Berawal dari japrian seorang ikhwan yang mengucapkan selamat atas
kemenangannya bersama teamnya, Borneo FC
Sang ikhwan mengajaknya ngaji sunnah karena melihat akun IG Ulul Azmi juga
memposting tentang agama
Ulul Azmipun dijemput di messnya dan akhirnya dia sering ikut kajian sunnah
yang menurutnya nuansanya berbeda, bahkan juga ikut kajian Ustadz Abu Ubaidah
As Sidawi, Al Furqon Gresik, saat safari dakwah di Samarinda
Berkurangnya kegiatan sepakbola karena pandemi dia manfaatkan ikut kajian dan
kegiatan dakwah lainnya di kampungnya di Sumatera Barat, tak lupa dia ajak
orangtuanya untuk ikut kajian
sampai akhirnya dia memutuskan hijrah meninggalkan dunia sepakbola yang
membesarkan namanya dan kini nyantri di Ma'had Al Furqon Gresik
Dia mohon restu pada ibunya untuk diberikan kemudahan menuntut ilmu dengan
bercita-cita bisa melanjutkan ke Madinah
Kisah pemuda kelahiran tahun 2000 ini semalam disiarkan via Al Furqon TV
https://www.facebook.com/AlfurqonTVOfficial/videos/383859330025183/
Kisah perjalanan sepakbola Ulul Azmi, pernah dinobatkan sebagai Best Player
Minangkabau Sumbar & Top Scorer Piala Soeratin Kaltim
PADANG – Pengorbanan berbuah manis. Begitu yang kini dirasakan Ulul
Azmi. Pesepakbola kelahiran Kenagarian Talaok, Kecamatan Bayang, Pesisir
Selatan ini kini dikontrak klub Liga 1, Borneo FC.
Namanya Ulul Azmi. Memiliki arti yang teguh. Uul -begitu Ulul Azmi disapa-
pesepakbola yang memiliki talenta rancak. Pesepakbola kelahiran 8 Juli 2000
itu, kini dengan ketabahan luar biasa terus merajut mimpinya di dunia sikulit
bundar.
Mengawali perbincangan dengan Singgalang, Ulul Azmi yang akrab disapa Uul itu
mengatakan ‘Lebih baik menangis karena pengorbanan, dari pada menangis karena
penyesalan’. Kamis (14/2).
Dengan nada gemetar anak ke-empat dari pasangan Nursal (ayah) dan Mulyani
(ibu) itu berucap bahwa hasil tak pernah menghianati perjuangan. Sedikit dari
buktinya adalah kini ia bermain di skuad utama Borneo FC.
Ikatan persaudaraan yang erat turut memberinya semangat saat merantau, hasil
yang ia capai tak terlepas dari semnagat yang diberikan kakanya Ardy
Syahputra, Riski Kurniawati, Santri Anggraini dan adiknya Muhammad Alfares.
“Mimpi terbesar saya sebagai anak melalui sepakbola saya sangat ingin
memberangkatkan kedua orang tua naik haji ke tanah suci dan saya juga sangat
ingin kedua orang tua saya melihat saya mendirikan mesjid di kampung halaman,”
paparnya.
Masih segar dalam ingatan anak muda yang kini berusia 18 tahun itu kala ia
bergembira berebut bola bersama teman masa kecilnya di Sekolah Sepak Bola
(SSB) Putra Bayang yang kala itu dilatih Buseng (pelatih pertama).
Selanjutnya, pahit getir perjuangan juga dilaluinya bersama SSB Remaja Tarusan
yang dilatih Riki Abak. Hampir setiap pekan ia lakoni turnamen di Kota Padang.
Dari sana ia ditawarkan Dudes yang akrab disapa Idud mengikuti seleksi di SSB
Semen Padang yang kala itu dilatih Rian Damara alias Toloy.
Bermodalkan tekad dan kecintaannya terhadap sikulit bundar, rintangan demi
rintangan pun ditaklukannya. Contohnya saja, jarak 75 km ke Kota Padang
ditaklukan dengan sepeda motor sang ayah (Supra X.red) dari kampung halamannya
setiap sabtu siang.
Uul berjuang tak sendiri, ditemani sang kakak Ardy Syahputra waktu 2 jam
perjalanan dilalui hanya untuk bisa berlatih bersama skuad SSB Semen
Padang.Hal itu ia lalui selama tiga tahun saat ia bersekolah di SMPN 1 Bayang.
Bicara soal tempat tinggal selama berlatih di SSB Semen Padang, Uul mengakui
bahwa ia menumpang di rumah teman. “Latihan Sabtu sore dan minggu pagi, jadi
tidurnya ya numpang di rumah teman. Pernah juga sampai ke Pariaman hanya
sekedar untuk menumpang tidur,” katanya.
Diakhir masa studinya di SMP 1 Bayang, Uul dipercaya tampil pada kompetisi
FKKSP U-15 di Lapangan Komplek Semen Padang Indarung. Dari sana bakat emasnya
pun terpantau. Saat itu Ulul Azmi dan kolega berhasil menjuarai turnamen
tersebut. Di final Uul berhasil mencetak 1 dari 2 gol kemenangan. Laga kala
itu berakhir 2-1.
Dari sana ia direkomendasikan untuk bergabung kedalam skuad Akademi Semen
Padang bersama Firza Andika, Popong dan Rendi Sroyer (teman satu kamar.red) di
Mess Akademi Semen Padang.
Berjalan satu tahun pada 2015, Uul yang notabene pemain termuda dalam skuad
giat menambah porsi latihan lantaran menyadari pesaingnya adalah pemain senior
di akademi. Firza Andika, Popong dan Rendi Sroyer kala itu kelas 3 SMA Semen
Padang.
Tahun 2016, mimpi buruk itu datang kala PSSI dipaksa vakum. Uul dan skuad
Akademi Semen Padang terkena imbasnya karena akademi dibubarkan dan para
pemain-pun dipulangkan.
“Saya masih ingat, itu adalah saat saat dimana saya sangat bersemangat, porsi
latihan saja selalu saya tambah diluar jadwal karena sadar saingan untuk
menjadi pilihan utama pelatih sangatlah berat.” ungkapnya.
Masa-masa pilu Uul pun berlanjut kala ia bermain sepakbola tanpa arah alias
amburadul (kemana saja dengan tim apa saja.red). Namun, dibalik kesulitan ada
kemudahan yang diberikan sang pencipta kepadanya, Uul mengaku sangat beruntung
karena disaat ia tak tentu arah ada sahabat yang tak akan pernah ia lupakan.
Sahabat itu adalah Irsyad Ilham.
“Irsyad dan keluarga dengan rela hati menumpangkan saya tinggal di rumahnya
perumnas Indarung selama satu tahun pada kelas 2 SMA, semenjak Akademi Semen
Padang dibubarkan,” ujarnya.
Ditengah persepakbolaan yang amburadul itu, Ulul Azmi akhirnya mendapat berkah
dan kepercayaan untuk memperkuat Sumbar di Porprov dan juga kompetis Poccari.
Uul saat itu mewakili Semen Padang bersama Efrinaldi, Sanjaya dan rekan-rekan
di bawah komando Satria sebagai pelatih kepada dan Zumaidi Ben pelatih fisik.
Di penghujung kelas 2, Uul kembali mengikuti seleksi U-19 Semen Padang. Namun
karena ketatnya persaingan dan banyaknya pemain dari luar provinsi ia belum
mendapatkan kesempatan.
Namun hal itu tak membuatnya patah arang. Kekecewaanya kala itu terobati
lantaran ia dipanggil memperkuat kampung halamannya untuk tampil di turnamen
kolosal Minangkabau Cup I oleh sang juru taktik Marta Liandro.
Kesempatan itu ia maksimalkan hingga membawa Kecamatan Banyang finis sebagai
runner up. Di laga final kotra Kecamatan Koto Tangah ia berhasil menyumbangkan
satu gol lewat sundulan. Laga final itu berakhir 3-1 untuk kemenangan Koto
Tangah.
Meski finis sebagai runner up Ulul Azmi dinobatkan sebagai Best of Player
Minangkabau Cup I.
Setelah itu, angin segar untuk berkarier di luar Sumbar datang menghampiri
melalui Tomy Pranata yang datang mencari penjaga gawang untuk bermain di Asifa
Malang. Di saat itu pula Marta Liandro menawarkan Ulul Azmi kepada Tomy untuk
mencoba kualitas talenta muda kelahiran 2000 itu.
Setelah menjalin komunikasi, tepatnya pada lebaran 2017, bersama ibunda
tercinta dan didampingi pula oleh Marta, Ulul Azmi mendatangi Tomy Pranata
yang juga warga asli Sumbar.
“Masih ingat saya saat itu, untuk meyakinkan Ama saya katakan, bahwa saya
ingin belajar keluar Sumbar. Awalnya memang sulit tapi kepada Ama saya
tegaskan bahwa saya siap berjuang memberikan yang terbaik di luar Sumbar.
‘Tangguang tabanam wak ma’, bialah tabanam bana, awak yakin bisa lebih baik,”
ungkapnya.
Bersama Tio penjaga gawang yang direkomendasikan, Ulul Azmi dan ibunda
ditemani Marta berangkat untuk menjalani seleksi. Tiga hari lamanya seleksi
itu digelar bersama coach Aji Santoso di Asifa Malang.
“Itu adalah kali pertama kali saya naik pesawat, banyak yang tidak saya
beritahu akan hal ini. Namun saya bersyukur lolos dan langsung bisa mengurus
sekolah di Malang tepatnya di SMA Kartanegara Malang,” ungkapnya.
Perjalanan itupun perlanjut, pada Piala Soeratin Jawa Timur ia gagal tampil
lantaran data terlambat masuk. Namun hal itu membuatnya kembali bersemangat
dengan cara menambah porsi latihan. Berselang dua minggu angin segar untuk
kariernya datang dari Bontang. Uul dipercaya tampil pada Piala Soeratin
Kaliantan Timur bersama 11 Asifa lainya.
Dilaga perdana kami menang telah dengan skor 11-0 atas Mahulu. Ulul Azmi kala
itu menyumbangkan 8 gol. Perjalanan itu tersendat kala bertarung dengan tim
Panajam di partai final. Meski kalah Ulul Azmi dinobatkan sebagai topskor
piala Soeratin dengan jumlah 11 gol dari 4 pertandingan.
Setalah itu, ia kembali bersekolah, berselang tiga minggu tawaran kembali
datang untuk tampil di Liga Santri memperkuat Wali Songo. Disinilah ia banyak
belajar tentang teknik dan sportifitas sepakbola. Perjuangan itu hanya sampai
babak 8 besar.
Di 2017, Uul kembali ke Asifa hingga akhirnya tamat sekolah 2018. Setelah itu
Uul bermain di liga tiga Jatim. Namun sayang perjuangan itu terhenti.
Berselang dua minggu, ia ditawari Coach M. Arif Syafril ikut seleksi di Borneo
U-19 untuk persiapan Liga U-19. Kala itu coach Arif kepadanya mengungkapkan
seleksi tidak ditanggung tim alias menggunakan dana pribadi.
“Dua bulan lamanya seleksi diikuti dengan sabar. Hal ini sengaja tak
diberitahukan kepada siapapun. Di bulan kedua baru tekan kontrak. Seiring
berjalannya waktu saya dan rekan-rekan lolos semifinal kontra Persib bandung.
Kami berhasil finis di posis ke-empat,” ungkapnya.
Setelah liga ditutup, kami-pun dipulangkan. Di akhir tahun Uul yang tengah
berada di Sumbar diminta Kampung halamannya untuk memperkuat Kecamatan Bayang
di Minangkabau Cup II.
Namun setelah melakoni dua laga ia mendadak dipanggil manajemen tim untuk
tampil memperkuat skuad utama Borneo FC di bawah komando Fabio Lopez pelatih
asal Italia.
“Persaingan di sini sangat katat, terlebih untuk posisi penyerang saya harus
berjuang bersaing dengan bule kan. Alhamdulillah saya dipercaya tampil. Bicara
target saat ini saya fokus menggali pengalaman karena saya adalah pemain muda.
Saya persiapkan diri untuk 1 hingga 2 tahun kedepan., Kalau diberi kesempatan
tampil hasil terbaik akan saya persembahkan,” paparnya.
Bicara soal suasana tim Ulul Azmi mengaku sangat nyaman berada karena di
Borneo setiap kesalahan yang dilakukannya selalu dibimbing pemain senior
lainnya. Kita tak pernah dibiarkan jalan sendiri.
Ditanya terkait sosok pentung dalam karirnya Ulul Azmi mengungkapkan bahwa
ibunda tercintalah orangnya karena disaat ia sedih dan bahagia ibundanya
selalu memberikan semangat. “Ibu sering berpesan dimanapun berada pakailah
ilmu padi, ingatlah darimana kita berasal dan selalu dekatlah dengan Allah,”
ungkapnya
Diakhir perbincangan Ulul Azmi kepada Singgalang berpesan agar disampaikan
kepada calon pesepakbola profesional dari Sumbar agar selalu memiliki target
satu langkah lebih jauh dari orang lain. Disaat orang lain bermimpi ingin
bermain di Indonesia anada haru berfikir untuk tampil diluar negeri. Jangan
takut bermimpi, karena keindahan mimpi hanya berlaku untuk mereka yang percaya
mimpi yang indah akan menjadi nyata. Insya Allah, Jika kita melibatkan Allah
di dalam Kehidupan, Percayalah tidak ada yang tidak mungkin. Jangan takut ”
paparnya. (rahmat zikri)
https://hariansinggalang.co.id/ulul-azmi-sosok-pemuda-pessel-di-kancah-sepakbola-indonesia/?amp
-Repost-26/09/2021
Tidak ada komentar: