Ulul Azmi, Mantan Pemain Timnas U-23 yang memilih nyantri di Ma'had Al Furqon Gresik

Mantan pemain timnas U-23, Ulul Azmi, semalam berkisah tentang perjalanan hijrahnya... 

Berawal dari japrian seorang ikhwan yang mengucapkan selamat atas kemenangannya bersama teamnya, Borneo FC

Sang ikhwan mengajaknya ngaji sunnah karena melihat akun IG Ulul Azmi juga memposting tentang agama

Ulul Azmipun dijemput di messnya dan akhirnya dia sering ikut kajian sunnah yang menurutnya nuansanya berbeda, bahkan juga ikut kajian Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi, Al Furqon Gresik, saat safari dakwah di Samarinda

Berkurangnya kegiatan sepakbola karena pandemi dia manfaatkan ikut kajian dan kegiatan dakwah lainnya di kampungnya di Sumatera Barat, tak lupa dia ajak orangtuanya untuk ikut kajian

sampai akhirnya dia memutuskan hijrah meninggalkan dunia sepakbola yang membesarkan namanya dan kini nyantri di Ma'had Al Furqon Gresik

Dia mohon restu pada ibunya untuk diberikan kemudahan menuntut ilmu dengan bercita-cita bisa melanjutkan ke Madinah

Kisah pemuda kelahiran tahun 2000 ini semalam disiarkan via Al Furqon TV

https://www.facebook.com/AlfurqonTVOfficial/videos/383859330025183/

Kisah perjalanan sepakbola Ulul Azmi, pernah dinobatkan sebagai Best Player Minangkabau Sumbar & Top Scorer Piala Soeratin Kaltim

PADANG –  Pengorbanan berbuah manis. Begitu yang kini dirasakan Ulul Azmi. Pesepakbola kelahiran Kenagarian Talaok, Kecamatan Bayang, Pesisir Selatan ini kini dikontrak klub Liga 1, Borneo FC.

Namanya Ulul Azmi. Memiliki arti yang teguh. Uul -begitu Ulul Azmi disapa- pesepakbola yang memiliki talenta rancak. Pesepakbola kelahiran 8 Juli 2000 itu, kini dengan ketabahan luar biasa terus merajut mimpinya di dunia sikulit bundar.

Mengawali perbincangan dengan Singgalang, Ulul Azmi yang akrab disapa Uul itu mengatakan ‘Lebih baik menangis karena pengorbanan, dari pada menangis karena penyesalan’. Kamis (14/2).

Dengan nada gemetar anak ke-empat dari pasangan Nursal (ayah) dan Mulyani (ibu) itu berucap bahwa hasil tak pernah menghianati perjuangan. Sedikit dari buktinya adalah kini ia bermain di skuad utama Borneo FC.

Ikatan persaudaraan yang erat turut memberinya semangat saat merantau, hasil yang ia capai tak terlepas dari semnagat yang diberikan kakanya Ardy Syahputra, Riski Kurniawati, Santri Anggraini dan adiknya Muhammad Alfares.

“Mimpi terbesar saya sebagai anak melalui sepakbola saya sangat ingin memberangkatkan kedua orang tua naik haji ke tanah suci dan saya juga sangat ingin kedua orang tua saya melihat saya mendirikan mesjid di kampung halaman,” paparnya.

Masih segar dalam ingatan anak muda yang kini berusia 18 tahun itu kala ia bergembira berebut bola bersama teman masa kecilnya di Sekolah Sepak Bola (SSB) Putra Bayang yang kala itu dilatih Buseng (pelatih pertama).

Selanjutnya, pahit getir perjuangan juga dilaluinya bersama SSB Remaja Tarusan yang dilatih Riki Abak. Hampir setiap pekan ia lakoni turnamen di Kota Padang.

Dari sana ia ditawarkan Dudes yang akrab disapa Idud mengikuti seleksi di SSB Semen Padang yang kala itu dilatih Rian Damara alias Toloy.

Bermodalkan tekad dan kecintaannya terhadap sikulit bundar, rintangan demi rintangan pun ditaklukannya. Contohnya saja, jarak 75 km ke Kota Padang ditaklukan dengan sepeda motor sang ayah (Supra X.red) dari kampung halamannya setiap sabtu siang.

Uul berjuang tak sendiri, ditemani sang kakak Ardy Syahputra waktu 2 jam perjalanan dilalui hanya untuk bisa berlatih bersama skuad SSB Semen Padang.Hal itu ia lalui selama tiga tahun saat ia bersekolah di SMPN 1 Bayang.

Bicara soal tempat tinggal selama berlatih di SSB Semen Padang, Uul mengakui bahwa ia menumpang di rumah teman. “Latihan Sabtu sore dan minggu pagi, jadi tidurnya ya numpang di rumah teman. Pernah juga sampai ke Pariaman hanya sekedar untuk menumpang tidur,” katanya.

Diakhir masa studinya di SMP 1 Bayang, Uul dipercaya tampil pada kompetisi FKKSP U-15 di Lapangan Komplek Semen Padang Indarung. Dari sana bakat emasnya pun terpantau. Saat itu Ulul Azmi dan kolega berhasil menjuarai turnamen tersebut. Di final Uul berhasil mencetak 1 dari 2 gol kemenangan. Laga kala itu berakhir 2-1.

Dari sana ia direkomendasikan untuk bergabung kedalam skuad Akademi Semen Padang bersama Firza Andika, Popong dan Rendi Sroyer (teman satu kamar.red) di Mess Akademi Semen Padang.

Berjalan satu tahun pada 2015, Uul yang notabene pemain termuda dalam skuad giat menambah porsi latihan lantaran menyadari pesaingnya adalah pemain senior di akademi. Firza Andika, Popong dan Rendi Sroyer kala itu kelas 3 SMA Semen Padang.

Tahun 2016, mimpi buruk itu datang kala PSSI dipaksa vakum. Uul dan skuad Akademi Semen Padang terkena imbasnya karena akademi dibubarkan dan para pemain-pun dipulangkan.

“Saya masih ingat, itu adalah saat saat dimana saya sangat bersemangat, porsi latihan saja selalu saya tambah diluar jadwal karena sadar saingan untuk menjadi pilihan utama pelatih sangatlah berat.” ungkapnya.

Masa-masa pilu Uul pun berlanjut kala ia bermain sepakbola tanpa arah alias amburadul (kemana saja dengan tim apa saja.red). Namun, dibalik kesulitan ada kemudahan yang diberikan sang pencipta kepadanya, Uul mengaku sangat beruntung karena disaat ia tak tentu arah ada sahabat yang tak akan pernah ia lupakan. Sahabat itu adalah Irsyad Ilham.

“Irsyad dan keluarga dengan rela hati menumpangkan saya tinggal di rumahnya perumnas Indarung selama satu tahun pada kelas 2 SMA, semenjak Akademi Semen Padang dibubarkan,” ujarnya.

Ditengah persepakbolaan yang amburadul itu, Ulul Azmi akhirnya mendapat berkah dan kepercayaan untuk memperkuat Sumbar di Porprov dan juga kompetis Poccari. Uul saat itu mewakili Semen Padang bersama Efrinaldi, Sanjaya dan rekan-rekan di bawah komando Satria sebagai pelatih kepada dan Zumaidi Ben pelatih fisik.

Di penghujung kelas 2, Uul kembali mengikuti seleksi U-19 Semen Padang. Namun karena ketatnya persaingan dan banyaknya pemain dari luar provinsi ia belum mendapatkan kesempatan.

Namun hal itu tak membuatnya patah arang. Kekecewaanya kala itu terobati lantaran ia dipanggil memperkuat kampung halamannya untuk tampil di turnamen kolosal Minangkabau Cup I oleh sang juru taktik Marta Liandro.

Kesempatan itu ia maksimalkan hingga membawa Kecamatan Banyang finis sebagai runner up. Di laga final kotra Kecamatan Koto Tangah ia berhasil menyumbangkan satu gol lewat sundulan. Laga final itu berakhir 3-1 untuk kemenangan Koto Tangah.

Meski finis sebagai runner up Ulul Azmi dinobatkan sebagai Best of Player Minangkabau Cup I.

Setelah itu, angin segar untuk berkarier di luar Sumbar datang menghampiri melalui Tomy Pranata yang datang mencari penjaga gawang untuk bermain di Asifa Malang. Di saat itu pula Marta Liandro menawarkan Ulul Azmi kepada Tomy untuk mencoba kualitas talenta muda kelahiran 2000 itu.

Setelah menjalin komunikasi, tepatnya pada lebaran 2017, bersama ibunda tercinta dan didampingi pula oleh Marta, Ulul Azmi mendatangi Tomy Pranata yang juga warga asli Sumbar.

“Masih ingat saya saat itu, untuk meyakinkan Ama saya katakan, bahwa saya ingin belajar keluar Sumbar. Awalnya memang sulit tapi kepada Ama saya tegaskan bahwa saya siap berjuang memberikan yang terbaik di luar Sumbar. ‘Tangguang tabanam wak ma’, bialah tabanam bana, awak yakin bisa lebih baik,” ungkapnya.

Bersama Tio penjaga gawang yang direkomendasikan, Ulul Azmi dan ibunda ditemani Marta berangkat untuk menjalani seleksi. Tiga hari lamanya seleksi itu digelar bersama coach Aji Santoso di Asifa Malang.

“Itu adalah kali pertama kali saya naik pesawat, banyak yang tidak saya beritahu akan hal ini. Namun saya bersyukur lolos dan langsung bisa mengurus sekolah di Malang tepatnya di SMA Kartanegara Malang,” ungkapnya.

Perjalanan itupun perlanjut, pada Piala Soeratin Jawa Timur ia gagal tampil lantaran data terlambat masuk. Namun hal itu membuatnya kembali bersemangat dengan cara menambah porsi latihan. Berselang dua minggu angin segar untuk kariernya datang dari Bontang. Uul dipercaya tampil pada Piala Soeratin Kaliantan Timur bersama 11 Asifa lainya.

Dilaga perdana kami menang telah dengan skor 11-0 atas Mahulu. Ulul Azmi kala itu menyumbangkan 8 gol. Perjalanan itu tersendat kala bertarung dengan tim Panajam di partai final. Meski kalah Ulul Azmi dinobatkan sebagai topskor piala Soeratin dengan jumlah 11 gol dari 4 pertandingan.

Setalah itu, ia kembali bersekolah, berselang tiga minggu tawaran kembali datang untuk tampil di Liga Santri memperkuat Wali Songo. Disinilah ia banyak belajar tentang teknik dan sportifitas sepakbola. Perjuangan itu hanya sampai babak 8 besar.

Di 2017, Uul kembali ke Asifa hingga akhirnya tamat sekolah 2018. Setelah itu Uul bermain di liga tiga Jatim. Namun sayang perjuangan itu terhenti.

Berselang dua minggu, ia ditawari Coach M. Arif Syafril ikut seleksi di Borneo U-19 untuk persiapan Liga U-19. Kala itu coach Arif kepadanya mengungkapkan seleksi tidak ditanggung tim alias menggunakan dana pribadi.

“Dua bulan lamanya seleksi diikuti dengan sabar. Hal ini sengaja tak diberitahukan kepada siapapun. Di bulan kedua baru tekan kontrak. Seiring berjalannya waktu saya dan rekan-rekan lolos semifinal kontra Persib bandung. Kami berhasil finis di posis ke-empat,” ungkapnya.

Setelah liga ditutup, kami-pun dipulangkan. Di akhir tahun Uul yang tengah berada di Sumbar diminta Kampung halamannya untuk memperkuat Kecamatan Bayang di Minangkabau Cup II.

Namun setelah melakoni dua laga ia mendadak dipanggil manajemen tim untuk tampil memperkuat skuad utama Borneo FC di bawah komando Fabio Lopez pelatih asal Italia.

“Persaingan di sini sangat katat, terlebih untuk posisi penyerang saya harus berjuang bersaing dengan bule kan. Alhamdulillah saya dipercaya tampil. Bicara target saat ini saya fokus menggali pengalaman karena saya adalah pemain muda. Saya persiapkan diri untuk 1 hingga 2 tahun kedepan., Kalau diberi kesempatan tampil hasil terbaik akan saya persembahkan,” paparnya.

Bicara soal suasana tim Ulul Azmi mengaku sangat nyaman berada karena di Borneo setiap kesalahan yang dilakukannya selalu dibimbing pemain senior lainnya. Kita tak pernah dibiarkan jalan sendiri.

Ditanya terkait sosok pentung dalam karirnya Ulul Azmi mengungkapkan bahwa ibunda tercintalah orangnya karena disaat ia sedih dan bahagia ibundanya selalu memberikan semangat. “Ibu sering berpesan dimanapun berada pakailah ilmu padi, ingatlah darimana kita berasal dan selalu dekatlah dengan Allah,” ungkapnya

Diakhir perbincangan Ulul Azmi kepada Singgalang berpesan agar disampaikan kepada calon pesepakbola profesional dari Sumbar agar selalu memiliki target satu langkah lebih jauh dari orang lain. Disaat orang lain bermimpi ingin bermain di Indonesia anada haru berfikir untuk tampil diluar negeri. Jangan takut bermimpi, karena keindahan mimpi hanya berlaku untuk mereka yang percaya mimpi yang indah akan menjadi nyata. Insya Allah, Jika kita melibatkan Allah di dalam Kehidupan, Percayalah tidak ada yang tidak mungkin. Jangan takut ” paparnya. (rahmat zikri)

https://hariansinggalang.co.id/ulul-azmi-sosok-pemuda-pessel-di-kancah-sepakbola-indonesia/?amp

-Repost-26/09/2021

Tidak ada komentar: