Sebagian, ingat ya sebagian orang bertanya dengan cara menggiring ustadz agar merestui pemahamannya, atau sikapnya, atau tindakannya.
Diantara indikasinya, bertanya dengan berkata: hukum masalah ini haram, dan masalah anu juga haram, maka mengapa si anu berbuat demikian?
Padahal inti hukum masalahnya saja masih perlu dikaji, tapi sudah dijadikan pondasi untuk bertanya tentang perbuatan orang lain.
Contohnya: kerjasama dengan yahudi haram, kenapa arab saudi bekerjasama dengan amerika?
Satu mata, simbol dajjal, kenapa kepolisian saudi menggunakan mata satu?
Pelihara burung kan haram, apa hukumnya jual beli burung?
Sobat! Etika tuh penting, sehingga bertanya tuh bukan dengan cara “memaksa” ustadz agar menggunakan “persepsi/pemahaman pribadi penanya” yang belum tentu benar.
Alangkah indahnya bila bertanya tuh menunjukkan sikap tidak tahu, alias tawadhu’, misalnya:
apa betul satu mata simbul dajjal?
Apa betul kerjasama dengan amerika haram?
apa hukum memelihara dan menjual belikan burung?
Jangan bertanya dengan cara menggiring jawaban ustadaz agar sejalan dengan pemahaman anda yang bisa jadi salah, seperti penggembala menggiring domba gembalaannya.
Semoga bermanfaat.
sumber fb Dr Muhammad Arifin Badri
Tidak ada komentar: