KETIKA SUAMI BERPOLIGAMI

 KETIKA SUAMI BERPOLIGAMI

Reaksi wanita ketika mendengar kabar suaminya menikah lagi alias berpoligami bermacam-macam. Ada yang langsung minta cerai. Ada yang mendadak terkulai dan terserang depresi. Bahkan ada yang nyaris gila hingga ia harus dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.

Faktanya memang sedikit wanita yang mau bersyukur ketika suaminya yang sholeh dan mampu secara ekonomi berpoligami, misalnya dengan mengucapkan:"Alhamdulillah suamiku menikah lagi. Sehingga jalanku untuk ke surga-Nya semakin lebar..."

Alih-alih bersyukur, ada wanita yang malah mencak-mencak di depan suaminya ketika tahu suaminya berpoligami. Tidak cukup itu, kemudian ia melabrak madunya. Dan mengata-ngatai madunya sebagai pelakor--perebut laki orang, wanita yang tak tahu malu karena mau menikah dengan suami orang, wanita yang menjijikkan karena mengejar suaminya, wanita materialis--karena menganggap madunya mengincar harta suaminya. Betulkah madunya demikian? Boleh jadi madunya lebih baik dari dirinya sebagaimana firman-Nya,

"... dan jangan pula perempuan-perempuan (memperolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan yan (diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan yang (mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk (fasik) setelah beriman."(QS Al-Hujurat:11)

Siapa tahu madunya yang disebutnya pelakor itu dulu wanita yang mau dilamar suaminya sebelum dirinya. Siapa tahu madunya yang tak tahu malu itu janda anti pacaran yang menawarkan hubungan halal kepada suaminya demi menjaga kehormatan dirinya. Siapa tahu madunya yang menjijikkan itu adalah perempuan penjaga rumah Tahfiz yang berakhlak mulia dan ibu dari anak-anak calon penghafal Al-Quran. 

Siapa tahu madunya yang materialis itu seorang wirausaha yang hidupnya qonaah saat tak punya, zuhud saat diberi-Nya kekayaan, mau mewakafkan lahannya dan menggunakan harta kekayaannya untuk membantu dakwah suaminya. Jadi tak sepantasnya seorang isteri berprasangka buruk apalagi berlaku buruk terhadap madunya.

Poligami jelas-jelas sesuatu yang tidak dilarang-Nya sebagaimana firman-Nya. "... Maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi, jika kamu khawatir tidak akan berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat dzalim." (QS An-nisa:3)

Jadi kenapa wanita melarangnya?

Tidak melarang, tetapi kalau hati wanita sakit? Hati wanita mana sih yang tak sakit ketika suaminya menikah lagi? Ya, setiap wanita memang merasakan sakit hati ketika suaminya menikah lagi. Hanya, tak perlu disimpan lama, apalagi sampai lengket. Sebab hal itu bisa memicu timbulnya berbagai penyakit baik fisik maupun psikis di dalam diri wanita, seperti Maag, Hepatitis, Neurosis dan lain-lain.

Daripada sibuk merasakan sakit hati, maka lebih baik menjalani poligami dengan sabar. Karena, Allah ta'ala menjanjikan pahala yang tidak tanggung-tanggung bagi wanita yang sabar menjalaninya. Fiman-Nya,

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala pahala tanpa batas." (QS Az-Zumar:10)

Selain bersabar, wanita yang hatinya tersakiti karena suaminya berpoligami perlu banyak ber-istighfar. Dengan banyak ber-istighfar , dosa-dosanya akan berguguran. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda,

"Tidaklah seorang muslim terkena penyakit, atau penyakit menahun, atau kecemasan, disakiti, kesusahan, sampai sebuah duri yang menancap pun Allah mengampuni sebagian dosa-dosanya. ( HR Buchori 5642 dan Muslim 2573)

Wanita, dalam konteks ini isteri pertama yang disingkat IP seringkali salah persepsi terhadap cinta suami. Bagi IP cinta suami itu ibarat sebuah apel hadiah suami yang hanya boleh dinikmatinya. Jika wanita lain boleh menikmati apel tersebut maka IP tidak bisa lagi menikmatinya secara utuh seperti sebelumnya. Bahkan IP khawatir wanita lain melahap habis apel tersebut. Sehingga tak ada sisa apel untuknya. Padahal, cinta suami tidak seperti buah apel. Cinta suami tak habis dibagi sekalipun dibagi dengan beberapa orang isteri.

Cinta suami bisa diibaratkan matahari yang menyinari bumi, mirip dengan cinta seorang ibu kepada anak-anaknya. Seorang ibu sanggup mencintai semua anaknya, mencintai anak kedua tanpa mengurangi sedikitpun cintanya kepada anak pertama. Dan berusaha memperlakukan anak-anaknya dengan adil. Memberi jatah makan yang sama dan jumlah uang saku yang sesuai dengan kebutuhan anak-anaknya. 

Misalnya, setiap hari ibu memberi uang saku 8 ribu untuk anak pertama--jajan 3 ribu, angkot 5 ribu. Uang saku anak kedua cukup 3 ribu karena ia berjalan kaki ke sekolah, tak perlu angkot. Begitu pula cinta seorang suami kepada istri-istrinya. In Syaa Allah, ia sanggup mencintai semua istrinya. Mencintai istri keduanya tanpa sedikitpun mengurangi cintanya kepada istri pertamanya.

Menerima suami berpoligami butuh jihad. Jika istri telah berhasil melakukannya maka hal itu adalah satu bentuk ketaatannya kepada suami. Dan dapat mengantarkannya ke surga-Nya lewat pintu mana saja yang ia mau. Dalilnya, "Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa (pada bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya, taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya,"Masuklah ke surga dari pintu masuk saja yang kamu suka." ( Dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Al Jami' ash-Shagir:660)

Allah ta'ala juga tak menyia-nyiakan perbuatan baiknya itu. Firman-Nya,

"Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik." (QS Yusuf:90)

Memang sulit bagi wanita untuk menerima poligami dengan ikhlas. Juga sulit bagi laki-laki untuk berlaku adil terhadap istri-istri nya jika tak disertai niat untuk meraih ridha-Nya semata. Namun, yakinlah bahwa tak ada satu pun aturan yang diturunkan-Nya kecuali untuk kebaikan hamba-hamba-Nya. Artinya, dengan berpoligami, banyak perawan tua yang mendapatkan kesempatan untuk menikah, para lelaki mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menyalurkan benihnya yang secara halal, jumlah penduduk muslim bertambah, dan banyak lagi.

Ummu Hana Haminah
Bondowoso, 29 Dzulqaidah 1440 H

Tidak ada komentar: