Jasad Manusia, Berhati Setan

Jasad Manusia, Berhati Setan

Dari Abu Sallam, ia berkata, Khudzaefah bin al-Yaman _radhiyallahu 'anhu_ mengatakan (kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), “Wahai Rasulullah !, kami dahulu berada dalam keburukan, lalu Allah 'Azza wa Jalla mendatangkan kebaikan, maka kami pun berada dalam kebaikan tersebut, apakah dibelakang kebaikan ini terdapat keburukan ?

“Ya”, jawab Beliau shallallahu 'alaihi wasallam . Aku kembali bertanya, apakah dibelakang keburukan itu terdapat kebaikan ? “Ya”, jawab Beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Aku bertanya lagi, ‘lalu, apakah dibelakang kebaikan tersebut terdapat keburukan ? “Ya”, jawab beliau. Aku bertanya lagi, ‘Bagaimana yang demikian itu’ ? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :

يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي ، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ.
Akan ada sepeningalku nanti, para pemimpin yang tidak mengamalkan petunjuk dan sunnahku. Dan di antara mereka ada orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada di dalam jasad manusia.

Khudzaefah radhiyallahu 'anhu berkata, aku katakan kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, Wahai Rasulullah !, jika aku mendapati hal tersebut, apa yang hendaknya aku perbuat ?

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :

تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ ، وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
Engkau mendengar dan taat terhadap pemimpin tersebut, meski punggungmu dipukul dan hartamu dirampas. Maka, dengarlah dan taatlah ! (HR. Muslim)

2 Pelajaran :

1. Wajibnya setiap diri untuk mewaspadai dirinya dari pengaruh dan penguasaan setan terhadap hatinya, karena jika setan telah berhasil mengusai hati seseorang niscaya yang akan muncul dari pikiran dan tindakannya hanyalah keburukan.

2. Selayaknya, setiap muslim mendoakan kebaikan untuk para pemimpin atau penguasa dan agar mereka terlindungi dari segala bentuk keburukan, termasuk keburukan godaan setan, sehingga setan tidak menguasai hati-hati mereka. Sehingga, kebaikanlah yang akan didapatkan.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan : Andai aku mempunyai do'a yang mustajab, niscaya tak aku panjatkan melainkan untuk para penguasa.

Dikatakan kepada beliau, ’Wahai Abu Ali jelaskan kepada kami hal ini, mengapa demikian ! Ia mengatakan : … dan bila aku panjatkan doa tersebut untuk penguasa, niscaya ia menjadi baik, sehingga akan menjadi baik pula masyarakat dan negeri dimana mereka tinggal (Syarh as-Sunnah, al-Barbahaariy, hal. 117)
--------

Al-Sofwa Channel
Konsultasi Islam & Keluarga(021-7817575)
W.A Dakwah Al-Sofwa +62 81 3336333 82

Tidak ada komentar: