Apakah Celana Cingkrang Bagii Lelaki itu Sunnah Nabi ?


Sebagai Kaum Muslimin, kita wajib mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam melebihi kecintaan kepada orang tua, anak, dan seluruh manusia. Dan cinta Nabi dibuktikan dengan mentaati beliau.

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ "  
Dari Anas, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada (kecintaan kepada) ayahnya, anaknya, dan semua manusia”. (HR. al-Bukhari, no. 15; Muslim, no. 70/44)

Sebagai Kaum Muslimin, kita diperintah Alloh untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai bukti kecintaan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) 
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Katakanlah: “Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (QS. Ali Imran/3: 31-32)

Sebagai Kaum Muslimin, kita wajib menjadikan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim di dalam semua perselisihan dan perbedaan pendapat. Alloh Ta’ala berfirman:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ 
ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ 
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, 
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, 
dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’/4: 65)

Sebagai Kaum Muslimin, kita tidak memiliki pilihan kecuali harus menerima keputusan Alloh dan Rosul-Nya. Alloh Ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ 
وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. 
Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab/33: 36)

Maka jika ada sesuatu yang telah pasti sebagai ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, diperintahkan oleh beliau, ditetapkan oleh beliau, kita harus menerimanya, walaupun sebagian orang mencelanya atau merendahkannya.
Karena hawa nafsu yang diikuti atau ketidak tahuan terhadap ilmu agama memang telah nampak terlihat. Dan ini salah satu dari tanda-tanda Hari Kiamat.

NABI TELAH MENJELASKAN SIFAT SARUNG SEORANG MUKMIN DENGAN PERKATAAN

HADITS ABU SA’ID AL-KHUDRIY

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

« إِزْرَةُ الْمُؤْمِنِ إِلَى أَنْصَافِ السَّاقَيْنِ، 
لَا جُنَاحَ - أَوْ لَا حَرَجَ - عَلَيْهِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ، 
مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ فِي النَّارِ، 
لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا » 
• “Keadaan sarung seorang mukmin sampai pertengahan betis.
• Tidak dosa baginya, antaranya (pertengahan betis) dengan kedua dua mata kaki. 
• (Sarung) yang di bawah mata kaki, maka itu di dalam neraka. 
• Dan Alloh tidak akan melihat orang yang menyeret sarungnya dengan kesombongan”. 
(HR. Ahmad, no. 11010, 11925; Thobroni, no. 2657; Ibnu Hibban, no. 5446, 5447, 5450; Abu Dawud, no. 4093; Ibnu Majah, no. 3573; dari Abu Sa’id Al-Khudriy. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani, Syaikh Syu’aib Al-Arnauth. Lihat Silsilah Ash-Shohihah, no. 2017)

Di dalam hadits ini, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan empat keadaan sarung:

1- Sampai pertengahan betis. Ini paling baik.
2- Antara pertengahan betis dengan kedua dua mata kaki. Ini mubah, tidak dosa.
3- Di bawah mata kaki. Pelakunya diancam dengan siksa neraka. 
4- Menyeret sarung dengan kesombongan. Ancaman lebih besar, yaitu Alloh tidak akan melihatnya dengan ridho. 

Begitu gamblang penjelasan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau diberi wahyu oleh Alloh, menginginkan kebaikan bagi umatnya dan jujur, serta mampu memberikan keterangan dengan kalimat yang jelas.

NABI TELAH MENJELASKAN SIFAT SARUNG SEORANG MUKMIN DENGAN PERBUATAN

HADITS HUDZAIFAH BIN AL-YAMAN

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَضَلَةِ سَاقِي، أَوْ سَاقِهِ، فَقَالَ: 
• " هَذَا مَوْضِعُ الإِزَارِ، 
• فَإِنْ أَبَيْتَ فَأَسْفَلَ، 
• فَإِنْ أَبَيْتَ فَلَا حَقَّ لِلإِزَارِ فِي الكَعْبَيْنِ"  
Dari Hudzaifah, dia berkata: 
“Rasululloh memegang daging betisku (atau betisnya), lalu bersabda: 
• “Ini tempat sarung, 
• jika engkau enggan maka lebih bawah, 
• jika engkau enggan maka tidak ada hak untuk sarung pada kedua mata kaki”. 
(HR. Tirmidzi, no. 1783; Nasai, no. 5329; Ibnu Majah, no. 3572; Ahmad, no. 23243, 23356, 23378, 23402; Ibnu Hibban, no. 5445, 5448, 5449. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan: “Shohih lighoirihi”. Lihat: Silsilah Ash-Shohihah, no. 1765, 2366)

NABI TELAH MENJELASKAN SIFAT SARUNG SEORANG MUKMIN DENGAN PERINTAH BELIAU

Selain dengan perkataan dan perbuatan, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan masalah isbal (memanjangkan kain sampai menutupi mata kaki) dengan perintah beliau. 
Dan kewajiban umat untuk mentaati perintah beliau. 

HADITS JABIR BIN SULAIM AL-HUJAIMIY

Rasululloh bersabda kepada Jabir bin Sulaim Al-Hujaimiy:

" وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ!
فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ!
وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ! فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ!! وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ 
• Angkatlah sarungmu sampai pertengahan betis.
• Jika engkau enggan, maka sampai kedua mata kaki. 
• Janganlah engkau melakukan isbal sarung (yakni menutupi mata kaki), 
karena sesungguhnya itu termasuk kesombongan. 
Dan Alloh tidak menyintai kesombongan. 
(HR. Abu Dawud, no. 4084; Ahmad, no. 16616, 20636, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

NABI TELAH MENJELASKAN SIFAT SARUNG SEORANG MUKMIN DENGAN LARANGAN BELIAU

Selain dengan perkataan, perbuatan, perintah, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan masalah isbal (memanjangkan kain sampai menutupi mata kaki) dengan larangan beliau. 
Dan kewajiban umat untuk meninggalkan larangan beliau. 

HADITS AL-MUGHIROH BIN SYU’BAH  

عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا سُفْيَانَ بْنَ سَهْلٍ، لَا تُسْبِلْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُسْبِلِينَ " 
Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah, dia berkata: Rasululloh bersabda: “Wahai Sufyan bin Sahl, janganlah engkau melakukan isbal, karena sesungguhnya Alloh tidak menyintai orang-orang yang melakukan isbal!”. (HR.Ibnu Majah, no. 3574. Syaikh Al-Albani menghukumi hasan lighoirihi di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 4004)

APAKAH KHUSUS SARUNG?

Sebagian orang beranggapan bahwa larangan isbal bagi laki-laki adalah dalam memakai sarung saja, adapun celana panjang berbeda hukumnya. Angapan itu tidak benar, sesungguhnya larangan isbal mencakup sarung, dan lainnya.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْإِسْبَالُ فِي الْإِزَارِ، وَالْقَمِيصِ، وَالْعِمَامَةِ مَنْ جَرَّ مِنْهَا شَيْئًا خُيَلَاءَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Isbal (menurunkan pakaian di bawah mata kaki kain) itu pada sarung, baju, dan serban. Barangsiapa menyeret sesuatu darinya karena keangkuhan, maka Allah tidak akan memandangnya pada hari Kiamat”. (HR. Abu Dawud, no. 4094; Nasai, no. 5334; Ibnu Majah, no. 3576; dan dishahihkan Al-Albani)

JANGAN MENYELISIHI NABI, SEHINGGA AKAN MENYESAL DI AKHIRAT NANTI!

Setelah sampai keterangan dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak ada sikap seorang mukmin kecuali mengatakan: “Kami mendengar dan kami mentaati”. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَّقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur/24: 51)

Orang-orang yang beriman tidak menolak naql (wahyu/agama) dengan alasan akal. 
Tidak sebagaimana Iblis yang menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam dengan akalnya yang rusak! Allah Ta’ala berfirman:

قَالَ يَاإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75) 
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (76)
Allah berfirman: "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada (Adam) yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". 
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Shood/38: 75-76)

Jangan menyelisihi ajaran Nabi, karena perkataan kawan, sehingga akan menjadi penyesalan. Allah Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) 
يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) 
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zholim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul."
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan Si Fulan itu teman akrab (ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. 
(QS. Al-Furqoon/25: 27-29)

Jangan menyelisihi ajaran Nabi, karena perkataan pemimpin agama atau pembesar dalam negara, sehingga akan menjadi sengsara. Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا (66) 
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا (67)
Pada hari ketika wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
(QS. Al-Ahzab/33: 66-67)

PENUTUP:

Di zaman sekarang banyak kaum Muslimin belum memahami larangan isbal, maka sudah seharusnya kita mengingatkan dengan cara yang bijak, sehingga mudah diterima.
Jika mereka belum bisa menerima, sesungguhnya kewajiban orang yang tahu adalah menyampaikan dengan cara yang hikmah. 
Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. 
Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan. 

Ditulis oleh Muslim Atsari, 
Sragen, Bakda Ashar, Kamis, 
13-Dzulhijjah-1445 H / 20-Juni-2024 M

Tidak ada komentar: