4 Mazhab: Wajibnya wanita muda memakai cadar dihadapan lelaki bukan mahramnya


Di zaman merebaknya orang-orang fasik / ahli maksiat diberbagai negeri, maka para Ulama' empat madzhab menyepakati akan Wajibnya Wanita Muda Memakai Cadar dihadapan Lelaki Nonmahram

1.. Dalam madzhab Hanafi, menilai wajah wanita muda adalah fitnah (meskipun tidak dinilai aurat), dan tetap mewajibkan bercadar (jikalau telah merebak orang-orang suka bermaksiat dimana-mana)

Al-Allamah Ibnu Najim Rahimahullah berkata:

قال مشايخنا: تمنع المرأة الشابة من كشف وجهها بين الرجال في زماننا للفتنة
“Para ulama madzhab kami berkata bahwa terlarang bagi wanita muda untuk menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki di zaman kita ini, karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah” (Al Bahr Ar Raaiq, 284)

Dalam kitab Majma'ul Anhar (jilid 1/ hal 81), menyebutkan:

(وفي المنتقى: تمنع الشابة عن كشف وجهها لئلا يؤدي إلى الفتنة، وفي زماننا المنع واجب، بل فرض لغلبة الفساد. 
"Dan didalam Al-muntaqa: "wanita muda dilarang menyingkap wajahnya, agar tidak menyebabkan fitnah (kepada lelaki ajnabi), dan dizaman kami wajib dilarang, bahkan fardhu karena banyaknya kerusakan (perilaku manusia)."

2. Dalam madzhab Maliki, wanita muda wajib bercadar

Dalam "Al-Fawakihud Dawani" (jilid 8/ hal 73), Li Ahmad bin Ghonim An-Nafrowi al-Maliki menyebutkan:

وَأَقُولُ: ” الَّذِي يَقْتَضِيه الشَّرْعُ وُجُوبَ سَتْرِهَا وَجْهَهَا فِي هَذَا الزَّمَانِ.
"Saya katakan: Yang diwajibkan oleh hukum Syariah adalah wanita wajib menutupi wajahnya (dihadapan lelaki ajnabi) pada zaman ini."

Ibnul Qaththan al-Maliki Rahimahullah menyebutkan dalam Ahkamun Nadhor (hal. 493):

وإنما يُمنعْنَ من التبَرُّجِ والتكشُّفِ (الوجه) والتطيُّبِ للخُروجِ، والتزَيُّنِ
"Sesungguhnya yang dilarang bagi wanita adalah bersolek, membuka wajahnya, memakai minyak wangi semerbak, berhias saat keluar rumah."

3. Dikalangan Syafi'iyyah, pendapat yang masyhur terkait wanita muda wajib bercadar.

Ibnu Ruslan Ar-Romli, yang di beri laqob Asyafi'i Ash-shoghir menerangkan:

"اتفاق المسلمين على منع النساء أن يخرجن سافرات الوجوه لا سيما عند كثرة الفساق"
"Kaum muslimin sepakat atas dilarangnya wanita keluar bebergian dalam terbuka wajahnya, terlebih lagi disaat banyaknya orang-orang fasiq.

Diantara ulama' Syafi'iyah terdahulu, seperti imam Asy-syarbini Asy-Syafi'i menerangkan:

"يكره أن يصلي في ثوب فيه صورة، وأن يصلي الرجل متلثما والمرأة منتقبة إلا أن تكون في مكان، وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر إليها فلا يجوز لها رفع النقاب"
"Dimakruhkan seseorang shalat dengan pakaian yang ada gambarnya, dan laki-laki shalat dengan bertalatsum yang menutupi muka/mulutnya serta dimakruhkan juga untuk perempuan yang shalat dengan memakai niqob/ cadar, kecuali jikalau ia berada di suatu tempat yang terbuka, dan ada orang asing (nonmahram) yang tidak menjaga diri dari pandangannya, maka tidak boleh bagi wanita tersebut membuka cadarnya." (Al-Iqna' fi halli Alfadzi Abi Syuja' (jilid 1/ hal 453)).

4. Dikalangan Hanabilah, aurat wanita adalah seluruh tubuhnya, termasuk wajah, telapak tangan hingga kuku-kukunya 

Dalam fatwa Islamweb (post. 19 Dzulhijjah 1424), disebutkan:

فتغطية الوجه واجبة أفتى بذلك الأمام أحمد بن حنبل
"Menutupi wajah bagi wanita adalah wajib, ini yang difatwakan oleh imam Ahmad bin Hambal."

Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah mengatakan:

«كل شيء منها ــأي من المرأة الحرةــ عورة حتى الظفر»
"segala sesuatu dari fisik wanita merdeka adalah aurat sampai kuku-kukunya." (Zadul Masir fi ilmit Tafsir (jilid 6/ hal 31), Li ibnil jauzi).

Kesimpulannya:

Disebutkan dalam Fatawa Islamweb (post. 4 Muharram 1437 H):

وعلى هذا يمكن أن يقال إن فقهاء المذاهب الأربعة متفقون على وجوب ستر وجه المرأة عند خوف الفتنة وفساد الزمن.
"Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa para ahli fikih dari empat mazhab sepakat tentang wajibnya menutup wajah perempuan ketika ada rasa hawatir akan godaan fitnah dan kerusakan (perilaku) manusia di suatu zaman."

Referensi:
- Al-Bahr Ar-Ra'iq, Ibnu Najim Al-Hanafi
- Maj'ma'ul Anhar, Abdurrahman bin Muhammad Al-Hanafi

Oleh: Lilik Ibadurrahman, MPd

Tidak ada komentar: