Jangan Dikira Penyesatan di UIN, IAIN, STAIN dll Itu Hanya Kebetulan

Penyesatan di UIN, IAIN, STAIN

Jangan Dikira Penyesatan di UIN, IAIN, STAIN dll 
[Perguruan Tinggi Islam di Indonesia] Itu Hanya Kebetulan.

SEPILIS

Ketika ditampilkan judul berseri 1-9: 32 Tokoh Nyeleneh di UIN, IAIN dan Lainnya (2/9), Ada yang komen di medsos: Abu Aflah: Sdh tau aneh sejak dulu, (tapi) tdk dimusnahkan ya?

Dijawab:

Sudah diingatkan langsung oleh pakarnya yakni Prof HM Rasjidi mantan menteri agama pertama RI sejak terdeteksinya penyesatan oleh Harun Nasution sejak 1975-an untuk perguruan tinggi Islam se-Indonesia.

Departemen Agama (kini Kementerian Agama) disurati oleh mantan Menag Prof HM Rasjidi, dijelaskan bahayanya ajaran Harun Nasution (di IAIN Jakarta) lewat buku2 Harun Nasution yang diajarkan di IAIN dsb. Namun protes Prof Rasjidi itu dibiarkan saja oleh Depag, padahal yang memprotes langsung itu (Prof HM Rasjidi) adalah mantan menteri agama pertama di Indonesia.

Akhirnya Prof HM Rasjidi hanya mampu menerbitkan buku bantahan terhadap Harun Nasution. Padahal Harun Nasution itu dulunya minta tolong ke Prof HM Rasjidi untuk dimasukkan ke Universitas McGill Canada, karena Prof Rasjidi guru besar di sana. (Itu menurut penuturan HM Rasjidi di berbagai kesempatan).

Setelah Harun Nasution dimasukkan ke Universitas di Canada tersebut, ternyata hasilnya justru merusak Islam, padahal harapan Prof Rasjidi, agar Harun Nasution mampu menangkis penyelewengan2 orientalis, eh malah jadi antek orientalis, dan bahkan kemudian mengubah kurikulum perguruan tinggi Islam se-Indonesia, 1985, dari Ahlussunnah diubah jadi aliran sesat Mu’tazilah. Alasannya, karena Mu’tazilah itu rasional. Sedang Ahlussunnah itu masih percaya taqdir, jadi tidak akan maju. [Itu pengakuan Harun Nasution, ketika saya (Hartono Ahmad Jaiz) wawancarai sebelum tahun 1990-an.]

(Sekadar info, ketika saya ke Brunei Darussalam tahun 1993, ada da’I dan juga beberapa dosen yang bertugas mengajar di sana dari Indonesia, di antara mereka menceritakan, bahwa Harun Nasution ditolak oleh Brunei Darussalam karena sudah diketahui keadaan dia soal pemikirannya).

Jadi penyesatan dan penjerumusan lewat perguruan tinggi Islam se-Indonesia itu bukan sekadar kebetulan terjadi, tetapi memang benar2 dirancang dan dibiayai.

Bahkan banyak tenaga dosen IAIN/ UIN/ STAIN yang dikirim ke negeri-negeri Barat untuk belajar apa yang disebut studi Islam. 

Lha belajar Islam kok ke negeri2 kafir (?).

Dan di antaranya ada yang jadi murid langsung orang murtad yang murtadnya resmi atas vonis Mahkamah Agung Mesir 1996, yakni Nasr Hamid Abu Zayd karena menganggap Al-Qur’an itu adalah produk budaya muntaj tsaqafi.

Dedengkot pengusung metode hermeunetik (metode Yunani diadopsi Yahudi dan Nasrani untuk mempelajari Bible) Nasr hamid Abu Zayd itu setelah divonis murtad, maka dia minggat ke negeri Belanda justru jadi guru besar Ulumul Qur’an, dan di antara muridnya adalah dosen dari IAIN/ UIN Jogja Namanya Nur Kholis Setiawan.

Apa karena dia murid langsung dari tokoh yang murtadnya murni itu, hingga Nur Kholis Setiawan sampai menjabat jabatan sangat aneh di negeri ini, yaitu rangkap jabatan: Sekjen tapi sekaligus Irjen Kementerian Agama RI di saat Menteri agamanya Lukman Hakim Saifuddin, presidennya adalah Joko Widodo.

(Di antara pengaruhnya, kini sedang heboh disertasi di UIN Jogja, yang akan disinggung di sini pada akhir tulisan ini).

Kisah tokoh murtad murni itu dapat kita simak di sini: https://www.nahimunkar.org/nasr-hamid-abu-zayd-meninggal/

Dengan kenyataan seperti itu, apakah kita masih mau mengira bahwa munculnya kesesatan2 dari perguruan tinggi Islam se-Indonesia di bawah Kemenag itu hanya kebetulan belaka?

Makanya tidak mengherankan, bila ada yang begini:

Kementerian Agama Diduga Lancarkan Pemurtadan Lewat Perguruan Tinggi Islam

(Contoh Nyata, 14 Mahasiswa UIN Jogja Ikuti Misa Natal 2015 di Gereja Solo)

Kasus 14 Mahasiswa UIN Jogja (di antaranya sembilan mahasiswi berjilbab), mengikuti ibadah natal 2015 di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan Solo (Surakarta) Jawa Tengah, adalah salah satu bukti nyata makin dilancarkannya pemurtadan lewat pendidikan tinggi Islam oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Mahasiswa perguruan tinggi Islam negeri dari Jogja sampai menempuh jarak 63 KM dengan dua mobil, untuk mengikuti ibadah orang kafir dan mengaguminya, serta boleh dibilang bangga hingga ngoceh ke media, itu adalah merupakan keberhasilan pendangkalan aqidah dari pihak Kemenag dan UIN dalam menggarap mahasiswa dengan mempercayakan pendeta Gereja Margoyudan Solo itu untuk memurtadkan mereka, hingga sanggup mengikuti ibadah natal bersama orang nasrani di Gereja Margoyudan Solo. 

Masih pula sang dosen yang menggiring mereka itu, yang juga pendeta di gereja yang dihadiri ini memperkenalkan mereka kepada jemaat nasrani yang sedang ibadah natal dalam gereja, karena para mahasiswa itu juga bergabung di dalam barisan jemaat nasrani yang sedang merayakan hari kelahiran apa yang mereka sebut Tuhan mereka.

Bagaimana tidak dhalimnya, lha wong pendeta gereja kok dipercaya untuk mengajar di UIN dalam materi mata kuliah teks suci Al-Quran dan kitab agama lain.

Pendeta itupun hasil didikan s3 di UIN Joga itu sendiri. Sehingga dapat dibayangkan, pendeta itu tentu mampu menjajagi kemampuan mahasiswa yang akan digiring untuk mengikuti ajarannya. Semakin sukses penggiringannya, maka berarti makin sukses misinya, sekaligus akan mendapatkan nilai prestasi tinggi dari pihak yang menugaskannya, yakni UIN yang jalurnya adalah Kemenag.

Berarti sama dengan menyelenggarakan gerilya pemurtadan pakai jalur resmi sistematis, sedang Al-Qur’an dijadikan kedok kajian. Kemudian ketika mereka para mahasiswa itu telah tergiring ikut misa natal ke gereja, maka tinggal dikatakan, bahwa itu adalah kemauan mereka sendiri, sebagaimana diberitakan oleh orang gereja begini:

“Kedatangan mereka ke sini atas keinginan sendiri. Mereka mahasiswa Pendeta pak Wahyu Nugroho di UIN. Beliau mengajar di sana. Beliau juga menyelesaikan kuliah S3 di sana,” kata Sekretaris umum GKJ Margoyudan, Winantyo saat dikutip hatree.co usai misa Natal, Jumat (25/12) siang.

Menurut Winantyo, pada waktu mengikuti ibadah itu, para mahasiswa berbaur dengan ribuan jemaat lainnya. Mereka juga menempati deretan bangku kelima dari depan yang terletak dekat dari mimbar. Terdapat sembilan mahasiswi mengenakan hijab dan enam lainnya adalah mahasiswa.

“Mereka mintanya berbaur dengan jemaat kami. Makanya kami tempatkan di tengah-tengah. Sambutan hangat dari jemaat membuat mereka nyaman,” ujar Winantyo./ hatree.co/

Itulah bentuk kongkalikong UIN- Kemenag- dan Gereja.

Kemenag tampaknya menjadi kordinator pemurtadan di Indonesia.
Ini buktinya.

Kalau beberapa tahun lalu gerilya pemurtadan secara resmi itu di antaranya menggunakan tenaga murtad tingkat internasional dari luar negeri, maka akhir-akhir ini tampaknya dengan menggunakan tenaga orang kafir dari dalam negeri. Yang ketahuan dan terberitakan adalah kasus misa natal di gereja Margoyudan Solo yang “menghadirkan” 14 mahasiswa UIN Jogja hasil binaan (“pemurtadan”) pendeta gereja Margoyudan ini yang sengaja dipercaya oleh UIN_Kemenag untuk menggarap para mahasiswa.

Kemenag pernah mempercayakan pemurtadan kepada orang murtad, Dr Nasr Hamid Abu Zayd.

Dulu tahun 2007, Depag (kini Kemenag/ kementerian agma) mengundang pentolan murtad (yang murtadnya resmi atas keputusan Mahkamah Agung Mesir 1996), yaitu Dr Nasr Hamid Abu Zayd yg menganggap Al-Qur’an itu produk budaya (muntaj tsaqafi), dan dia pengusung metode hermeneutik (metode dari Yunani diadopsi yahudi dan nasrani untuk meneliti kemurnian bible, lalu diadopsi orang yg mengaku Islam, lalu diajarkan juga di UIN IAIN dsb untuk mengacak-acak pemahaman isi Al-Qur’an).

Nasr Hamid Abu Zayd si murtad itu diundang Depag ke Riau 2007 untuk menatar dosen2 IAIN UIN STAIN se-Indonesia (konon sekitar160 doktor) untuk meningkatkan apa yg disebut pendidikan Islam. Lhah, orang murtad diundang untuk menatar dosen-dosen perguruan tinggi Islam se-Indonesia, tentu saja artinya adalah untuk meningkatkan pemurtadan terhadap para mahasiswa perguruan tinggi Islam se-Indonesia.

Qadarullah, saat itu berita akan diadakan penataran dengan mengundang pentolan murtad dari Mesir yang sudah minggat ke Belanda yakni Dr Nasr Hamid Abu Zayd itu terdengar oleh Umat Islam, maka ditolaklah oleh MUI Riau dan para tokoh Islam. 

Akibatnya, walau sudah hadir itu si murtad yang diundang, namun Depag (Kemenag) karena ketahuan umat Islam dan ada reaksi keras penolakan itu maka Depag (Kemenag) membatalkannya, hingga si murtad itu tidak jadi menatar para dosen IAIN UIN STAIN se-Indonesia di Riau, walau sudah ada di kota itu.

Kemudian si murtad itu juga dijadwalkan untuk bicara di Surabaya dan Malang, tetapi ditolak pula oleh Umat Islam, maka lagi-lagi Depag (Kemenag) tidak berani meneruskannya, hingga membatalkannya pula. dan akhirnya si murtad itu pulang sebelum sempat menularkan langsung ilmu kemurtadannya yang diminta oleh Depag (kini Kemenag) untuk ditularkan kepada para dosen perguruan tinggi Islam negeri se-Indonesia itu.

lihat link ini https://www.nahimunkar.org/kementerian-agama-diduga-lancarkan-pemurtadan-lewat-perguruan-tinggi-islam/

Khabarnya sepulang dari Indonesia kemudian si murtad itu mengidap virus aneh, hingga sakit, dan akhirnya mati, 5 Juli 2010 di Kairo.

Tidak ada komentar: