Aku Tak Berdaya Sendirian Menentang Adat Mengurus Jenazah

Aku Tak Berdaya Sendirian Menentang Adat Mengurus Jenazah

Sebut saja namanya Fulan. Ia baru saja berduka atas kematian ayahanda tercintanya. Iapun berharap, segala kepengurusan jenazah ayahnya diselenggarakan sesuai dengan sunnah. Apa daya, ia sendirian ditengah-tengah masyarakatnya yang masih kental dengan tradisi adat istiadat nya.

Ketika ia menjadi imam untuk menyalatkan ayahnya hingga selesai, pemuka adat menyuruhnya untuk berdoa selesai shalat jenazah. Ia menolaknya secara halus untuk tidak berdoa sesudah shalat. Namun hal itu tidak dihiraukan, malah pemuka adat yang jadi imam untuk berdoa sesudah shalat. Sungguh, aku merasakan apa yang ia rasakan. Tapi ia tak berdaya untuk melawannya sendirian.

Si Fulan berusaha untuk mengurus jenazah ayahnya sesuai sunnah. Tak ia azankan ayahnya ketika hendak dikuburkan. Namun sayang, ketika proses menguburkan sudah selesai, lagi-lagi pemuka adat membaca ayat Al-Qur'an disisi kuburan ayahnya. Ia hanya pasrah. Karna ia sendirian.

***
Itulah keprihatinan ku melihat saudaraku yang berusaha ingin mengurus jenazah ayahnya sesuai sunnah, namun dikendalikan dengan adat istiadat yang sudah turun temurun.

Saudaraku, mari bantu saudara kita yang lainnya untuk mengurus jenazah keluarganya sesuai dengan sunnah berdasarkan salafussholeh.

Fakta dilapangan, orang yang belum ngaji, solidaritas mereka lebih tinggi dibandingkan kita yang sudah ngaji disaat saudaranya ditimpa kematian.

Tidak ada komentar: