Seseorang bertanya kepada Ibrāhīm bin Adham - rahmatullāhi 'alaihi -, "Wahai Abū Ishāq, mengapa hati seseorang itu bisa terhalang dari Allāh 'azza wa jalla..?"
Maka, Ibrāhim bin Adham pun menjawab:
Maka, Ibrāhim bin Adham pun menjawab:
« لِأَنَّهَا أَحَبَّتْ مَا أَبْغَضَ اللَّهُ، أَحَبَّتِ الدَّنْيَا وَمَالَتْ إِلَى دَارِ الْغُرُورِ، وَاللَّهْوِ، وَاللَّعِبِ، فَتَرَكَتِ الْعَمَلَ لِدَارٍ فِيهَا حَيَاةُ الْأَبَدِ، فِي نَعِيمٍ لَا يَزُولُ وَلَا يَنْفُذُ، خَالِدٍ مُخَلَّدٍ، فِي مِلْكٍ سَرْمَدٍ لَا نِهَايةَ لَهُ، وَلَا انْقِطَاعَ »
"Karena hatinya lebih menyukai apa yang Allāh benci, hatinya mencintai dunia dan condong kepada negeri yang menipu, sia-sia, dan hanya permainan belaka, lalu meninggalkan amalan untuk negeri dimana ia akan hidup kekal didalamnya, di dalam keni'matan yang tak akan pernah hilang dan tak kan pernah sirna, kekal selama-lamanya, dalam kepemilikan yang terus menerus, yang tidak akan ada akhirnya, dan tidak akan terputus"
[Az-Zuhd wa ar-Raqā-iq karya al-Khathīb al-Baghdādī, hal. 55, no. 4]
______
Dari FB Ustadz Abu Muhammad Budi Suryanto hafidzahullah
[Az-Zuhd wa ar-Raqā-iq karya al-Khathīb al-Baghdādī, hal. 55, no. 4]
______
Dari FB Ustadz Abu Muhammad Budi Suryanto hafidzahullah
Tidak ada komentar: