Tak Patuh Aturan, Rumah Sakit dan Toko di Saudi Disegel

rumah sakit di arab saudi di segel karena tidak taati aturan

Upaya pencegahan terhadap tersebarnya virus covid-19 masih terus dilakukan. Pemerintah Arab Saudi rajin keliling memeriksa apakah layanan fasilitas kesehatan dan pertokoan memenuhi standar penanganan dan pencegahan korona atau tidak.

Jika sebuah tempat tidak memenuhi persyaratan kesehatan yang ditentukan pemerintah, maka langsung disegel. Tidak boleh buka lagi.

Baladiyah (polisi kota) adalah aparat yang paling disegani di Saudi. Para pelanggar akan berhadapan dengan mereka. Kalau sudah ketahuan, tanpa ampun langsung dieksekusi.

Baru-baru ini, rumah sakit swasta yang tidak menjalankan prosedur kesehatan sesuai standar Kemenkes Saudi, ditutup. Disegel pintunya. Dilarang membuka praktek.

Selain rumah sakit, juga ada beberapa toko yang disegel, karena tidak menerapkan social distancing dalam melayani pelanggannya.

Bukan hanya sekedar segel. Biasanya ditempel stiker bertuliskan nominal denda yang harus dibayar. Besar tentunya.

Hidup di Saudi, kalau gak taat aturan ya siap-siap kena denda besar. Kalau masih gak taat juga, penjara menanti.

Ini dilakukan untuk kebaikan bersama. Untuk keselamatan dan kemaslahatan masyarakat banyak.
Dan memang seperti inilah tugas pemerintah. Memberikan pelayanan dan mengayomi warganya.
Aturan ditegakkan untuk memberikan kenyamanan bersama.

Efeknya, dimana-mana masyarakat melakukan social distancing. Bahkan di dalam kantin kampus yang tidak ada polisi pun, aturan diterapkan. Kalau ada orang yang antri dengan jarak agak dekat, selalu ada yang mengingatkan; "masafah.. masafah."

Saat hendak belanja ke warung kelontong dalam komplek asrama, setiap pembeli sadar diri antri diluar pintu. Gantian dengan yang lain. Agar tidak berdesakan di dalam.

Kasir sering mengingatkan, "woy. Jarak 2 meter. Jangan terlalu menempel."

repost from ustadz budi marta saudin

Tidak ada komentar: