Menelusuri awal Sejarah Kehadiran Islam Di Selandia Baru

Sejarah Kehadiran Islam Di Selandia Baru

Keberadaan komunitas Muslim di Selandia Baru menjadi lebih disoroti pasca serangan teror yang terjadi di dua masjid di kota Christchurch pada 15 Maret lalu. Muslim sendiri tercatat hanya lebih dari 1 persen dari populasi Selandia Baru.

Sebagian besar mungkin memandang bahwa komunitas Muslim terbilang baru hidup di negeri Kiwi tersebut. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Islam pertama kali tiba di Selandia Baru pada 1769 melalui dua Muslim asal India.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di The Conversation seperti dilansir dari Stuff, Jumat (29/3), disebutkan bahwa beberapa dokumen resmi dan karya ilmiah menyebutkan tahun 1840 dan 1874 sebagai periode penting di mana umat Islam pertama kali diakui sebagai sebuah kelompok.

Penulis artikel tersebut, Abdullah Drury, menyebutkan umat Muslim awal di negara itu sebagian besar datang dari India Britania atau sejumlah negara di anak benua India di bawah kekuasaan Britania.

Sensus pemerintah pada 1874 mendokumentasikan sebanyak 17 Mahometan (merujuk pada Muslim) tinggal di Otago (16) dan Auckland (satu). Dokumen-dokumen lama ini menyebut Muslim dan Islam sebagai Mahometan, Mahommedan, Mohammedan, Mohemmadanism, atau Muhammadanism. Sebutan tersebut adalah istilah kuno dengan konotasi merendahkan, yang menggambarkan atas nama nabi Muhammad.

Pada awal abad ke-19, istilah Islam dan Muslim menjadi lebih akrab dalam bahasa Eropa melalui karya Edward Lane. Namun di Selandia Baru, penggunaan umum istilah Islam baru menjadi lebih umum di tahun-tahun berikutnya.

Organisasi Muslim nasional Selandia Baru, Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru (FIANZ), menyebut tahun 1850-an sebagai awal permukiman keluarga imigran Muslim di negara itu, khususnya di Christchurch. The Lyttleton Times pada 13 Maret 1858 mencatat sebuah kasus di Mahkamah Agung di Lyttleton, sebuah kota kecil di pinggiran Christchurch, di mana dua saksi, Wuzeera dan istrinya Mindia dari India, disumpah dalam terjemahan bahasa Inggris dari Alquran.

Surat kabar itu sendiri menggunakan istilah Mahometan untuk memastikan identitas agama mereka. Dalam surat kabar itu dijelaskan bahwa Wuzeera bekerja untuk Wilson dari Cashmere (sebuah pinggiran kota Christchurch). Ia tiba di Selandia Baru pada 1854 dengan menggunakan sebuah kapal bernama Akbar. Wuzeera dan Mindia memiliki empat anak. Dua anak bungsu mereka lahir di Christchurch pada 1859 dan 1861.

Meningkatnya jumlah Muslim yang tiba di Selandia Baru terjadi selama awal abad ke-20. Sensus tahun 1901 menyebutkan adanya 41 Mahometan.

Sejarah berkelanjutan komunitas Muslim di Selandia Baru dapat ditelusuri kembali. Seperti dijelaskan oleh William Shepard, bahwa tiga pria Gujarat tiba di negara itu antara 1906 dan 1920.

Ketiga pria itu mendirikan sebuah toko kecil dan membawa anak-anak mereka dari India. Pada awal 1950an, anak-anak mereka juga membawa anggota keluarga mereka untuk menetap di Selandia Baru. Generasi selanjutnya lahir dan besar di negeri Kiwi dan sebagian besarnya menjadi pemimpin komunitas.

Kini, komunitas Muslim di Selandia Baru kian berkembang. Menurut presiden Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru, Tahir Nawaz, saat ini minoritas Muslim di negara itu mencapai hampir 60 ribu orang. Menurutnya, perubahan bertahap dalam kebijakan pemerintah terkait imigrasi dan pengungsi memberikan peluang terhadap imigrasi tambahan bagi kaum Muslim di sana. Hal itu terutama melalui Program Kuota Pengungsi pada 1987.

Shepard mencatat bahwa warga Fiji-India, para pekerja kerah putih dan profesional, serta para mahasiswa internasional yang belajar di universitas-universitas di Selandia Baru di bawah rencana Kolombo, telah mendorong meningkatkan jumlah Muslim di negara itu menjadi 2.500 pada 1986.

Catatan sensus 2013 menunjukkan ada sekitar 46 ribu Muslim di negara ini. Sekitar 75 persen tinggal di Auckland dan 25 persen lahir di Selandia Baru. Statistik selanjutnya serupa dengan catatan pada 1986, di mana 26 persen dari mereka lahir di Selandia Baru.

Saat ini, sekitar setengah dari populasi Muslim di Selandia Baru adalah perempuan. Angka perempuan Muslim mencerminkan peningkatan yang stabil sejak awal abad ke-20, ketika kala itu hampir tidak ada kehadiran perempuan.

Dari jumlah total dalam sensus 2013, 21 persen Muslim dilahirkan di negara di Kepulauan Pasifik tersebut dan 26,9 persen lahir di Asia. Sementara hanya 23,3 persen yang lahir di Timur Tengah dan Afrika. (republika)

Tidak ada komentar: