Jangan Sembarangan Memanggil Seseorang Dengan Gelar Ustadz

Memanggil Seseorang Dengan Gelar Ustadz

Bismillah... Banyak yang menggelari seseorang dengan ‘ustadz’ hanya karena mereka terkenal di dunia maya. Postingannya banyak di-like, dikomentari dan di-share. Tanpa tahu mereka mengambil ilmu dari mana, belajar dengan siapa, kitab-kitab apa yang menjadi rujukannya.

Jangan begitu saja mudah percaya dengan seseorang yang tidak kita kenal dengan baik, belum pernah bertatap muka, belum pernah bermuamalah secara langsung. Hanya melihat dari citranya di dunia maya. Terpana dengan pesona kata-kata yang ia tuliskan, banyaknya like dan pengikut.
Ini bukan berarti kita tidak boleh berdakwah di media sosial atau internet. Berdakwah via media apapun, insyaa Allah terhitung sebagai amal shalih, jika ikhlas lillaahi ta’ala dan sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i.

Namun berdakwah dan menyampaikan apa yang telah kita ketahui, tentu tidak membuat kita otomatis berhak menyandang gelar ustadz atau ahli ilmu.

Ada perbedaan yang cukup jelas antara penyampai kebenaran dengan ustadz yang khusus mendalami ilmu agama selama bertahun-tahun, mempelajari kitab-kitab dan mengambil ilmu dari sumber yang jelas.

Ada perbedaan yang cukup terang antara menuntut ilmu secara khusus (bermajelis) dengan menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya.

Ikutilah kebenaran, dari siapapun kita mendapatkannya. Namun, untuk duduk khusus menuntut ilmu dari seorang guru, bahkan menyematkan predikat ustadz atau ahli ilmu kepada seseorang, tidak sesederhana itu.

Betapa banyak orang yang berani berfatawa dan menentukan hukum syari’at, hanya karena banyak pengikutnya dan dianggap sebagai ahli agama. Sungguh musibah yang amat besar ketika seseorang berfatawa tanpa ilmu, terlebih jika fatawanya diaminkan dan diamalkan oleh banyak pengikutnya.

Sesat lagi menyesatkan. Wal’iyadzubillaah.. #ustadz

sumber fb Ikhsan

Tidak ada komentar: