Pendirian dan menyikapi perbedaan

Setiap orang punya pendirian dalam suatu permasalahan, tentunya pendirian yang kokoh itu adalah yang berlandaskan ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar ikut-ikutan.

Orang besar adalah mereka yang jelas pendiriannya bukan yang terbang diterpa badai celaan dan hancur dilamun ombak hawa nafsu, berpegang teguh dengan keyakinannya.

Betapapun kita yakin dengan pendirian kita tetaplah ada yang menganggapnya salah, oleh karena itu hendaklah kita memiliki prinsip yang tepat dalam menyikapi siapa saja yang berseberangan dengan pendirian kita.

Buya Hamka menjelaskan mengenai hal ini : dalam memilih suatu pendirian, kita tidak perlu takut akan dibenci orang. Sebab hal itu adalah pandangan dan pembelajaran kita. Kitapun bersedia mengubahnya jika ada alasan yang kuat untuk membantah pendirian kita. Jika telah berani menentukan pendirian mengapa kita tidak berani mengubah pendirian jika ternyata salah, bukankah yang menjadi pokok segala pendirian adalah menuntut kebenaran?

(Hamka/Pribadi hebat:30)

Perbedaan pendapat dan pemahaman sudah pasti terjadi, dalam berbangsa sebuah komunitas berbeda ideologi dari komunitas lain, dalam komunitaspun akan ada perbedaan karna rambut boleh sama hitam tapi pola pikir belum tentu sama.

Dari ideologi, pemahaman dan pola pikir inilah muncul pendirian. Sebab itu seseorang bertahan dengan pendiriannya karna pemahaman itu telah diserap hatinya.

Lalu bagaimana cara kita menyikapi perbedaan?

Hendaklah kita mendengarkan masukan dari orang yang menyalahkan dengan baik, jika itu kita pahami benar maka kitapun menerimanya, kalau tidak tetaplah pada pendirian awal, menolak dengan senyuman persahabatan.

Dalam menyampaikan kesalahan orang yang berbeda dengan kita hendaklah santun dan lemah lembut, niatnya membenarkan kesalahan bukan merendahkan, apalagi untuk mencela.
Pendirian dan menyikapi perbedaan

Lihatlah cara Syaikh Albani-rahimahullah- dalam menanggapi Ibn Hazm -rahimahullah- tentang halal haramnya musik, lihat pula bagaimana Buya Hamka -rahimahullah- menyikapi kesalahan Pak Soekarno -rahimahullah- tentang berubahnya jalur pemahamannya. Adakah kata sayyi' keluar dari lisan dan ujung pena mereka? Disinilah terlihat mana yang ingin menyampaikan kebanaran dari yang tidak.

Pendirian bisa berubah kapanpun dan dimanapun, sesuai situasi dan kondisi. Maka beruntunglah mereka yang berdiri kokoh pada pendirian yang benar, sedangkan kebenaran tidak akan diketahui secara pasti kecuali pada hari berbangkit.

Berpegang teguhlah dengan pendirianmu, yakini ia hingga mengalir dalam darahmu, berhembus dengan nafasmu.

Agama dan aqidah harus berlandaskan ilmu dan keyakinan agar kau berpendirian kuat hingga ajal menyapa, tanpa ilmu dan yakin kau berada dijurang kehancuran. Diombang-ambing lajunya peradaban, ditabrak fitnah kejahilan dan nafsu keduniaan.

Tentunya setiap orang secara naluri akan mengajak kepada kebanaran yang ia yakini, melarang dari keburukan yang ia ketahui. Inilah yang disebut amar ma'ruf nahi munkar dalam islam.

Oleh karena itu sampaikanlah kebenaran yang kau yakini dengan santun, sabar, lemah lembut dan siap dikritik, dikoreksi, dibantah serta disalahkan.

(Rail/Alam takambang jadi guru:...)

Tidak ada komentar: