Perkataan "Seandainya..." Membuka Pintu Syaitan‼ (benarkah?)

Ibnu Mas'ud radiallahu anhu berkata :

لَأَنْ أَعُضَّ عَلَى جَمْرَةٍ حَتَّى تَبْرُدَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَقُوْلَ لِشَيْءٍ قَدْ قَضَاهُ اللهُ : لَيْتَهُ لَمْ يَكُنْ
"Sungguh aku menggigit bara api hingga dingin lebih aku sukai daripada aku berkata kepada suatu perkara yang telah ditetapkan oleh Allah : "Seandainya tidak terjadi""
(Az-Zuhd, Abu Dawud hal 128)

Dalam hadits :

فَإِنَّ لَو تَفتح عمل الشيطان
"Sesungguhnya perkataan "seandainya" membuka amalan syaitan"
Perkataan "Seandainya..." Membuka Pintu Syaitan‼ (benarkah?)

Diantara amalan syaitan :

‼- Menjadikan pengucapnya seakan-akan protes terhadap keputusan dan takdir Allah, karena ucapan "seandainya" sering diucapkan tatkala terjadi apa yang tidak disukai

‼- Menjadikan pengucapnya hanya berangan-angan sesuatu yang mustahil, kata pepatah : "Air susu ibu yang sudah dikeluarkan tidak bisa dimasukan kembali".
 Dan syaitan suka seseorang meng-angan-angankan sesuatu yang mustahil sehingga terlalaikan dari cita-cita yang mungkin diraih. Mengembalikan masa lalu adalah perkara yang mustahil.

‼- Menjadikan pengucapnya bersedih, dan diantara tujuan syaitan adalah menjadikan seorang mukmin bersedih agar ia futur dan terabaikan dari aktifitas-aktifitasnya yang bermanfaat, atau agar ia tidak bersemangat dalam beraktifits.

Yang seharusnya diucapkan seorang mukmin tatkala mengalami sesuatu yang dibenci adalah "Qoddarollahu wa maasyaa fa'ala"
("ini sudah taqdir Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendakiNya")

Mari semangat beraktifitas..., yang berlalu biarlah berlalu..., jadikan sebagai pelajaran untuk memperbaiki yang ada dihadapan kita...

Ustadz Abu Abdul Muhsin Firanda Andirja hafidzohulloh
Sumber : www.firanda.com

Tidak ada komentar: