saya yang telah menjadi pembawa sengatan petir sehingga membawa perubahan yang sangat signifikan pada pesantren Al Irsyad dan para ustadznya kala itu Dan secara khusus perlu saya sebutkan, sebagai bentuk ucapan termakasih saya sebagai adik kelas dan juga sebagai teman seperjuangan.

Al Ustadz Usamah Mahri, Ainurrofiq, Mubarak Bamuallim dll adalah diantara kakak kelas yang getol menyampaikan berbagai informasi, bahkan termasuk membimbing saya selama saya kuliah bersama mereka di Islamic University, dengan mengenakan saya ke beberapa syeikh termasuk Syeikh Rabi; bin Hadi Al Madkhaly, Muhammad Al Madkhaly, Ibrahim Ar Ruhaily, Sholeh As SUhaimy, Abdul Muhsin Al Abbad, dll . Semoga Allah Ta'ala membalas kebaikan mereka semua dengan pahala yang melimpah.

Apa yang saya sampaikan di sini, bukan berarti menafikan peran ustadz ustadz lain semisal ustadz Aunurrafiq Gufran di Gresik dan juga Ustadz Buya Jufri di Pekanbaru, Ustadz Abu Nida', Ahmas Faiz dll yang juga telah membawa banyak perubahan pada arah dakwah di Indonesia.

Dan kuat praduga mereka lebih dahulu mengenal paham salaf dibanding kami berserta pengelola pesantren kami kala itu.

Saya hanya menceritakan pegalaman pribadi dan juga kenangan masa lalu di pesantren tercinta Pesantren Islam Al Irsyad yang kini telah menjadi percontohan bagi banyak pesantren dan lebaaga pendidikan islam dalam mengembangkan pendidikan yang bernafaskan akidah ahlussunnah, dengan pemahaman salafussholeh.

Semoga Allah senantiasa menjaga pesantrenku tercinta dan juga sekolah sekolah Islam lainnya agar tetap istiqomah dalam mengajarkan Islam dengan manhaj salaf .

Dan semoga saudara saudaraku sudi untuk menengok ke belakang agar tidak melupakan perjuangan teman sendiri dan tidak memanipulasi sejarah, seakan sejarah miliknya atau kelompoknya sendiri.

Dan pada saat yang sama saya yakin masih banyak punggawa punggawa dakwah salaf yang lebih dahulu bercucuran keringat dan juga telah berbuat banyak dibanding nama nama yang saya sebutkan di atas, namun hanya Allah yang mengabadikan nama mereka sedang banyak manusia melupakan mereka.

Semoga Allah senantiasa merahmati danmemberkahi umur mereka yang masih hidup dan mengampuni yang telah meninggal dunia.Amiin


Tidak ada komentar: