Maafkanlah, kau akan bahagia!

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan tentu kita semua tanpa terkecuali melakukan kesalahan, terkadang membuat hati orang lain terluka dan tersakiti, baik disengaja ataupun tidak disadari.

Sebuah ungkapan indah yang terucap dari seorang Ustadz -hafizhahullah- diakhir daurah untuk para dai Sumbar di Baso pada rabu 25-07-2018 kemaren adalah "lebih baik salah memberikan maaf daripada salah dalam menyalahkan"

Jika ada perbuatan salah dari saudara kita, harusnya kita minta penjelasan dan tidak langsung memvonis, apalagi menjauhi dan memburuk-burukannya, coba kita yang berada di posisinya, apakah kita rela diperlakukan seperti itu? Kita disebut begini dan begitu, padahal itu hanyalah tuduhan tanpa bukti dan isu panas belaka.

Maafkanlah, kau akan bahagia!

Mungkin kita merasa saat memaafkan, harga diri kita menjadi rendah. Lihatlah hadist berikut ”tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan” (Hr. Muslim)

"Kadangkala kita begitu berat untuk memaafkan orang karena kesan perbuatannya masih berparut di sudut hati kita. Namun jadilah kita seorang pemaaf sebab itu yang Allah telah ajarkan kepada Rasulullah ﷺ." (Dr. Rozaimi)

Rasanya tidak pantas kita saling membenci dan bermusuhan karna “Orang-orang beriman itu bersaudara, sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu.” (QS. al-Hujurat: 10)

Apalagi menjauhi atau tidak saling sapa, sebab ”Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” (Hr. Bukhari dan Muslim).

Perbuatan diatas berpengaruh untuk kebaikan dunia pelakunya, begitu pula di akhiratnya.

Rasulullah –Shallallahu alaihi wasallam- menyatakan “Pintu-pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis. Lalu diampuni seluruh hamba yang tidak berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan: Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai, tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai, tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai” (H. Ahmad dan Muslim).

Bahkan dinyatakan “Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi” (Hr. Bukhari dan Muslim).

Orang yang membatasi hubungannya dengan saudarnya sesama muslim akan sempit rezekinya, sebab “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahim” (Hr. Bukhari dan Muslim).

Bagaimana tidak, sebagai makhluk sosial kita saling membutuhkan satu sama lain, kalaulah hubungan kita retak bahkan roboh dengan satu orang saja, maka satu pintu rezeki sudah tertutup karnanya.

Memaafkan adalah perbuatan baik lagi terpuji, ia bermanfaat untuk pemberi maaf karna kesempitan dada akan hilang saat pintu maaf terbuka. Bermanfaat untuk yang diberi maaf, karna jiwanya menjadi tenang setelah maaf itu memasuki dada pemberi maaf.

Dan disisi Allah taala keduanya akan mendapatkan balasan sesuai kadar keikhlasan masing-masing dalam meminta dan memberi maaf.

Kalaulah kita sadar betapa pentingnya meminta dan memberi maaf, tentulah tidak akan kita biarkan hati ini disusupi rasa benci dan permusuhan, orang yang suka memberi maaf hidupnya akan tenang dan bahagia.

(Rail / Alam takambang jadi guru : ....)

Tidak ada komentar: