Infaq ke mesin dakwah, pelajaran dari masjid Sejuta Pemuda

Pada tulisan ini saya sematkan performa IG Masjid Sejuta Pemuda. Sebuah IG Masjid yang berulang kali mendulang reach jutaan views. Bukan sekali dua kali, namun berkali-kali. Bahkan ada satu reels yang mau tembus tiga puluh juta views, sepertiga user IG nasional.

Apa dampak dari besarnya jangkauan media masjid? Ya sudah jelas berdampak pada derasnya daya dukung ke Masjid Sejuta Pemuda.

Lancarnya dukungan sumber daya pada Masjid, akhirnya memudahkan masjid membebaskan lahan, membangun asset wakaf untuk pendidikan, hingga mendanai operasional pelayanan dakwah masjid. Semua adalah dampak maslahat dari media yang apik.

Pertanyaannya adalah, bagaimana Masjid Sejuta Pemuda memulai ini semua? Apa yang menjadi pondasi berfikir Ustadz Anggy sebagai pengasuh masjid?

Tulisan ini akan menjawab hal tersebut. Semoga.

***

Sekitar setengah tahun yang lalu Ustadz Anggy mengundang saya ke Sukabumi, pertemuan tersebut bergerak lebih dalam menjadi program pendampingan masjid secara profesional.

Saya sebenarnya cukup kaget, karena Ustadz Anggy dan kawan-kawan menjalankan Masjid Sejuta Pemuda disaat belum ada masjidnya sama sekali. Hanya brand gerakan saja, "Masjid Sejuta Pemuda". Masjid beserta lahan yang dedicated wakaf belum ada.

Namun yang harus kita GARIS BAWAHI, walau Masjid Sejuta Pemuda (MSP) belum memiliki lahan dan masjid, tetapi mereka telah memiliki tim yang dedicated, MSP sudah memiliki organisasi yang bergerak day by day menjalankan gerakan.

Gamblangnya begini ; Ustadz Anggy sudah meng-ujroh tim nya dengan uang hasil usaha beliau sendiri, beliau niatkan infaq untuk para penggerak, beliau infaq ke mesin dakwah, untuk selanjutnya mesin ini yang akan menghadirkan kebaikan selanjutnya.

Ada belasan tim yang dedicated menjalankan roda gerak MSP secara sosial dakwah, setidaknya dua puluhan juta seorang Anggy harus memback up operasional SDM, dan raihan infaq saat itu di arahkan penuh ke pelayanan, bahkan angka raihannya hanya belasan juta saat saya datang mendampingi.

Seiring waktu, inilah keberkahan mesin dakwah yang sehat, inilah barokah dari cara berfikir dakwah yang fit. Gagasan-gagasan pertumbuhan bisa sangat cepat dieksekusi oleh Ustadz Anggy dan tim nya, gak sekedar ngawang-ngawang, tetapi langsung diterapkan.

Sepekan setelah temu pendampingan pertama, MSP dapat rizky akuisisi lahan beserta masjid yang sudah terbangun. Terapan eksekusi pertama saat itu adalah produksi konten media setiap hari, di multiplatform yang ada. Baik IG, tiktok, FB, dan kanal sosmed lainnya.

Bikin konten setiap hari, itu berarti kerja membangun sudut pijakan konten (angle) setiap hari. Itu berarti memproduksi pengambilan gambar setiap hari. Itu berarti mengedit setiap hari. Lalu juga mempost dengan disiplin setiap hari.

Sekali lagi ya.. setiap hari... sebegitu kompleks pekerjaan yang ada. Pertanyaannya, sanggupkah kerja sedetail ini jika pakai komsep kerelawanan? Andai kata sanggup, kuat berapa hari?

Relawan tidak diupah, konsepnya khidmat tanpa imbal hasil. Maka relawan yang berusia produktif pasti harus memgerjakan hal lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maka pasti gak akan bisa fokus penuh pada aktivitas sosial dakwah.

Alhamdulillah gaya berfikir ustadz Anggy pada dakwah juga searah. Beliau juga gak mau kalo dakwah ini dikerjakan sekenanya. Maka beliau pastikan mesin dakwahnya sehat dulu.

Atas ijin Allah, atas pertolongan Allah, kerja konsisten dalam beberapa pekan mendapatkan momentumnya, ketika reels "anak muda ngopi" menyentuh ratusan ribu, jutaan views, hingga puncaknya reels "ngasih bantal" memiral puluhan juta views.

Maka resep viral itu bukan sekali tembak konten langsung viral. Yang bikin konten juga gak bisa pastikan, yang mana viral dan yang mana yang nggak. Tapi kuncinya adalah : BIKIN KONTEN nya tiap hari. Momentum viralnya mau kapan, ya suka-suka Allah saja.

***

Ustadz Anggy Infaq ke mesin dakwah dua puluh jutaan setiap bulannya, tapi dampak kebaikannya jadi ratusan juta per bulan per hari ini. Daya ungkit infaq ke mesin dakwah ini puluhan kali lipat.

Dua puluh juta tersebut menjadi back up bagi belasan anak muda sholih untuk TIDAK perlu memikirkan hal lain, TIDAK perlu mengerjakan hal lain, FOKUS ngurus masjid saja, pelayanan, bikin konten, pastikan ter eksekusi.

Hasilnya? Ratusan juta bahkan sebentar lagi miliaran arus dukungan dakwah mengalir ke MSP. InsyaAllah. Menuju kesana data statistik nya.

Lihat MSP hari ini, dalam kurun waktu sebulan, Ustadz Anggy langsung membangun berbagai sayap aktivitas MSP. Mulai dari event, divisi endorsement, kerjasama dengan corporate. Event marbot camp nya saja penuh. Antrian brand untuk support saja mengular.

Kuncinya apa? Kuncinya adalah MESIN DAKWAH yang sehat.

Gimana mesin agar sehat? Bensinnya cukup, olinya rutin diganti, mesinnya berkualitas. Sederhana aja konsepnya.

Maka inilah proyek musuh-musuh Allah, inilah proyek dari ghazwul fikri, dimana ummat dihembus-hembus agar MEMBENCI mesin dakwah, MEMBENCI support pada mesin dakwah.

Kalo infaq ke anak yatim, OK.
Tapi infaq ke penggerak yang bawa bantuan ke anak yatim, tetiba ummat murka.

Kalo infaq ke dhuafa, OK.
Tetapi infaq ke sahabat kita yang hari-hari ngurus dhuafa, tetiba kita julid, hasad, jengkel.

Kalo infaq ke santri penghafal Quran, OK.
Tetapi begitu infaqnya ke guru ngajinya, ke para ustadznya, tetiba kita jadi sentimen bahkan kritis berlebihan.

Inilah was was syaithon yang berhembus di tubuh ummat hari ini. Inilah misi dari segolongan mereka yang gak mau dakwah maju : "Mari hancurkan mesinnya".

***

Antipati ummat ini pada isu pengupahan penggerak dakwah ini, memang menjadi salah satu penghambat dakwah dimana-mana. Mengapa saya mau menemani MSP, ya karena Ustadz Anggy berkenan menggaji timnya secara layak. Ada tim yang dedicated bekerja.

Ide hanya akan menjadi angan-angan ketika gak bisa tereksekusi. Maka pendampingan puluhan pertemuan hanya akan jadi "zonk", jika tidak ada back up eksekusi yang baik.

Kepada Ustadz Taqy Malik pun saya demikian, saya mau bantu kasih arahan dan saran, selama Masjid Malikal Mulki mengubah konsep kerelawanan menjadi konsep Santri Peneriman Amanah (SPA). Tanpa tim yang solid, gak akan jalan pelayanan ribuan jamaah yang rutin dapat makan dan bensin setiap pekan.

Dakwah ini bukan pekerjaan sabtu-ahad. Dakwah ini bukan pekerjaan ekstrakulikuler. Dakwah ini pekerjaan day by day, pekerjaan detail yang membutuhkan FOKUS, membutuhakn ENERGI, membutuhkan WAKTU penuh untuk dikerjakan.

Dari tulisan sederhana ini, saya mengajak para entrepreneur Pengusaha Muslim, untuk mencontoh langkah Ustadz Anggy. Jika ingin membangun dakwah berkelanjutan dan berdampak besar, uang Anda jangan habiskan ke beli lahan dulu, jangan ke bangun masjid dulu, tapi BANGUN manusianya dulu, bangun timnya dulu, bangun mesinnya dulu. Berinfaqlah pada penggeraknya dulu. Pilih SDM yang baik, lalu rawat, tumbuhkan.

Lahan ada, masjid ada, bangunan ada, kalo manusianya gak ada? Kalo leadernya gak ada? Kalo yang memanage gak ada? Kalo yang mengeksekusi pelayanannya gak ada? Maka akan patah juga. Bangunan akan menjadi bangunan hampa tanpa ruh.

Masjidnya bisa jadi megah, tapi gak kerasa kasih sayangnya. Jamaahnya kering  tanpa saling menyapa, hati jamaah dingin sedingin marmernya. Tak ada berbagi makanan, tak ada berbagi bensin, tak ada saling sayang. Karena mesin pelayanannya gak ada.

Beton tidak bisa menyapa, semen tidak bisa bergerak fund raising, marmer tidak bisa bernarasi. Yang bisa bergerak adalah MANUSIA. Maka pastikan manusianya hidup, pastikan manusianya survive, pastikan manusia nya GROW.

Perlu hadir isu baru untuk menyongsong ledakkan pergerakan dakwah di negeri ini. Isu tentang "INFAQ PADA MESIN DAKWAH".

Mari gelorakan bersama, mari perhatikan para penggerak dakwah, mari support, mari tumpahkan energi pada mereka.

Biarlah mesin dakwah yang sehat, mengerjakan sisa pekerjaan besar berikutnya.

MasyaAllah Tabarakallah,

Tidak ada komentar: