Kiat menjadikan harga di warung tetangga lebih murah dibanding di supermarket

Kiat menjadikan harga di warung tetangga lebih murah

Banyak yang mengeluh harga di warung tetangga tidak kompetitive, mahal, barang terbatas, dan pelayanan kurang memuaskan, tidak ada promo dan maish banyak lagi keluhannya.

Kawan, apa yang anda utarakan atau keluhkan bisa saja benar, namun tahukah anda apa sebabnya semua itu bisa terjadi pada anda?

Jawabannya karena anda belum mengetahui trik agar harga di warung tetangga lebih murah dibanding di supermarket dengan segala program promosinya?

Kiat pertama: Jadilah menantu pemilik warung, niscaya berapapun harga jual ibu mertua anda akan terasa murah.

Kiat kedua: Kalau kiat di atas tidak bisa anda lakukan, maka jadilah mertua bagi pemilik marung itu niscaya harga jual dia selalu lebih murah di dibanding harga jual supermarket manapun.

Kiat ketiga: bila dua kiat di atas tetap saja tidak bisa anda lakukan, maka minimal nikahkanlah anak anda dengan anak pemilik warung niscaya harga jual besan anda menjadi murah.

Kiat keempat: bila ketiga kiat di atas belum juga bisa anda lakukan, maka jadilah pemilik warung, niscaya anda menjadi orang yang paling percaya bahwa harga jual warung itu sangat murah.

Kiat kelima: Bila kelima kiat di atas belum juga bisa anda lakukan, maka kenalilah apa yang anda beli di warung dekat rumah anda.

Selama ini anda kurang mengenali barang yang anda beli di warung tetangga, kwalitas dan fungsinya.

Gambarannya: jangan pernah mengeluhkan tarif hotel bintang lima bila dibanding dengan tarif hotel kelas melati.

Jangan pernah mengeluhkan harga jual mercedes benz atau BMW lalu membandingkannya dengan mobil sejuta ummat.

Agar lebih mengenali barang dagangan warung tetangga yang anda beli, maka coba renungkan beberapa hal berikut:

Bila anda atau salah satu keluarga anda meninggal dunia, siapa yang akan ikut mengurus jenazah anda? Siapa yang akan ikut memandaikan, memikul dan menyolatkan jenazah anda? Pemilik supermarket atau pemilik warung dekat rumah anda dan keluarganya?

Bila ada gangguan keamanan di rumah anda, atau minimal kesibukan di rumah anda, siapakah yang akan ikut cawe cawe membantu anda dan keluarga anda?

Jika sendi sendi ekonomi negri anda dikuasai oleh segelintir pemodal, siapakah yang akan merasakan resikonya?

Jika kemakmuran merata di komplek anda, bahkan di negri anda, siapakah yang akan merasakan dampaknya?

Jiga warung di sekitar rumah anda pada tutup atau bangkrut, sehingga banyak pengangguran, siapakah yang akan turut merasakan dampaknya?

Jika suatu saat anda hendak mencari pasangan untuk menikah atau menikahkan anak anda, maka mungkinkah anda akan menikahi atau menikahkan anak anda dengan pemiliki supermarket atau anaknya?

Kawan! Membeli di warung tetangga bukan sekedar berbelanja, namun juga membeli masa depan negri anda dan masa depan anak cucu anda.

Renungkan: Ketika kaum Anshar diarahkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mempekerjakan kaum muhajirin di ladang ladang mereka, dan kemudian kaun Anshar dilarang untuk menjual ladang atau menyewakannya, apa anda kira kaum Anshar mempekerjakan orang orang yang profesional dalam pertanian atau mengelola ladang?

Tidak sama sekali. Kaum Muhajirin adalah para pedagang, yang tidak memiliki pengalaman dalam mengelola lahan pertanian dan perkebunan. Namun demikian, kaum Anshar menerima semua itu dengan suka rela, karena mereka sadar sedang menata masa depan dan membeli masa depan ummatnya.

Hasilnya luar biasa, kaum muslimin sukses melalui masa masa sulit dan segera mampu berdiri di atas kaki sendiri, dalam walau hitungan singkat, ketika mereka harus berseteru dengan orang orang Yahudi yang secara ekonomi, persenjataan dan jumlah penduduk lebih mumpuni, namun Kaum Muslimin mampu memenangkan perseteruan tersebut, hingga akhirnya kota Madinah steril dari kaum Yahudi alias dikuasai penuh oleh kaum muslimin.

Sebaliknya, Ketika kaum Muhajirin menolak keinginan kaum Anshar untuk membagi harta kekayaan mereka, apa anda kira kaum Muhajirin sedang kelebihan harta benda?

Tidak sama sekali. Kaum Muhajirin kala itu sedang dalam kondisi susah kekurangan harta benda, namun mereka menolak pemberian itu untuk mempertahankan jiwa petarung, jiwa entrepreneur mereka agar tidak luntur. Sehingga mereka lebih tertantang untuk menimba skill baru menjadi peladang, sehingga bisa sukses hidup di New Normal mereka di kota Madinah yang nota bene negri agraris. Fakta membuktikan hal ini, sahabat Umar bin Al Khatthab, Sa'ad bin Abi Waqqash dan lainnya menjadi para peladang yang sukses.

Hari ini, di negri kita telah terjadi kesenjangan ekonomi yang luar biasa, sendiri sendi ekonomi telah dikuasai oleh segelintir orang, bagaimana lagi halnya kelak dengan anak cucu anda?

Masihkah anda merasa mahal harga-harga di warung tetangga?

Ingat kawan, ketika anda berbelanja di warung tetangga, sejatinya anda sedang membeli masa depan perekonomian anak cucu anda, mempertahankan pemerataan ekonomi bangsa anda, dan menjaga stabilitas sosial di tanah air anda.

Semua itu harus anda lakukan demi masa depan anak cucu anda, agar bisa berdiri tegak di tanah air sendiri.

Yuk kawan, satukan tangan kita dan bulatkan tekad kita demi masa depan anak cucu kita, agar kepala anak cucu kita tetap bisa tegak di negri sendiri.

Allahu Akbar.

Dr. Muhammad Arifin Badri MA

Tidak ada komentar: