Ketawadhuan Ibnu Abi Dzi'b seorang Ulama Fiqih Kota Madinah

Ketawadhuan Ibnu Abi Dzi'b

Berkata Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah dalam kitabnya At-Tamhid:

"Aku telah mendengar lebih dari satu orang di antara guru-guruku yang menceritakan bahwa Al-Ghazi bin Qais ketika rihlah ke Madinah, dia mendengar (hadits) dari Imam Malik dan membacakannya kepada Nafi' Al-Qari.

Pada waktu awal kedatangannya ke Madinah, ketika berada di masjid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (Masjid Nabawi), tiba-tiba masuklah seseorang yang bernama Ibnu Abi Dzi'b lalu duduk tanpa mengerjakan sholat tahiyatul masjid terlebih dahulu.

Maka berkatalah Al-Ghazi kepadanya, "Hei, kamu! Berdiri sana sholat dulu dua raka'at! Karena dudukmu tanpa sholat dua raka'at tahiyatul masjid itu adalah satu kebodohan", atau ucapan kasar nan pedas semisalnya. Maka Ibnu Abi Dzi'b pun berdiri mengerjakan sholat dua raka'at lalu duduk kembali.

Ketika sholat (jama'ah) telah usai, beliau (Ibnu Abi Dzi'ib) menyandarkan punggungnya dan orang-orangpun duduk mengerumuninya dan membuat halaqoh di hadapannya.

Melihat pemandangan itu, Al-Ghazi bin Qais terhenyak, menjadi malu dan merasa menyesal. Diapun bertanya perihal siapa sih sebenarnya orang ini. Lalu dijawab bahwa beliau ini adalah Ibnu Abi Dzi'b, salah seorang fuqoha' (ulama fiqih) kota Madinah dan merupakan tokoh terkemuka yang sangat dihormati di kalangan mereka.

Maka berdirilah Al-Ghazi meminta maaf kepada beliau. Lalu berkatalah Ibnu Abi Dzi'b kepadanya, "Saudaraku, engkau tidak bersalah. Engkau telah menyuruh kami dengan kebaikan maka kamipun menaatimu."
_____________

Siapakah Ibnu Abi Dzi'ib?

Beliau adalah Abul Harits Muhammad bin Abdirrahman bin Al-Mughirah bin Al-Harits bin Abi Dzi'b Hisyam bin Syu'bah. Beliau adalah Al-Imam, Syaikhul Islam Abul Harits Al-Qurasyi Al-'Amiriy Al-Madaniy Al-Faqih. Lahir th 80 dan wafat th 159 H.

Kata Imam Ahmad bin Hambal, "Dia mirip seperti Sa'id bin Al-Musayyib". Ketika ditanya, "Adakah penggantinya?" Beliau menjawab, "Tidak ada."

Al-Waqidi berkata, "Dia termasuk manusia yg paling wara' dan paling utama. Dia sangat dermawan dan suka menjenguk orang sakit."

Kata Yahya bin Ma'in, "Dia tsiqoh dan setiap orang yang dia riwayatkan haditsnya oleh Ibnu Abi Dzi'b adalah tsiqoh, kecuali Abu Ja'far Al-Bayadhi."

Kata Ibnu Hibban, "Beliau termasuk fuqoha' penduduk Madinah dan ahli ibadah mereka."
Kata Adz-Dzahabi, "Dia tsiqoh diridhai dan tergolong ulama yg ilmunya terpercaya, orang terhormat, sangat berani berkata benar, dan berwibawa."

Al-Khaliliy berkata, "Dia tsiqoh, dan dia dipuji oleh Imam Malik sebagai seorang yg faqih di antara para imam penduduk Madinah. Haditsnya jg ada yg ditakhrij di dalam Ash-Shahihain."
Kata Ibnu Hajar, "Dia tsiqoh, faqih, dan fadhil.
___________
Komentar:
MasyaAllah! Beginilah akhlak ulama, tidak gampang baper dan marah ketika ditegur oleh seseorang yg tidak selevel dgnnya meskipun cara menegurnya keliru dan bahkan dgn teguran pedas sekalipun dia terima dgn lapang dada.
___________
Pelajaran dari kisah di atas:

1.
Lapang dada dalam menerima teguran dan nasehat.
2. Jangan sembarangan dalam menyampaikan teguran. Ojo gebyah uyah; jangan pukul rata dalam memberi nasehat kpd masing-masing orang. Tentu tidak sama cara menegur org yg selevel dgn kita dgn cara menegur org yg levelnya di atas kita.
3. Teguran atau nasehat yg baik dan benar hendaknya juga diiringi cara yg baik dan benar.
4. Orang berilmu apalagi cuma thalibul ilmi kalau memang bersalah hendaklah dia segera menyadari kesalahannya, merasa malu, dan menyesalinya serta tidak gengsi untuk segera meminta maaf kepada ybs.
5. Mudah memaafkan merupakan salah satu akhlak ulama dan karakter orang berilmu.

Semoga bermanfaat, barakallahu fiikum.

Tidak ada komentar: