Menanggulangi kenakalan anak (Orang Tua Harus Tahu)

Menanggulangi kenakanal anak

Sering kita lihat ketika pendidik atau orang tua menjumpai anaknya nakal, spontan dia mengambil kesimpulan bahwa anak harus dihukum, diperlakukan dengan keras agar dia berhenti dari “kenakalannya”. Sebenarnya ini kurang tepat. Memang suatu saat orang tua boleh mencoba dengan kekerasan, tetapi bukan melampaui batas hingga merusak jasad dan pikiran anak.

Agar kita tidak tegang menghadapi anak yang nakal, kita hendaknya memahami bahwa hidup ini pasti akan diuji dengan kesedihan dan kegembiraan, dengan sehat dan sakit, dengan cerdas dan lemah, dengan anak yang taat dan bandel. (Lihat: QS. al-Anbiyā`: 35)

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu berkata: “Makna Ayat ini, Allah Azza wajalla hendak mengujimu di dunia ini dengan kesulitan dan kelapangan, dengan kaya dan miskin, dengan halal dan haram, dengan taat dan maksiat, dengan petunjuk dan kesesatan, lalu kalian akan dibalas amal baikmu dan amal jelekmu.”

Dengan demikian jelaslah bahwa kenakalan anak dan kecerdasannya bukan tolak ukur kebaikan dan keburukan orang tua, karena itu semua bahan ujian untuk orang tua, tetapi Allah Tabaaraka wata’ala akan melihat sejauh mana kemampuan kita dan usaha kita ketika mendapat ujian ini. Apakah anak dibiarkan ataukah dididik semaksimal mungkin dengan penuh kesabaran.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak menghukum cucunya yang naik di punggung saat beliau sujud, tetapi beliau melarang orang yang lewat di depan orang yang shalat. Begitulah indahnya kesabaran beliau ketika melihat anak yang belum sempurna akalnya.

Mengapa anak nakal?

Anak nakal tentu ada sebabnya, demikian juga anak yang shalih. Orang merasa kenyang karena makan, punya anak karena menikah, orang berilmu karena belajar. Maka di antara penyebab kenakalan anak adalah:

▪ Sikap orang tua yang salah

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada seorang anak pun yang lahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?" (HR. Bukhari: 1271)

▪ Kenakalan anak boleh jadi karena sikap orang tua yang senantiasa keras, sehingga anak ingin melakukan kekerasan pula.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang tidak mengasihi, dia tidak akan dibelaskasihani.” (HR. Bukhari: 6/2682)

Imam al-Bukhari sebelum menulis hadits ini menyebutkan, “Bab hendaknya belas kasihan kepada anaknya, mencium dan memeluknya.” (Shahih Bukhari: 6/2682)

▪ Salah pendidikan

Pendidikan sungguh punya pengaruh yang besar kepada anak kecil, jika gurunya tidak tahu ajaran Islam, bagaimana anak menjadi baik? Jika materi pelajaran kosong dari materi agama yang benar, dari mana anak tahu akhlak yang mulia? Jika siswa banyak yang rusak moralnya sedangkan guru membiarkannya, bagaimana anak menjadi lebih baik? Jika anak diajari menyanyi dan joget, bagaimana anak mau shalat dan membaca al-Quran?

▪ Karena pergaulan dan lingkungan yang jelek

Anak pada umumnya selalu ingin menirukan apa yang dikerjakan oleh orang di sekitarnya. Ketika orang tua nonton TV, anak juga ingin nonton. Ketika temannya berkelahi, dia juga ingin berkelahi. Sebaliknya, jika keluarganya shalat, dia ingin shalat.

▪ Belum sempurna akalnya atau ada kelainan jiwa

Orang tua hendaknya memahami ketika anaknya nakal, adakah sifat kelainan jiwa? Jika demikian, orang tua harus bersabar dan memakluminya. Kasih sayangi dia, karena perbuatannya di luar jangkauan akal yang sehat.

Rasulullah saja tidak merajam orang yang berzina bila dia gila. Ini menunjukkan jika orang dewasa ada kelainan akalnya, tidak dihukum, sekalipun berbuat dosa. Maka bagaimana dengan anak kecil yang melakukan kesalahan?

Solusi agar anak tidak nakal

Setelah kita mempelajari sebabnya, maka harus dicari solusinya. Hendaknya orang tua menjadi teladan yang baik dengan menjauhi akhlak yang jelek. Jangan pandai menyuruh tapi dirinya tidak mengerjakannya. (Lihat: QS. al-Baqarah: 44)

▪ Anak hendaknya dididik dengan ilmu agama yang benar semenjak kecil, terutama pendidikan tauhid, dikenalkan besarnya kuasa Allah Azza wajalla.

▪ Orang tua hendaknya selalu mengawasi perbuatan anaknya yang tidak benar dan segera bertindak mencegahnya ketika dia menzalimi kawannya.

▪ Orang tua hendaknya memantau siapa kawan anaknya. Buatlah ia senang berteman dengan anak yang baik akhlak dan ibadahnya, dan dijauhkan dari teman yang jelek akhlaknya karena agama seseorang cenderung terpengaruh dengan teman dekatnya.

Semoga dengan kesabaran dan kesungguhan orang tua dalam mendidik anak serta doa kepada Allah, kelak anak menjadi shalih dan shalihah.

Semoga bermanfaat.

Oleh: Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Diterbitkan oleh: Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja
artikel maribaraja.com

Tidak ada komentar: